Dilabrak Geng Cabe-cabean 1

103 39 2
                                    

Aku sedang asik lihat siswa siswi yang mulai berdatangan dari ujung sekolah lantai 2 favoritku ini, sambil mencari-cari sosok Icha dan sikembar yang belum datang, ketika tiba-tiba kak Riko sudah ada disampingku.

Tidak kudengar langkah kakinya, apa karena pikiranku tadi sedang melayang jauh ya?

"Pagi Tiana," sapanya, seperti biasa tangannya merangkul bahuku.

"Eh kak Riko, pagi juga kak," sambil tersenyum kubalas sapanya, dan kuturunkan tangannya dari bahuku.

"Lagi liat apa sih serius amat?" tanyanya.

Sambil merangkulku lagi, dia arahkan tatapannya ke bawah, kepagar sekolah.

"Hehe lagi cari angin aja kak."

"Ooh, by the way kok masuk hari ini? Memangnya sudah sehat?"  tanyanya lagi.

Kemarin aku ketemu dia pas izin pulang, dia tanya kenapa dan ku jawab nggak enak badan, padahal mukaku pucat kemaren bukan karena sakit, tapi karena.. ahh aku mau lupain kejadian itu.

"Cuma masuk angin kayanya kak," jawabku sambil nyengir.

"Masuk angin terus sekarang cari angin lagi?" gerutunya sambil mengusap-ngusap sayang kepalaku, aku langsung tertawa sambil mengalihkan tatapanku dari kak Riko kebelakangnya.

Ada kak Arga diseberang sana, berdiri di depan kelasnya  dan sedang memandang kearahku dan kak Riko.

Diseberang kanan tempatku berdiri ini memang terlihat jejeran sebagian kelas-kelas, termasuk kelas kak Arga.

Dan tatapan kak Arga itu, masih sama menyeramkannya kaya kemarin, aku langsung begidik dan mengalihkan kembali perhatianku ke pagar sekolah dibawah sana, yang sekarang terlihat jauh lebih menarik dibanding gunung es itu.

Sepertinya kak Riko melihat arah mataku tadi, ketika tiba-tiba dia nanya pertanyaan yang malu untukku jawab.

"Eh Tiana, kenapa sih Arga bisa punya pikiran kalau kamu itu sombong?"

"Iiihh kak Riko keepoo ... " ledekku sambil senyum manja.

"Kakak beneran penasaran ini .. Karena selama kakak berteman dengannya, nggak pernah loh sekalipun dia merasa tersinggung sama sikap cewek ke dia. Wajar dong kalo kakak kepo hehehe, ayoo cerita dong," desak kak Riko sambil nyegir kuda, kaya ada niat terselubung gitu dari cengirannya itu.

"Kasih tau gak yaa?" elakku sambil bercanda, kak Riko langsung jitak kepalaku.

"Ihh kak Rikoo ... " rengekku sambil ngusap-ngusap jidatku dan cemberut padanya.

"Ya sudah tanya Arga langsung aja ahh," katanya sambil balik badan.

"Tunggu kak!" seruku sambil nahan tangannya.

Dia mau tanya kak Arga langsung, bisa salah paham juga nanti kak Riko, nanti dia malah ikut nyangka aku sombong juga lagi.

"Naahh cerita sekarang," desaknya sambil tersenyum lebar.

"Sebenarnya aku malu kak," kataku sambil menunduk.

"Malu sama siapa? Cuma ada kita berdua ini ... Jangan bilang kamu malu sama tengkorak didalam sana!" ledeknya sambil nunjuk kearah dalam lab, aku langsung ketawa lagi, dan menimbulkan keberanianku untuk cerita padanya.

Kuceritakan semuanya, dari awal aku dan Icha masuk, lalu Kak Arga dan kak Diah masuk, Icha yang samperin mereka dan kak Arga yang melihatku dan aku langsung palingin mukaku.

Kak Riko tertawa ngakak begitu aku selesai cerita, kucubit pinggangnya karena nggak ada yang lucu dari cerita itu, malah aku dikira sombong sama kak Arga.

"Kali ini gunung es goyah kayanya ... Buahahhaha,"
katanya disela-sela tawanya, gunung es goyah apa sih maksudnya?

"Beneran cuma gara-gara itu dia langsung cap kamu sombong?" tanyanya sambil ngelap airmata disudut matanya, dan aku cuma mengangguk.

Apa sih yang lucu dari ceritaku sampai-sampai dia happy begini, sekarang dia sudah nggak tertawa ngakak lagi, berganti senyum-senyum sendiri, entah apa yang ada dipikirannya sekarang.

