01. Alif Bin Malik

13 6 16
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Aku mencintaimu karena agamamu
Maka cintailah aku karena agamaku

***

Seorang lelaki berjalan senang menuju masjid, seolah olah ia akan menemui seseorang yang benar benar ia cintai. Bahagia rasanya melihat ia yang slalu bersemangat menemui Sang Rabb.

Tak jauh dari itu seorang wanita berjalan tertunduk sembari terus memperhatikan langkah kaki lelaki yang berjalan didepannya.

Lelaki itu berhenti di gerbang masjid, tapi wanita itu terus berjalan masuk.

"Assalamualaikum pak, gimana kabarnya?" Tanya nya menyapa pak Rudi, tukang parkir di masjid.

Wanita itu terus berjalan sembari tak sengaja mendengarkan pembicaraan lelaki itu dengan pak Rudi.

'kamu sangat ramah mas,' batin wanita itu terpukau.

"Alhamdulillah saya baik mas Alif, sendirian aja mas Alif? Istrinya mana?" Tanya pak Rudi.

Mendengar kata istri terucap dari mulut pak Rudi, wanita itu sontak memperlambat langkahnya, ia penasaran balasan apa yang akan Alif berikan pada pak Rudi.

"Istri saya ada pak Rudi, tapi saya belum kenal. Nanti kalo udah waktunya saya ajak ke sini ya saya kenali sama pak Rudy," jawab Alif dengan tenang, senyuman tak pernah hilang dari bibirnya.

Setelah mendengar jawaban Alif yang membuat hatinya lega, wanita itu kembali berjalan normal masuk kedalam area masjid.

Lelaki yang slalu wanita itu bicara kan adalah Alif Bin Malik, lelaki yang sudah lama ia kagumi dan yang slalu ia impikan untuk menjadi imam dalam rumah tangganya.

"Sheaa," langkah wanita itu kembali terhenti mendengar seseorang memanggil namanya. Sepertinya ia kenal dengan suara itu, seperti suara Alif.

Wanita yang terus memperhatikan Alif adalah Shea, Shea Neeka Almeera. Salah satu wanita yang menjadi pengagum rahasia Alif, sudah lama ia menyimpan rasa itu untuk Alif.

Shea membalikkan badannya dan menatap Alif, tidak! Ia sama sekali tak berani menatapnya, Shea hanya bisa menatap kaki bersandal nya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu Shea," salamnya pada Shea dengan memamerkan sederet gigi putihnya, Shea tak bisa melihat jelas ia hanya melihatnya sekilas saja.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatu," jawab Shea sembari menatap kaki Alif yang terus melangkah mendekatinya.

Semakin dekat kaki itu melangkah, semakin cepat jantung Shea berdetak. Semakin wanginya tercium, semakin Shea jarang bernafas karena gugupnya.

"Galih ada di rumah?" Tanya nya saat langkah kakinya berhenti beberapa langkah di hadapan Shea.

"I...ya," jawab Shea gugup.

"Nanti bilang ya malam ini aku mau main ke rumah."

"Iy...ya."

"Makasih ya, assalamualaikum," ucapnya sembari berjalan melewati Shea yang gugup bukan main.

"Waalaikumussalam mas," balas Shea dengan mengembangkan senyumnya yang tak bisa ia tahan lagi.

Jadi nanti Alif akan ke rumahnya, bukan hal yang luar biasa karena Alif memang biasa pergi ke rumahnya untuk bicara dengan Galih. Tapi Shea slalu senang jika Alif berkunjung ke rumah.

'Walau hanya beberapa katamu, kamu mampu membuatku terjatuh pada suaramu. Aku mencintai mu karena agamamu mas, semoga Allah segera mempersatukan cinta kita,' batin Shea.

Hai Alif!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang