16: Kakak-adik

1.5K 241 17
                                    

Cuma mau mengingatkan, citra mereka disini itu yang aku pakai, pas masih masa-masa YGTB yaa.
.
.
.
.

Yedam tersentak kaget ketika lampu di kamarnya tiba-tiba padam, tepat ketika suara petir menyapa indra pendengarannya.

Mengerjapkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan penglihatan dalam kegelapan total.

Dengan susah payah berjalan sambil teraba untuk menuju ke meja nakas sebelah tempat tidur, tempat terakhir kali dia menyimpan ponselnya.

Segera menyalakan flash dari ponselnya dan perlahan berjalan menuju ke pintu kamarnya.

Baru beberapa menit dirinya melengkapi catatannya, menyalin milik Jisung karena memang beberapa waktu belakangan ini ia tak hadir, tapi listrik justru tidak berpihak padanya.

Melangkah turun hendak menghampiri bibi Ahn sebelum akhirnya dia mendengar suara tangis.

Detik itu pula ia baru sadar jika kedua orang tuanya belum pulang, dan pasti adiknya itu sedang ketakutan dalam kesendiriannya di kamar.

Yedam menghela napas pelan, sedikit cemas memikirkan Jeongwoo.

Membuatnya secara naluriah berjalan menuju kamar sang adik, lalu mengetuk pintunya dan memutuskan masuk ketika tidak mendengar jawaban dari empunya kamar.

"Jeongu?" Panggil Yedam sambil mengedarkan pandangan ke ruangan yang terlihat cukup lebar walau dalam keadaan minim cahaya itu.

"Hiks..., K-kak" Yedam menolehkan kepala ke atas kasur, disana terlihat Jeongwoo yang ketakutan sambil memeluk lututnya, menjadikan selimut sebagai pelindungnya ntah dari apa.

Yedam tersenyum lega, lalu berjalan mendekati bongkahan daging hidup itu. Mengarahkan flashnya ke langit-langit dan mendudukkan diri sambil memeluk tubuh Jeongwoo.

"Kenapa nangis, hmn?" Tanya Yedam yang masih setia mengusap punggung sang adik, berusaha memberikan ketenangan pada si bungsu keluarga Park ini.

Jeongwoo tak membalas dengan kata, dia justru membalas pelukan Yedam, menyembunyikan mukanya di ceruk leher sang kakak.

Yedam hanya tersenyum tipis, "kok belum tidur?, Kan udah malam" ucap Yedam ketika mengingat sekarang sudah pukul sebelas malam.

"Takut" bisik Jeongwoo, Yedam terkekeh sambil menjauhkan dirinya dari Jeongwoo. Menatap lekat wajah sembab milik Jeongwoo.

Ini yang Jeongwoo suka dari kakaknya, senyuman kakaknya itu begitu menenangkan di keadaan apapun.

"Apa yang di takuti?, Kan petirnya di luar, nggak nyambar Jeongu" Jeongwoo menyebik kesal sambil memukul pelan tangan sang kakak, membuat Yedam terkekeh.

"Iya iya, udah sekarang tidur ya, eomma sama appa sepertinya masih lama pulangnya dan listriknya juga kelihatan padam merata karena hujan deras begini" jelas sang kakak yang langsung mengarahkan sang adik untuk kembali menidurkan dirinya di kasur.

Jeongwoo menurut, segera memposisikan dirinya dalam posisi tidur sambil menghadap pada Yedam, menahan tangan Yedam ketika pemuda itu hendak beranjak.

I Give Up [Yedam] ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang