19. Biangkerok

23 3 0
                                    

🍒HAPPY READING🍒
.
.
.
∆∆∆

Seorang gadis cantik dengan rambut yang dibiarkan tergerai terlihat sedang duduk manis di halte yang terletak di depan sekolahnya.

Gadis itu celingak-celinguk ke sana-kemari seperti sedang mencari sesuatu. Hembusan nafas terdengar entah sudah yang ke-berapa kalinya. Kaki putihnya mengayun dengan netra cokelat indahnya yang menatap ke bawah, pipi tirusnya mengembung, meninggalkan kesan imut pada gadis itu.

Ia melirik jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB, tetapi seseorang yang sedari tadi ditunggunya tak kunjung datang juga.

“Ke mana, sih, dia? Lama banget!” gerutunya, “udah tiga puluh menit gue nungguin di sini. Gak datang-datang, ish!”

Gadis itu tak henti-hentinya menggerutu kesal yang ia tujukan untuk seseorang yang tengah ia tunggu itu. Ia mendengus kesal. Awas saja nanti jika bertemu, akan ia cabik-cabik wajahnya!

“Keyra?”

Baru saja gadis itu hendak meninggalkan halte, niatnya urung tiba-tiba kala seseorang memanggil namanya.

Ya, gadis yang sedari tadi duduk di halte adalah Keyra. Ia tengah menunggu Alvand di sana. Pada saat jam istirahat tiba tadi, cowok itu mengirimkannya pesan supaya Keyra tidak perlu meminta sopir pribadinya untuk menjemputnya, karena Alvand berkata bahwa laki-laki itu akan mengantarkannya pulang.

Alvand juga mengatakan bahwa hari ini, cowok itu sudah mulai melakukan latihan rutin untuk pertandingan basket yang akan diadakan dua bulan lagi. Mendengar itu, awalnya Keyra menolak niat Alvand untuk mengantarnya pulang, tetapi cowok itu kekeuh ingin melakukan hal tersebut.

Namun, sudah 30 menit ia menunggu sedari bel pulang dibunyikan, Alvand tak kunjung menampakkan dirinya di depan Keyra. Padahal, Keyra sudah mengiriminya pesan jika ia menunggunya di halte depan sekolah. Dan kini, ketika dirinya hendak mencari kendaraan umum, seseorang tiba-tiba memanggil namanya.

“Arka?” beo Keyra. Yap, Arka sang ketua OSIS SMA Bimasakti.

“Belum dijemput? Kok belum pulang?” tanya Arka.

Keyra bergumam, “Gue nungguin Alvand, tapi dia gak dateng juga sampai sekarang.”

“Alvand? Lo pulang sama dia?”

Keyra mengangguk singkat. “Iya. Lo lihat Alvand gak?”

“Enggak.” Arka menggeleng pelan. “Gue baru selesai kumpul OSIS, dan langsung ke sini. Gak lihat Alvand selama jalan ke sini,” jelas Arka.

Keyra menghela nafas pelan. “Yaudah deh, makasih, ya, Ar. Gue duluan.”

“Eh, lo mau ke mana?”

Keyra menghentikan langkahnya saat Arka kembali bertanya kepadanya, cewek itu mengangkat kedua alisnya.

“Mau pulanglah, ya kali gue nginep di sini.”

“Lihat ini udah jam berapa? Jarang ada kendaraan umum yang lewat ke sini di jam segini.”

Keyra berfikir sejenak. Benar juga apa yang dikatakan oleh Arka barusan. Hembusan nafas gusar lagi-lagi dihembuskan oleh gadis itu.

“Iya juga, sih. Tapi, gak ada pilihan lain selain jalan kaki, 'kan?”

“Ayo, gue anter pulang.”

Keyra menatap Arka dengan wajah cengonya. Gadis itu mengerjap dua kali. “Gak ngerepotin?”

Arka terkekeh, “Gue suka direpotin, kok, apalagi kalau yang ngerepotin gue itu lo. Ikhlas lahir batin.”

KEYRALVAND [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang