02. Mengsedih

206 160 394
                                    

Keyra melangkahkan kakinya pada koridor sekolah yang terlihat sepi. Wajar saja jika sepi, karena saat ini kegiatan belajar-mengajar tengah berlangsung. Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah ruangan yang bertuliskan 'XII MIPA 4'.

Keyra menghela napas pelan. Kemudian, ia mulai melangkah masuk ke dalam ruangan yang merupakan kelasnya itu.

Tok, tok, tok!

Atensi murid yang berada di kelasnya teralihkan menuju arah pintu kelas. Keyra menjadi pusat perhatian saat ini. Termasuk, Pak Didi-guru Fisika-yang sedang mengajar di kelas Keyra saat ini.

"Keyra?" cengo Pak Didi.

Keyra menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Silahkan masuk," titah Pak Didi.

Keyra mengangguk. Lalu, gadis itu melangkah menghampiri guru Fisikanya dan menyalami punggung tangannya.

"Anu, Pak, maaf saya telat," ucapnya tak enak hati.

"Kenapa telat?" tanya Pak Didi.

"Tadi malam saya begadang, Pak. Jadinya bangunnya kesiangan." Keyra menyengir kuda.

Pak Didi menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Ada-ada saja remaja zaman sekarang, sudah tahu kalau besoknya sekolah malah begadang. Dasar anak muda.

"Ya sudah, kamu boleh duduk. Besok lagi, kalau sudah tahu besok sekolah, jangan begadang. Mengerti, Keyra?" tutur Pak Didi.

Keyra mengangguk singkat. "Mengerti, Pak."

"Ya sudah, silahkan duduk. Bapak akan kembali menjelaskan mata pelajaran hari ini."

Keyra mengangguk. Gadis itu membalikkan badannya dan melangkah menghampiri mejanya. Di sana sudah ada Alicia Zalfa-sahabat Keyra-yang sedari tadi menatap Keyra.

Keyra meletakkan tasnya di atas kursinya. Ia kemudian duduk sembari menghela napasnya lega. Untung saja hari ini yang mengajar mata pelajaran pertama Pak Didi, guru yang sangat pengertian kepada muridnya. Coba saja kalau guru killer yang mengajar pagi ini, habis sudah riwayat Keyra.

"Lo kenapa bisa telat, sih?" bisik Cia kepada Keyra yang sudah duduk di sampingnya.

Keyra menoleh, ia merapatkan dirinya mendekati Cia. "Gue mimpiin Jefri Nichol, jadinya bangunnya telat," balasnya ikut berbisik.

"Ya, 'kan, ada kembaran lo. Masa iya, dia ninggalin lo?" tanya Cia heran.

"Kayra dijemput sama Galen. Sialan, 'kan?"

"Pfftt." Cia segera menutup mulutnya yang akan meledakkan tawanya. Jangan sampai meledak di saat jam pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan, Keyra, gadis itu menatap sahabatnya kesal.

"Yang ketawa besoknya mati."

"Yang nyumpahin mati duluan."

"Gue gak nyumpahin, ya!" protes Keyra.

"Itu tadi lo nyumpahin gue, ya, Key."

"Lo duluan yang mulai! Tapi, gue gak nyumpahin lo. Gue cuma ngedoain lo."

"Awas nanti gue mati, lo nangis kejer," ledek Cia.

"Dih, kuker banget gue nangisin lo."

"Awas aja lo, kalau sampe nangis beneran, gue datengin lewat mimpi."

"Datengin aja, dateng-"

"Keyra, Cia," panggil Pak Didi dari mejanya.

Keyra mengatup mulutnya rapat-rapat. Perlahan, ia menoleh menatap Pak Didi yang juga tengah menatapnya dan juga sahabatnya. Mereka berdua menatap sekeliling, seluruh teman sekelasnya menatap keduanya. Lagi-lagi, Keyra menjadi pusat perhatian.

KEYRALVAND [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang