"kakak kenapa?"
Yedam tersadar dari lamunannya, lalu menolehkan kepalanya pada Jeongwoo di sampingnya. Dengan senyuman lembut, tangannya perlahan terangkat untuk mengusap sayang kepala sang adik.
"Nggak kok, kakak nggak kenapa-kenapa" ucap Yedam lembut, lalu mengalihkan seluruh atensinya pada Jeongwoo.
"Yedam itu sama persis seperti Appa kamu. Menyimpan rasa dan rahasianya sendiri"
Jeongwoo termangu. Tanpa sadar pembahasannya beberapa waktu lalu dengan orang lain tadi kembali menggema dalam pemikirannya.
Dia marah karena ada rahasia yang di sembunyikan darinya, tapi sayang targetnya salah. Karena ia tak akan pernah bisa marah dengan Yedam.
Saat ini mereka ditinggal berdua di ruang rawat Jeongwoo. Ibu mereka sedang ada pekerjaan mendadak di butiknya, sementara ayahnya tentu saja sibuk bekerja di kantor.
Meninggalkan keduanya dalam keheningan karena fokus menatap layar tv di depan ranjang.
Tetapi dengan cepat Jeongwoo menyadari atensi Yedam yang sama sekali tak fokus pada layar tv.
"Kakak tidak mau cerita tentang Appa?"
Yedam sedikit tersentak, tetapi dengan sempurna ia dapat kembali menyembunyikan keterkejutannya dalam senyumnya yang menawan.
"Halmeoni ya yang cerita?" Tebak Yedam tepat sasaran ketika melihat mata Jeongwoo yang sedikit bergetar. Yedam mengangguk tampak paham, itu sebabnya ia sempat merasa aneh dengan gelagat Jeongwoo ketika pertama kali masuk ke ruang rawat.
"Kan Jeongu udah tahu ceritanya dari halmeoni, berarti kakak tidak perlu menceritakannya lagi dong" Ujar Yedam sambil tersenyum puas, seakan bangga karena berhasil membuat Jeongwoo kesal.
Jeongwoo memanyunkan bibirnya, tampak tak setuju dan juga ragu.
"Jeongu marah sama halmeoni?"
Hening. Tidak ada balasan dari si yang termuda. Dari sini saja Yedam dapat menduga jika adiknya itu sedang terjebak dalam dilema.
"Ngga tahu. Jeongu nggak pernah duga jika Appa pernah mengalami hal seperti itu dulu" bisiknya pelan, tersirat penyesalan dari gelagat nya yang sangat jelas. "apa kakak membenci Appa atau marah dengan halmeoni?" Tanya Jeongwoo setelahnya dengan pandangan mengunci pada Yedam.
"Apa Jeongwoo marah sama kakak karena nggak cerita?" Tanya Yedam kembali yang dapat melihat gelengan dari Jeongwoo.
"Mungkin kakak punya alasan tersendiri"
"Nah betul, sama seperti kakak yang yakin Appa dan halmeoni punya alasan mereka tersendiri untuk melakukan hal itu" Jawab Yedam terdengar yakin.
Awalnya Jeongwoo ingin menentang perkataan Yedam karena kembali memikirkan sikap ayah mereka yang terlalu parah dan berlebihan, tetapi tidak tahu apa alasannya mata Yedam seakan menyiratkan lelah dan tak ingin membuka luka lama "Jeongu kapan sembuhnya?" Tanya Yedam kemudian, mengalihkan topik agar pembicaraan mereka tak terisi tentang dirinya.
Jeongwoo yang memang menyadari jika sang kakak tak ingin berbagi cerita hanya bisa tersenyum maklum. Dia penasaran, tapi tak ingin membuat sang kakak jadi tak nyaman.
"Nggak tau" gumam Jeongwoo setelah menyadari pertanyaan Yedam beberapa detik lalu. Memang dia tidak tahu kapan dirinya akan lepas dari semua penderitanya ini, jika dipikir-pikir dia juga lelah memikirkan kapan dia akan sembuh.
Terlihat murung, Jeongwoo lalu menatap mata Yedam, "apa Jeongu bisa sembuh ya kak?" Tanya Jeongwoo balik, lalu tersenyum tipis setelah mengalihkan pandangannya ke jemarinya yang saling bertaut di atas selimut. Rasa percaya diri yang rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Give Up [Yedam] ⚠️
Fanfiction[Completed] "Apa aku juga harus terlahir dengan satu ginjal dulu, baru eomma memperhatikan aku dan Appa mau menggenggam jemari ku seperti adek?"-Yedam ================================ Start : 11/01/2022 Finish : 29/03/2022 ■ Warning!, Mental illne...