21: Sebuah pesan

2.2K 261 42
                                    


Tarik napas dulu gih.

Btw baca, Nyambi dengerin lagu di media enak juga kayanya

Happy reading 💎~





June, Rose dan Jeongwoo masih diam, terus memutar semua kaset yang ada di dalam kota kaset milik Yedam.

Tak memperdulikan berapa jam waktu yang telah mereka buang hanya untuk menyaksikan peluapan perasaan Yedam hanya dari video yang ia rekam secara berkala itu.

Tak hanya video jangka dekat, bahkan beberapa video sudah ada dari beberapa tahun lalu seperti saat Yedam masuk SMP atau baru lulus SMP dengan kesendiriannya.

Hingga akhirnya June teringat dengan kotak yang di berikan Taeyong kemarin. Mengingat jika dia sempat melihat beberapa kaset di dalamnya.

Sebuah kaset dia ambil, menatap lekat pada permukaannya yang tertulis sebuah kalimat disana.

'Untuk Kesayangannya Yedam', tanpa sadar kalimat itu membuat June kembali menarik napas, mengarahkan kaset itu ke dalam disk dan ikut mendudukkan diri di sebelah Jeongwoo yang sejak tadi hanya diam.

"Kalau udah mulai bilang ya Dobby"

Ketiganya mengerutkan kening, tanpa sadar kembali menahan napas ketika melihat kini Yedam yang sedang duduk mengenakan baju pasien, diatas kasur rumah sakit.

"Iya dam iya, eh udah mulai"

Yedam menatap tajam pada sosok yang lebih tinggi dari pada kamera.

"Ulang ih!" keluh Yedam

Ketiganya kini merasa aneh, karena baru kali ini di video Yedam ada orang lain atau istilahnya selain bibi Ahn.

"Iya, iya, udah di ulang ini"

Tentu saja si perekam berbohong, karena durasi video yang terus berjalan, bukannya berhenti.

"Eh tunggu dulu Dobby, aku harus gimana?, Terus bilang apa dong?" Tanya Yedam—ekspresi wajahnya sungguh menggemaskan saat ini, membuat senyum tanpa sadar terbit di wajah Rose.

"Ya bilang aja apa yang mau kamu bilang Dammie"

"Apapun?"

"Iya apapun"

"Gimana kalau mereka marah?"

Pertanyaan itu sekarang malam membuat June tanpa sadar menggeleng. Menunggu lanjutan dari videonya.

Tepukan keras terdengar, "kan ada aku yang jadi tameng mu"

Setelahnya yang dapat mereka lihat hanyalah wajah datar Yedam, tapi di susul dengan senyum tipis.

"Okee, aku udah siap"

"Oke, 1, 2, 3" ujar orang itu memulai hitungan palsunya.

Yedam tersenyum cukup lama. Hanya diam, sembari menatap lurus ke kamera.

"Ini video, bukan foto"

Yedam mengeluh, "ih kan, diam dulu kenapa sih?, Kan aku bingung harus nyapa gimana, nanti malah terlalu formal, atau nggak malah terlalu sok akrab, gimana kalau mereka nggak suka Dob?" Rengek Yedam.

"Shtt, udah di bilang jadi diri sendiri aja. Udah diam, nanti kita take video sampai malam pula, ingat banyak video yang mau kita ambil" peringat si kameramen terdengar garang.

I Give Up [Yedam] ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang