20. Jangan baperreuu!

29 3 0
                                    

🍒HAPPY READING🍒
.
.
.
∆∆∆

Pagi ini, Keyra sudah siap dengan seragam sekolah lengkap yang melekat di tubuhnya. Gadis itu menuruni anak tangga dengan raut wajahnya yang terlihat suntuk.

Hari ini adalah hari dimana Sean akan kembali ke Jerman. Pria itu mengatakan bahwa jadwal penerbangannya akan dilakukan pada pukul 07.15 WIB. Tentu saja, pada saat itu, Keyra dan Kayra sedang bergelut dengan mata pelajaran di sekolahnya. Hal itu sangat membuat Keyra kesal setengah mati.

Padahal, ia sangat ingin mengantarkan sang ayah saat jadwal penerbangannya tiba, sangat ingin mengantarkan ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun, Sean melarang dengan tegas. Pria itu berkata jika Keyra dan Kayra harus fokus dengan sekolah mereka, apalagi mereka berdua sudah jelas XII, yang sebentar lagi akan mengakhiri masa putih abu-abunya.

Saat ini, keluarga Keyra sedang berada di meja makan untuk melakukan sarapan bersama. Jika biasanya, suasana di antara keluarga itu akan terasa ramai karena celotehan Keyra dan Kayra yang tak ada hentinya, atau bahkan ramai karena kedua gadis itu selalu cekcok ketika bertemu, tetapi kali ini suasana mendadak hening. Jangan tanya apa yang menyebabkan suasana berubah tiba-tiba, tentu saja karena Keyra dan Kayra tengah merajuk karena tidak diperbolehkan untuk mengantar Sean ke bandara. Bahkan, raut wajah keduanya terlihat sangat jutek.

"Kayra, Keyra ... kenapa masih cemberut aja, sih, hm?" Sean berucap, mencoba untuk membujuk putri kembarnya.

"Key gak pren sama Papa! Masa, Key gak dibolehin ikut, sih?"

Kayra mengangguk setuju. "Kay juga! Kay, 'kan, mau ikut!"

Sean tersenyum melihat tingkah kedua putrinya yang seperti anak kecil ketika sedang merajuk. Pria dengan setelan kemeja itu memilih berdiri di tengah-tengah Kayra dan Keyra. Sean mengelus lembut surai hitam milik Kayra dan Keyra.

"Anak-anak Papa yang cantik ... kalian pasti ngerti, 'kan, kenapa Papa gak kasih izin kalian buat ikut? Papa gak mau, kalau kalian bolos sekolah hanya karena mau antar Papa ke bandara." Sean mencoba memberi pengertian kepada kedua anak gadisnya.

"Tapi, 'kan, Pa, kita berdua bisa izin sebentar sama guru, kok!" protes Keyra.

"Iya, memang benar apa yang kamu bilang. Tapi, tetap gak Papa izinin."

Kayra dan Keyra tak bisa berbuat apa-apa selain menghela nafas pasrah. Begitulah Sean, jika sudah mengatakan tidak, maka seterusnya akan tidak. Keputusannya selalu mutlak dan tidak bisa diubah oleh siapapun, termasuk anak dan istrinya.

Sean lagi-lagi tersenyum saat melihat kedua anak gadisnya menuruti larangannya, walaupun ia tahu bahwa mereka tengah menahan kesal setengah mati. Sean kembali duduk di kursinya, yang terletak tepat di hadapan Keyra.

"Yaudah, kalian cepat habiskan sarapannya. Kay, kamu biar Papa yang antar, nanti sekalian Papa berangkat ke Bandara. Key, kamu berangkat sama Alvand, udah ditungguin di depan."

Uhuk!

"Astaga, Keyra! Hati-hati, dong!" Soraya yang baru saja datang dari dapur, seketika terkejut saat melihat Keyra tersedak. Langsung saja wanita itu menyodorkan air putih kepada Keyra.

Keyra meminumnya dengan sedikit tergesa-gesa, membuat teguran keluar dari bibir Soraya. Wanita itu masih setia mengusap-usap punggung Keyra dengan lembut.

"Ahh! Makasih, Ma," ucap Keyra ketika sudah selesai meminum air putihnya. Soraya hanya mengangguk sebagai balasan.

"Alvand di depan, Pa? Sejak kapan?" tanya Keyra.

Sean mengerutkan alisnya. "Lho? Kamu belum tahu kalau Alvand di depan?"

Keyra menggeleng. "Belum, Pa. Alvand gak ngasih tau aku kalau dia mau jemput."

KEYRALVAND [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang