Huaaa telat!
Untung pagar sekolah belum ditutup, aku terus berlari menuju kelasku, di lapangan terlihat semua murid baru sudah berbaris rapi sesuai dengan kelasnya masing-masing, membuatku semakin panik. Dua anak tangga langsung kulewati supaya cepat sampai kelas, taruh tas, dan turun lagi kearah lapangan mencari barisan kelasku.
Icha sahabat baikku itu nampak berada dibarisan paling belakang, aku langsung berdiri di sampingnya.
"Tumben lo telat?" tanya Icha pelan.
Aku masih sibuk mengatur napasku yang memburu, kupakai papan namaku untuk mengipasi wajahku,
"kenapa di barisan buncit sih?" keluhku sambil menarik dan membuang napas dalam-dalam, mengaturnya lagi agar aku bisa bernapas dengan normal.
"Hellooo ... Lo kira kalau gue baris di depan bisa ngosongin satu tempat buat lo?"
"Eh iya bener juga ya haha."
Semua pengurus OSIS sudah berbaris di depan. Aku hanya mencari satu wajah yang membuat tidurku tidak nyenyak semalam, hingga harus terbangun kesiangan.
Dan dia ada disana! Semua aura positif seolah memancar keluar dari tubuhnya. Sementara di podium nampak Bapak Kepala Sekolah sedang memberikan kata sambutannya, tapi aku lebih tertarik melihat Argaku hehe.
"Baiklah, sekarang mari kita dengarkan kata sambutan dari ketua OSIS kita, Argana Wajendra, silahkan Ga!" Pak Kepala Sekolah turun dari podium dan ganti kak Aga yang berbicara sekarang.
Tuhan suaranya! Bikin aku meleleh dong!
Tapi kenapa suasana jadi riuh begini sih? Aku lihat kebarisan kanan dan kiriku, para wanita pada sibuk berbisik sambil cekikikan,
Sial! Banyak saingan rupanya!
"Tatiana."
Terdengar suara seseorang memanggilku, reflek aku langsung menoleh kearah suara itu, ternyata salah satu kakak OSIS datang menghampiriku,
"Benar namamu Tatiana kan?" tanyanya sambil kembali melihat papan namaku. Sudah bisa baca namaku di sana tapi masih juga bertanya, huft!
"Eh iya kak betul."
"Ayo ikut kakak kedepan!" Kakak OSIS itu langsung menarik tanganku tanpa menunggu persetujuanku dulu. Dan amu tidak mau aku pun mengikuti langkahnya.
Aku lihat ke podium tampak Argaku juga melihatku, tapi langsung beralih lagi ke siswa-siswi di depannya seolah tidak mengenaliku. Padahal jelas-jelas kemarin di Kafe mereka sudah bertemu.
"Berdiri di sini!" seru kakak OSIS yang tadi menarikku.
Dia langsung berjalan ke arah Arga dan berbisik di telinganya, sekilas Arga melihat ke arahku sebelum beralih lagi ke siswa di depannya.
Aku semakin dag dig dug dong seerr, ini ada apa sih sebenarnya?
"Nah adik-adik. Ada yang salah tidak dari penampilan siswi didepan kalian ini?" tanya Arga pada mereka.
"Sepaatuuuuu ... " jawab murid baru serempak.
What?
Aku reflek melihat sepatuku dong. Oh My God, aku lupa ganti sandal! Tatapanku beralih ke Icha yang nampak sedang menepuk jidatnya sendiri, dan Arga yang nampak tersenyum sinis ke arahku,
"Siapa nama kamu?" tanyanya.
"Tatiana kak."
"kemarin kamu tidak dengar arahan dari kak Diah?"
"Dengar kak."
"Lantas kenapa masih pakai sepatu? Kamu tidak bawa sandal?"
"Bawa kak."
Kenapa jadi galak begini sih dia?
"Kenapa tidak dipakai?"
