Teh, Lemon, Madu.

1.2K 128 125
                                    

Kerongkongan yang kering membuat gadis yang sebentar lagi genap berumur dua puluh satu tahun itu tak nyaman, berulangkali ia coba mengabaikan perih di rongga makan minumnya karena matanya masih memaksa untuk tetap terpejam. Namun ia mengalah, butuh sekitar lima menit hingga akhirnya ia bangun dari tidurnya.

Gadis dengan piyama satin berwarna merah marjan itu mendudukan badannya di atas ranjang sambil mengusap-usap matanya menarik jiwa-jiwanya untuk segera berkumpul.

Dengan mata yang masih setengah tertutup iya memandangi meja belajarnya yang ada di samping kanan ranjangnya berharap menemukan sebotol air.

Ia mengerang malas. 

Botol 1 liter itu kosong. 

Membuat ia dengan ogah-ogahan bangkit dari ranjang empuknya, tangannya meraih mug berwarna hijau dari atas meja. Tidak ada air juga di dalam sana. Ia melirik ke jam weker digital di meja belajarnya, hampir jam delapan malam.

"Hadeehh.." Keluhnya, bisa menebak setelah ia turun untuk mengambil minum ia tidak akan bisa kembali tidur. Efek dari obat demam yang ia minum jam dua siang tadi berhasil membuat ia terlelap hampir enam jam.

Dengan lesu ia melangkahkan kaki-kakinya menurunin tangga demi tangga menuju lantai satu, dimana dapur kost-kostannya itu berada. 

Gadis itu berhenti sejenak melihat semua lampu di ruang tamu dimatikan, tidak seperti biasanya. Anak-anak kos juga nampak hening kamarnya masing-masing. Tapi ia bisa melihat dari tempatnya berdiri kalau lampu dapur dan ruang makan menyala terang. 

"Pada lagi pengen hemat token kali ya." Ucapnya dalam hati, mencoba berpikir positif.

Ia lanjutkan kembali langkahnya sambil menenteng mug hijau  yang ingin ia isi air mineral di tangan kanannya.

Namun baru satu langkah ia masuk ke dapur, hampir saja ia lempar mug itu ke arah dapur ketika melihat sesosok lelaki dengan kaos putih polos tengah memunggunginya dan menghadap ke arah dispenser. 

"HEH." Gadis itu menjerit kaget.

Membuat lelaki yang sama terkejutnya segera berbalik dan reflek mengangkat kedua tangannya melindungi dirinya yang akan dilempar mug oleh gadis yang barusan memekik padanya.

Namun si gadis segera menurunkan tangannya yang sudah terangkat di udara setelah mengenali wajah tak bersalah lelaki yang kini tengah menatapnya panik.

"Athan bego, gue kira siapa." Ucapnya seraya mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan menyandarkan satu tangannya ke konter dapur sebelum akhirnya dia sadar kembali akan kehadiran seseorang yang tidak biasanya di dapur kosannya.

"Hah lo ngapain disini?" Tanyanya heran, keningnya berkerut.

Si lelaki itu tak begitu menggubris, balik memunggungi yang bertanya terlihat sibuk mengisikan air dari dispenser ke dalam gelas.

"Ni Athan apa setan sih gue nanya kenapa lo bisa ada disini?" Tanya gadis itu berusaha mendekat penasaran dan bersiap untuk mengusir atau membaca ayat kursi.

"Lagi bikin teh lemon madu gue." Jawab si lelaki itu santai, tangannya sibuk menaik-turunkan teh kantong ke gelas.

"Udah lo tunggu aja sana duduk, nanti gue anter kesana."

Si gadis mengernyitkan, seorang Athan dan teh lemon madu di dapur kosannya? Mengapa? Bagaimana? Dan untuk apa?

"Bentar gue bingu-" 

"Kali ini lo dengerin gue Ca." 

"Sekali ini aja." Lelaki itu menoleh, menatap seseorang yang kebingungan itu dengan mata yang tenang namun suaranya terdengar gaham.

Another Side of KBYY FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang