Yedam tersenyum senang di sudutan kamar—berusaha membuat jarak agar kehadirannya tidak mengganggu siapa pun. Dalam hati tak berhenti bersyukur ketika melihat mata Jeongwoo yang kini sudah membuka. Bangun dari masa kritisnya.Tersenyum tipis ketika melihat sang ayah yang sejak tadi turut menggumamkan syukur sama seperti dirinya. Sementara sang ibu tak berhenti-henti mengecup pucuk kepala hingga ke wajah Jeongwoo dengan sayang.
Menangis penuh suka cita menyambut bangunnya si bungsu.
Tidak, dia tidak iri. Sungguh. Dia justru sangat senang, karena sadarnya Jeongwoo bisa kembali membawa senyum di wajah kedua orang tua mereka.
Melihat mereka bahagia. Itu saja sudah cukup bagi Yedam.
🥀
"Kenapa nggak ke lapangan?"
Yedam menolehkan kepalanya ke depan, mengabaikan kehadiran Doyoung yang kini duduk menghadap padanya.
Sementara Doyoung?, Pemuda itu tentu hanya tersenyum maklum, dia paham jika Yedam bukan tipe orang yang mudah membuka diri.
"Kamu sudah sehat?" Tanya Doyoung kembali, sepertinya pemuda itu tak berminat menyerah sama sekali dengan Yedam.
"Kejadian kemarin sudah cukup lama, Tentu saja sudah" balas Yedam, merasa aneh karena Doyoung malah menanyakan tentang sakitnya yang sudah lewat seminggu lamanya.
Sejujurnya Yedam merasa aneh pada pemuda di depannya ini, maksudnya, apa Doyoung tidak lelah tersenyum seperti itu terus?. Apa pipinya tidak merasa keram dan bibirnya tak merasa sakit?. Aneh sekali kenapa dia betah terus tersenyum lebar seperti saat ini.
"Baiklah-baiklah, aku salah" kekehnya.
"Aneh" tukas Yedam yang justru membuat Doyoung semakin tertawa.
Mengontrol tawanya, Doyoung lalu bertanya, "aneh kenapa?"
"Bisakah kamu berhenti tersenyum?, Itu menjengkelkan" tukas Yedam dengan jujur, tak memperdulikan kalimatnya itu akan menyakiti Doyoung apa tidak.
Yedam justru semakin heran ketika tawa Doyoung justru pecah, bahkan tangannya terlihat sibuk menghapus kasar sudut matanya yang sedikit berair.
Kan benar. Kim Doyoung itu aneh.
"Ternyata benar, kamu itu orang yang menarik" ucap Doyoung masih dengan kekehan, tetapi tiba-tiba terdiam dan menatap Yedam dalam, membuat Yedam tanpa sadar menahan napas karena tatapannya yang begitu berubah.
"Dan aku suka itu" bisik Doyoung lalu kembali tersenyum, membuat Yedam merasa ikutan aneh dan refleks mengalihkan pandangannya ke luar jendela kelas. Menatap ke arah langit luas, menyangkal diri jika ia sedang gugup.
Tidak tahu kenapa, tapi hanya dengan mendengar ucapan Doyoung, mampu membuatnya menjadi tersipu. Mulut anak ini harus diwaspadai rupanya, pikir Yedam.
"Tapi aku tidak menyukai mu" ketus Yedam berusaha senormal mungkin, seakan-akan dia tak ingin tertangkap basah karena sudah terhenyak dengan ucapan Doyoung barusan.
Doyoung yang mendengar ucapan itu hanya mulai menopang dagu sambil menatap Yedam, berhasil membuat Yedam sedikit tertekan, karena kegugupan yang ntah ia dapat dari mana.
"Kenapa?" Tanya pemuda itu tenang dengan senyuman hangatnya.
Yedam mendengus, dia menyerah dengan pemuda di depannya ini, "aku tak terbiasa" bisik Yedam setelahnya, membuat alis Doyoung saling bertaut karena heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Give Up [Yedam] ⚠️
Fanfiction[Completed] "Apa aku juga harus terlahir dengan satu ginjal dulu, baru eomma memperhatikan aku dan Appa mau menggenggam jemari ku seperti adek?"-Yedam ================================ Start : 11/01/2022 Finish : 29/03/2022 ■ Warning!, Mental illne...