"Maaf kak tadi saya telat, jadi terburu-buru baris dilapangan sampai lupa ganti sandal kak."
"Kakak kasih waktu kamu tiga menit, cepat ganti sandal sana!"
"Baik kak!"
Aku langsung lari untuk kedua kalinya ke kelasku. Sempat terjatuh di anak tangga dan melukai lututku, tapi aku tak peduli, aku langsung bergegas bangun dan kembali lari ke kelasku lagi, karena waktu hanya tiga menit yang diberikan sang ketua itu.
Dia kira aku the flash apa?
Hari pertama MPLSku ... Ambyaarr!
***
Jam istirahat pertama.
"Aduh duh duh! Pelan-pelan Cha, perih!"
Aku meringis saat Icha mengoleskan alkohol ke luka di lututku, aku langsung meniup lututku seperti meniup air panas di gelas, berharap dapat sedikit mengurangi rasa perihnya.
"Nah tinggal dikasih antiseptik terus diplester, selesai deh!"
"Makasih Cha, yuk balik ke kelas!"
"Bentar gue rapihin ini dulu." Icha merapikan kotak P3K ke tempatnya semula.
"Kenapa lututmu?"
Tiba-tiba saja sosok Arga sudah ada di ambang pintu masuk UKS, kembali terasa mau copot jantungku melihatnya.
"Jatuh di tangga dia kak pas mau ambil sandal tadi." Icha bantu jawab sambil berlalu pergi meninggalkanku.
"Hei Cha mau ke mana? Tunggu!" Aku buru-buru turun dari UKS Bed untuk mnegejar sahabatku itu.
"Misi kak."
Aku melewati Arga yang masih berdiri diam Ambang pintu masuk. Dengan badannya yang mendominasi pintu masuk itu, aku jadi harus memiringkan badan buat melewatinya seperti yang Icha lakukan sebelumnya, kemudian lari lagi mengejar Icha.
"Cha tunggu Cha, tega ihh sakit nih lututku!" teriakku.
sambil tertawa Icha berpaling ke arahku,
"Hey sis, gue dah kasih lo kesempatan ya berduaan sama kak Arga, kenapa malah ngejar gue sih? hahaha." godanya.
"Paaan sih!" aku mencubit tangan Icha gemas.
***
"Untuk MPLS hari kedua besok, dicatat yaa yang harus kalian bawa. Coklat Rihanna, minuman bakteri, singkong I Love You, buah cium matahari, wafer angin tornado, dan terakhir terigu jagung wortel toge seharga seribu!"
Kembali kak Diah memberikan arahan untuk besok. Aku dan Icha cuma bisa saling tatap,
"Ini maksudnya apa coba? Memangnya ada coklat Rihanna? Buah cium matahari? Baru denger ada nama buah itu, dan lagi terigu jagung wortel toge mana bisa sih dibeli seribu perak? Waahh parah nih mereka!" Keluh Icha setengah berbisik padaku.
Dan sepertinya yang bingung dengan maksudnya kak Diah ini bukan cuma aku dan Icha saja, murid yang lain juga saling gerutu dan bertanya-tanya. Sementara yang memberi pengarahan malah main nyelonong keluar aja macam orang tak berdosa hadeehh.
"Eh Cha, coba tanya om google yuk, siapa tau ada jawabannya!" usulku, tanpa banyak omong lagi.
Kamipun langsung sibuk dengan hp masing-masing dan kelas kembali riuh, ada yang tertawa ada yang menggerutu, rupanya bukan cuma aku dan Icha doang yang mencari jawaban lewat sang om, yang lain juga haha.
Tinggal satu jawaban yang belum ketemu, terigu jagung wortel toge seharga seribu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argana
RomanceArgana, seorang pria yang menjadi idaman satu sekolah. Pria yang tidak hanya mengenalkanku tentang indahnya cinta, dan memberikan rasa rindu yang tak bertepi. Tapi juga menjadi satu-satunya pria yang membuatku merasakan, betapa sakitnya hati yang te...