Happy reading~
.
.
.
.Yedam nama si pemuda yang kini terlihat sibuk mengumpulkan berbagai piring kotor di sebuah cafe kecil yang sejak tadi ramai, tapi berangsur sepi karena waktu sudah menuju larut malam.
Dengan telaten tangannya menyisihkan sisa makanan ke keranjang sampah. Di lain sisi tangan pemuda itu mendingin nyaris membeku karena suhu air yang dingin ketika malam, terlebih di luar sedang hujan lebat—membuatnya semakin menggigil.
"Biar aku yang melanjutkan, lihatlah wajah pucat mu yang sudah persis seperti mayat," sindir seseorang yang kini tengah menggulung kemeja putihnya hingga sebatas siku, sedikit menyenggol lengan Yedam agar pemuda itu segera pergi dari depan washtafel.
Bukannya marah, pemuda kelahiran Mei itu justru tersenyum karena ulah si kawannya satu itu.
"Apa kau sakit?, Pulang lah lebih awal jika iya. Pinjam payung manajer dan lekas lah pergi," tambah pemuda itu yang kini sudah mulai menyabuni piring kotor di tangannya.
Yedam menyentuh tengkuknya yang sedikit menghangat, belakangan ini dia memang merasa kurang enak badan, tapi terus saja di abaikannya. Beranggapan jika itu hanya sakit akibat kecapekan.
"Tidak enak badan karena efek cuaca," kilah Yedam lalu membantu mengeringkan piring yang baru di cuci, "makasih kak Sahi, aku jadi merepotkan mu" tambah Yedam lalu meringis ketika mendapat tatapan tajam dari orang di sebelahnya saat ini, Asahi.
"Jangan sampai aku melempar piring ini ke mulut mu Yedam," tukas Asahi yang sudah pongah dengan tingkah Yedam.
Terkadang Asahi heran, kenapa bisa ada manusia baik seperti Yedam?, Tidak enakan dan selalu tak ingin merepotkan. Andai saja semua manusia di dunia sejenis dengan Yedam, percayalah hukum tak akan berlaku di dunia ini. Karena semua permasalahan bisa di selesaikan dengan satu kata maaf.
Yedam terkekeh, kembali fokus dengan pekerjaannya. Keningnya mengkerut ketika Asahi tiba-tiba menempelkan permukaan kulit tangannya ke tangan Yedam.
"Lihat," perintah Asahi, "kau demam Yedam" keluh pemuda itu setelahnya, lalu membilas busa di tangannya dan segera mengeringkannya dengan handuk kecil di pinggiran washtafel.
Mengejutkan Yedam karena tangan Asahi tanpa di duga merampas piring yang sedang ia keringkan, menaruhnya di meja lalu mendorong pundaknya agar keluar dari dapur. Berjalan menuju depan kasir.
"Kak Hyunsuk, Yedam sakit" lapor Asahi pada seseorang yang sedang mengelap meja penerimaan pesanan.
Raut wajah panik bercampur cemas tergambar di wajah pemuda yang di panggil Hyunsuk tadi. Langsung saja tangannya bergerak menyentuh kening Yedam, terlonjak kaget karena suhu tinggi yang ia rasakan di permukaan kulitnya.
"Ya ampun Yedam, kenapa kerja kalau sakit?!," Maki Hyunsuk yang notabennya si pemilik kafe, membuat Yedam saling menautkan tangan takut sambil menunduk.
"Ayo kakak antar pulang" lanjut Hyunsuk kemudian sambil membuka celemek berlambang identitas kafe miliknya. "Sahi titip kafe ya, Cio baru keluar buang sampah" tambah Hyunsuk yang kini menatap Asahi.
Asahi mengangguk patuh, sementara Yedam menggeleng heboh, "nggak perlu kak, Yedam bisa pulang sendiri" tolak Yedam yang kini mengibas-ngibaskan tangan di depan dada.
Hyunsuk yang mendengar hal itu segera mengarahkan tangannya ke pinggang, berkacak menahan ceramahnya. Sementara Asahi hanya bisa menghela napas, mereka berdua terlalu paham dengan tingkah pemuda di depannya ini.
Tanpa menunggu jawaban, Yedam segera membungkuk sopan, berjalan menuju ruang member lalu membuka celemek nya, menyimpan sehelai kain itu di loker dengan lipatan rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Give Up [Yedam] ⚠️
Fanfiction[Completed] "Apa aku juga harus terlahir dengan satu ginjal dulu, baru eomma memperhatikan aku dan Appa mau menggenggam jemari ku seperti adek?"-Yedam ================================ Start : 11/01/2022 Finish : 29/03/2022 ■ Warning!, Mental illne...