Sudah sepekan lebih aku hanya berbaring disini. Mendengarkan murottal dan sesekali mendengarkan bu Mei bercerita. Aku mulai bosa. Ayahpun belum kemari setelah siuman kemarin.
Aku kembali berpikiran bahwa ayah tidak lagi ingin melihat wajahku. Ayah hanya kasihan. Makanya datang kemari.
"Bintang, ayahmu kemarin drop lagi, jadi belum sempat ke sini, nanti siang ayahmu akan ke sini. Sabar ya" bu Mei mengampiriku dan mengelusKepalaku.
Lagi-lagi aku tertampar dengan kenyataan, aku terlalu berburuk sangka kepada ayah, tapi nyatanya ayah tak seburuk yang aku pikirkan.
"Bu, sebenarnya aku kenapa?" Tanyaku. Yang sampai saat ini tidak tahu kenapa mataku kembali seperti ini.
"Matamu hanya kelelahan Bintang. Kamu tidak perlu berpikiran yang macam-macam, istirahat saja ya."jelas bu Mei menenangkan diriku.
"Bu, ponsel Bintang mati ya?" Tanyaku. Menyadari bahwa dari tadi tidak terdengar lagi murottal.
Bu Mei meraih ponselku di atas meja. Lalu mengiyakan apa yang kutanyakan.
"Tapi Bintang, pengin denger murottal lagi. " pintaku, sedih.
"Ya sudah, pakai ponsel ibu dulu, ada beberapa murottal di sini." Bu Mei membuka ponselnya dan menyalakan murottal setelah mecharge ponselku.
Aku tersenyum sembari mengangguk bersemangat.
"Kamu suka sekali ya mendengar murottal?" Tanya bu Mei.
Aku menggeleng. "Kok tidak?"
"Karena suka tidak suka, Bintang harus mendengarkan bu, karena Bintang tidak bisaMelihat. Kalau Bintang bisa melihat, sekarang Bintang sudah membaca al qur'an. "
"Apa si, yang membuat kamu sesemangat itu menghafal al qur'an?"
"Emm,, dulu, saat Bintang masih di panti, Bintang selalu berfikir, untuk apa sih, Bintang di lahirkan ke dunia ini. Padahal Bintang merasa kalau Bintang itu cuma menyusahkan orang-orang. Tapi kak Zaen selalu mengajarkan Bintang untuk terus bersemangat dan selalu berikhtiyar mewujudkan mimpi-mimpi walau itu tidak mudah. "
"Sampai suatu hari Bintang benar-benar penasaran dengan pertanyaan itu. Untuk apa Bintang di lahirkan di dunia ini. Akhirnya Bintang bertanya pada Bunda. Kata Bunda. Kita di lahirkan di dunia ini adalah untuk mencari ridho Allah. mencari ridho Allah itu mudah, yang berat itu istiqomahnya."
"Disitulah Bintang berusaha mengamalkan semua amal untuk mencari ridho Allah, dan benar kata bunda yang sulit itu istiqomah. Bintang mungkin bisa selalu sholat tahajjud, dhuha, rowatib, dan lebih banyak lagi amalan lainnya. tapi begitu berat ketika kelelahan kemudian tidur lalu sulit bangun untuk tahajud karen mengantuk. Dhuha dengan segala alasannya. Atau apa lah, dan disitu Bintang ingin melakukan satu amalan yang akan Bintang perjuangkan sampai mati. Dan itu adalah al qur'an" jelasku. Bu Mei menatapku dengan intens.
"Al qur'an memang bukan jaminan, tapi al qur'an bisa menjadi sebuah pemicu untuk memperbaiki hafalan. Tapi balik lagi ke niat. Kita memperbaiki diri bukan karena al qur'an tapi karena Allah." Lanjutku bu Mei masih terus menyimak tanpa memotong kalimatku.
"Lagi pula juga, ini sudah akhir zaman, bila kita tidak punya al qur'an siapa lagi yang akan membantu kita di hari kiamat nanti."
"Apa kamu terbesit membenci orang tua kandungmu?"tanya bu Mei, entah kenapa suaranya menjadi sedikit serak.
Aku terkekeh, untuk apa membenci.
"Mungkin memang Bintang tidak pernah di harapkan untuk di lahirkan. Atau mungkin orang tua kandung Bintang mempunyai alasan kenapa Bintang ada di panti. Tapi itu tidak masalah. Bintang tidak pernah membenci." Jelasku ringan. Seperti tidak ada dendam dalam hati.
Tapi itu memang kenyataan, mungkin memang akulah yang cacat dari lahir, jadi orang tuaku tidak bisa menerima keadaanku.
Tapi di pantilah aku menemukan hal-hal hebat yang mungkin tidak akan aku temui di tempat lain.
"Jika orang tuamu tahu sehebat ini dirimu nak, ibu jamin, orang tuamu akan sangat-sangat menyesal" suara bu Mei terdengar lirih, sepertinya menangis.
"Bu,, sudah,, tidak masalah" ucapku berusaha menenangkan.
"Apa ibu,,, tau,, orang tua kandung Bintang?" Tanyaku ragu-ragu.
Bu Mei hanya menangis dalam diam. Dan isakannya mulai terdengar lebih menyedihkan.
Ada apa.
Apa ada yang bu Mei sembunyikan dariku?.
Maaf ya, baru sedikit, baru sibuk❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Mihrab Taat (⚠TELAH TERBIT⚠)
RomanceSatu kata cinta Bilal : "Ahad!" Dua kata cinta Sang Nabi : "Selimuti aku...!" Tiga kata cinta Ummu Sulaim : "Islammu, itulah maharku!" Empat kata cinta Abu Bakar : "Ya Rosulullah, saya percaya...!" Lima kata Cinta 'Umar : "Ya Rosulullah, ijijnkan...