Satu kata cinta Bilal : "Ahad!"
Dua kata cinta Sang Nabi : "Selimuti aku...!"
Tiga kata cinta Ummu Sulaim : "Islammu, itulah maharku!"
Empat kata cinta Abu Bakar : "Ya Rosulullah, saya percaya...!"
Lima kata Cinta 'Umar : "Ya Rosulullah, ijijnkan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Bintang Erriezqiemma Laitsa Fajrina)
Dua hari persiapan telah habis. Saatnya ujian tahfidz. Katakan pada Dilan, yang berat bukanlah rindu, karena kita sudah terbiasa, yang berat adalah ujian tahfidz. Apalagi dadakan, belum siap di majukan seluruh juz, dapat pengampu yang killer pula.
Kesiapan ujian tahfidz bukan dari semalaman begadang untuk murojaah sehari sebelum ujian tahfidz. Karena yang ada besoknya akan buyar dan mulai pengen nangis waktu sudah banyak salahnya. Ditambah ustadzah yang menyimak tidak mau membantu. Gimana rasanya? Rasanya mundur saja itu lebih baikkan?.
Perasaan seperti pernah ku rasakan saat semester pertama aku di sini. Pada saat itu juga ujian tahfidz semester akhir karena aku tidak dari semester satu di sini.
Aku yang baru menjadi pemula harus bisa mengatur waktu untuk murojaah dan ziyadah mengejar target. Awalnya memang salahku yang terlalu berleha-leha. Tidak sering murojaah dan terfokuskan pada ziyadah. Yaa, seperti itu, aku menyepelekan murojaah.
Imbasnya? Aku menangis saat ujian tahfidz karena sangat sulit. Alhamdulillah waktu itu, us. Husna mengerti aku yang baru menghafal dan mau membantuku pelan-pelan. Talkin, ah, aku sangat malu, dan bertekad tidak akan mengulangi hal seperti itu.
"Sama Ustadzah siapa zah?" Tanyaku saat Zahra masuk dengan raut wajah di tekuk.
"Ustadzah Raanaa" Jawab Zahra sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Aku terkekeh. Pasti Zahra bosan, halaqoh biasa sudah dengan us. Rana, ujian malah dengan us. Rana lagi.
"Ga mau Bin" keluh Zahra.
"Kenapa ga mau?" Tanyaku.
"Killer" balasnya singkat.
"Haha, sebenarnya sih, engga ada ustadzah yang killer, tergantung kitanya. Coba anti lancar pas ujian. Killer ga?"
Zahra menggeleng dan mengubah posisi rebahannya menjadi menghadapku.
"Memangnya, kapan us. Rana mulai nyimak?" Aku bertanya pada Zahra katena us. Rana sudah menikah dan pasti akan lama menunggu us. Rana bersiap sebelum mulai menyimak.
Biasanya ustadzah pengabdian akan mulai menyimak ba'da shubuh. Karena belum punya tanggungan.
"Jam 8" jawab Zahra.
"Ya persiapan lagi sana, masih ada satu setengah jam"
Zahra mengangguk dan bangkit, meraih mushafnya dan mulai membacanya lagi. Aku pun melakukan hal yang sama.
_o0o_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.