"Ehh by the way, kenapa kamu buang muka waktu Arga ngeliat kamu? Segitu nyebelinnya ya mukanya Arga?" tanyanya lagi.

Naahh bagian ini yang nggak mau aku jawab, jadi aku cuma diam aja.

"Woii kok diem sih? Jangan bilang kamu malu karena udah suka sama Arga," tebaknya.

Mukaku langsung merah padam, tau aja sihh nih orang satu aku malu banget jadinya sama kak Riko sekarang, dan dia malah ketawa ngakak lagi setelah liat mukaku, Huft!

"Wah ... Wah ... Wah ... Bakal ada tontonan seru nih,"
kata kak Riko, ngomong ke diri sendiri, udah gila kali yaa.

"Udah ahh aku mau ke toilet dulu," sungutku sambil berlalu meninggalkannya, dan dia tertawa lagi dibelakangku.

Iiihhh bikin tambah aku malu aja.

******

Tiba-tiba ada yang mendorongku masuk kedalam toilet ketika aku baru buka pintu toiletnya, aku kaget dan langsung balik badan kearah pendorongku.

Kulihat kumpulan senior cewek berjumlah 5 orang berdiri didepanku, dengan kedua tangan disamping pinggangnya, mereka menatap tajam kearahku, salah satunya yang paling tinggi dan besar maju kearahku dan mendorongku sampai mentok tembok kamar mandi.

"Hehh!! Jangan sok kecantikan dehhh looo!!!" katanya sambil mencengkram kerah bajuku, membuatku tercekik kerah bajuku sendiri.

"Apa-apaan siihh" aku menepis tangannya tapi cengkraman itu malah bertambah kuat.

Aku harus apa nih, kak Arga dan kak Bima nggak pernah ngajarin aku cara lepas dari cengkraman cewek hiks.

"Cekik terus dia Wi biar mampus, berani-beraninya deketin Arga sama Riko kita!" teriak salah satu temannya, aku masih terus berusaha ngelepas cengkraman dikerahku.

"A.. Apaan sih lepasin, aku nggak deketin mereka kok."

"Ngeles aja lo kaya bajaj, trus bukan lo yang lagi berduaan sama Riko tadi? Kembaranlo gitu?!" teriak salah satu dari mereka lagi, nggak tau siapa, aku cuma fokus sama senior yang lagi nyengkram kerah aku ini.

"Genit-genitan lagi sama Riko, cih!"

"Kak Riko yang nyamperin aku, uhuk uhuk," jelasku sambil terbatuk, cengkramannya semakin kencang, tambah terpancing kayanya dia sama celotehan teman-temannya.

"Ohh jadi lo ngerasa Riko gue yang kegatelan iya?!!"
kata salah satu senior sambil menggeplak kepalaku.

"Belum puas lo bikin Arga dan Riko berantem dikantin, dan lo bikin mereka berantem lagi diruang Taekwondo kemaren!! Bangga lo merasa jadi rebutan? hah?!!!" bisikan mengancam senior yang mencengkram kerahku.

Tanpa pikir panjang lagi kujedotkan kepalaku kencang-kencang ke bibirnya dan dia langsung teriak, tangannya yang terlepas dari kerahku mengelap setitik darah disudut bibirnya.

Senior yang lain langsung bergegas menahan kedua tanganku.

"Kurang ajar lo!!" tamparan keras mendarat dipipiku,

"Aargghh!!" teriakku kesakitan, mataku terasa kunang-kunang.

Senior yang berdarah bibirnya itu kembali mau menamparku tapi terhenti, karena suara dobrakan pintu kamar mandi, kualihkan mataku ke pintu, kak Riko dan kak Arga berdiri murka disana.

"Apa-apan nih!!!" teriak kak Arga, suaranya lebih seram dari kemarin, aku kembali begidik.

Tanganku langsung dilepas sama senior yang menahanku tadi, langsung kuelus pipiku yang sakit sambil melihat senior-senior yang tadi membully ku yang sekarang mereka tertunduk semua.

Dengan kedua tangan terkepal, dan tatapan membunuh, kak Arga mau melabrak mereka tapi ditahan sama kak Riko.

"Ga! Ga! Lo bawa Tiana aja ke UKS, biar gue yang urus mereka!" kata kak Riko sambil menahan tangan kak Arga.

Masih dengan tatapan membunuhnya, kak Arga menatap tajam satu-satu senior itu, lalu menarikku keluar dari toilet sialan ini.

"Lo urus tuh bini-binilo!" bentak kak Arga pas kami ngelewatin kak Riko.

ArganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang