18. Kesal

16 5 0
                                    

🍒HAPPY READING🍒
.
.
.
∆∆∆

Pagi ini, Keyra sudah siap dengan seragam lengkap khas SMA Bimasakti.

Hari ini adalah hari senin, hari yang paling Keyra benci. Menurutnya, hari senin adalah hari yang paling menyebalkan dari hari-hari lainnya. Karena, setiap hari senin tiba, tentu setiap sekolah akan melaksanakan upacara bendera, dan hal tersebut adalah hal yang tidak Keyra sukai.

Berdiri berjam-jam di tengah-tengah teriknya matahari, mendengarkan celotehan guru pada saat sesi amanah pembina upacara. Dua hal tersebut sangat menjengkelkan bagi Keyra. Padahal matahari pagi tuh bagus buat tubuh, lho, Key.

Saat ini, Keyra sedang berada di teras rumahnya. Gadis dengan rambut yang dibiarkan tergerai itu baru saja selesai menali sepatunya. Keyra menegakkan tubuhnya kembali, iris mata cokelat indahnya melirik pada jam tangan yang bertengger manis di pergelangan tangan kirinya. Keyra menghembuskan nafas berat.

“Lama banget, sih,” gumamnya.

Samar-samar ia mendengar derap langkah mendekati Keyra yang sedang duduk di kursi yang tersedia di teras rumahnya dengan pandangan mata lurus ke depan. Dan benar saja, ada seseorang yang tiba-tiba saja menduduki kursi di sebelah Keyra, membuat gadis itu menoleh. Seketika netranya mendapati Kayra yang tengah tersenyum simpul kepadanya.

“Ngapain lo senyum-senyum?”

Mendapat pertanyaan dari adik kembarnya, Kayra segera menggeleng pelan. “Gue cuma seneng aja, akhirnya bisa masuk sekolah lagi.”

“Seneng masuk sekolah atau seneng mau ketemu Galen?”

Kayra menyengir lebar. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Opsi kedua, sih.”

“Sudah kudugong.”

“Kay, Key, ayo berangkat. Papa antar, sekalian Papa mau pergi ke kantor.” Sahutan dari dalam rumah megah Keyra dan Kayra berhasil membuat kedua gadis itu menoleh serempak, menatap Sean yang sedang mengancingi kancing pergelangan tangan sebelah kiri yang terdapat pada kemeja yang pria itu kenakan.

“Ayo!” Kayra berdiri, namun tidak dengan Keyra. Hal itu sontak membuat Kayra mengernyit tak mengerti. “Key, ayo! Lo kenapa diem aja di situ?”

“Lo berangkat sama Papa aja, gue lagi nungguin Alvand.”

Ya, Alvand memang memberikan pesan kepada Keyra tadi malam. Laki-laki itu mengatakan jika ia akan menjemput Keyra hari ini. Namun, sudah 20 menit Keyra menunggu, Alvand tak kunjung datang juga. Padahal biasanya, cowok itu selalu datang tepat waktu jika dia berkata akan menjemputnya.

“Key, kamu yakin?” tanya Sean memastikan.

Keyra mengangguk yakin. “Yakin, Pa. Nanti kalau Alvand ke sini, dan Keyra gak ada, gimana?”

“Udah, deh. Mending lo berangkat sama gue sama Papa aja. Lihat, tuh, udah jam berapa?” Kayra menunjuk jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri Keyra menggunakan dahunya.

Keyra melirik jam sekali lagi. Pukul 06.30 WIB. Setengah jam lagi bel masuk akan berbunyi, apalagi mengingat jarak antara rumah Keyra hingga ke sekolahnya bisa dibilang lumayan jauh. Keyra menghela nafas pelan.

“Tapi, Alvand gimana?”

“Mungkin Alvand lupa kali,” tebak Sean.

“Tapi, Pa. Gak biasanya Alvand lupa sama hal kayak gini. Apalagi soal Key,” balas Keyra.

“Bisa percaya diri juga lo?” Kayra terkekeh pelan kala ia melihat perubahan raut wajah Keyra yang menatapnya kesal.

“Terus, kamu mau nungguin Alvand di rumah? Padahal udah tau kalau sebentar lagi bel. Jarak dari rumah ke sekolah kamu juga lumayan jauh, Key,” peringat Sean.

KEYRALVAND [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang