Mencintai Dalam Diam

104 37 3
                                    

Lembayung senja tampak kekuningan dengan gradasi warna yang begitu indah di ufuk barat.

Dan disini ... Dibalkon depan kamarku, aku melihat sang surya yang mulai tenggelam, berganti bulan yang siap mengusir gelap dan menerangi malam.

Melihat bulan itu membuat ku sadar, bahwa keindahan tidak selalu harus dimiliki, dengan memandang dan mengagumi dari jauh saja sudah cukup.

Mungkin begitu juga seharusnya aku dengan kak Arga ...

Aku memang mencintainya, tapi cinta tidak harus memiliki kan? aku sudah berusaha mendapatkan perhatiannya, membuatnya cemburu tapi semua percuma, kak Arga memang tidak ada perasaan apapun padaku.

Dan sepertinya aku harus berhenti ...

Berhenti berharap untuk mendapatkan gunung es itu
Berhenti berharap dia tau perasaanku dan memiliki perasaan yang sama denganku.

"Widiihh ada pungguk yang lagi merindukan bulan nih!"

Suara kak Bima yang tiba-tiba sudah ada dibelakangku membuyarkan semua lamunanku.

"Iihh apaan sih kak."

Kak Bima berdiri disampingku, dan ikut melihat bulan yang sedang kulihat juga.

"Lagi suka sama seseorang?" tebaknya.

Aku menarik nafas panjang, menguatkan hati untuk berbagi cerita dengan kakakku ini, dia kan lebih banyak pengalaman tentang cinta.

"Iya ... Tapi kayanya dianya nggak suka sama aku."

Kak Bima ngalihin matanya ke aku, melihat kesedihan diwajahku.

"Mungkin cowok itu buta, mana ada cowok normal yang nolak kamu Nay, atau dia nggak suka sama cewek hehe."

Hiburnya sambil mengusap-ngusap sayang kepalaku
Aku masih terus menatap bulan diatas sana.

"Dia nggak nolak, dia bahkan nggak tau kalo aku suka sama dia kak."

"Lah, terus darimana kamu tau dia nggak suka sama kamu?"

"Selama ini mungkin akunya aja yang kegeeran, karena aku merasa dia cemburu saat aku bersama cowok lain, makanya aku sengaja dekat sama teman-teman cowokku pas ada dia."

"Biar dia cemburu dan langsung nyatain cintanya sama kamu?" tebak kak Bima.

Aku langsung alihin mataku ke kak Bima, kenapa bisa tepat gitu sih tebakannya.

"Kok kakak tau?"

"Heeii, munurut kamu kenapa kakak di cap playboy kampus ... Itu bukan julukan yang asal disematkan tanpa pengalaman!" jelas kak Bima sambil menyubit hidungku, huh jadi playboy aja bangga.

"Jadi aku nggak perlu pura-pura pacaran sama cowok lain yaa buat bikin dia akhirnya nyatain cintanya ke aku, karena nggak mau kehilangan aku?"

"Kalo dia suka sama kamu ... Kalo nggak suka gimana? Kamu cuma ngelakuin hal yang sia-sia doang, dan jangan pernah ngerendahin diri kamu sendiri dengan ngelakuin rencana macam itu."

Aku jalan ke arah sofa, dan menjatuhkan badanku dibantalannya.

"Aku cuma ikutin sarannya Tita kak."

Kak Bima menyeret kursi dan duduk dihadapanku.

"Nay, yang namanya cinta itu tidak bisa dipaksakan, dan tidak hadir begitu saja, semua butuh proses. Dan kakak sebagai laki-laki, tidak suka sama cewek yang ngejar-ngejar kakak sambil bilang suka, begitu juga cowok lain Nay, bahkan yang tadinya cinta jadi benci karena ceweknya terlalu agresif."

"Kalo harus nunggu dia yang bilang, mungkin butuh waktu selamanya kak, sialnya kenapa aku suka sama gunung es itu sih?"

"Cinta datang tanpa diundang, dan tanpa permisi sayangku. Nggak ada yang tau kapan dan kepada siapa kita akan jatuh cinta, tapi kamu harus ingat satu hal, jangan pernah memaksakan cinta kita kepada orang lain."

"Iya aku tau, makanya aku nggak jadi jalanin rencana terakhir dari Tita."

"Rencana Apa lagi?"

"Minta sahabatnya cowok yang aku suka untuk pura-pura jadi pacarku hehe."

Kak Bima langsung pelototin aku, menatapku tajam dengan sebelah alis dinaikkan.

"Kamu benar-benar nggak ada harga dirinya kalo ngelakuin itu Nay, dan bisa-bisa kamu malah merusak persahabatan mereka, itu yang kamu mau?!"

Aku menggeleng keras-keras, iya aku nggak mau dan aku udah pikirin semua itu, makanya aku nggak jadi minta tolong kak Riko, kata-kata kak Bima malah bikin aku ngerasa bersalah, padahal baru sekedar rencana, tapi ngebayangin persahabatan kak Arga dan kak Riko yang rusak gara-gara aku, bikin aku benar-benar bergidik.

"Sekarang kamu nggak perlu lagi bercanda atau tertawa dengan cowok lain didepan dia, berharap dia cemburu. Kalo kakak yang jadi cowok itu, boro-boro kakak akan cemburu, kakak malah akan anggap kamu cewek murahan. Terkadang cantik aja nggak cukup buat bikin cowok jatuh cinta Nay!"

Aku masih terdiam, memahami kata demi kata dari kak Bima, apa jangan-jangan yang ada dipikiran kak Arga sama dengan kak Bima, malah menganggap aku murahan

"Iya kak aku ngerti."

"Jadi diri kamu sendiri, itu yang paling penting. Kalau cowok itu beneran suka sama kamu, cepat atau lambat dia pasti akan mengakuinya."

"Iya ... Iyaa ... "

Aku tersenyum lebar ke kak Bima, berharap dia berhenti ngoceh panjang lebar nasehatin aku, aku dinasehatin playboy cap kampak hehe.

"Nahh gitu dong senyum, jangan gara-gara cowok kamu jadi cemberut terus, masang muka sedih segala, udah kaya nggak ada cowok lain lagi didunia ini. Udah nikmatin aja masa remaja kamu Sekarang, jangan dihabiskan cuma untuk mikirin satu cowok doang."

"Kak Bima pernah nggak ditolak cewek?" tanyaku iseng.

"Pernah." jawabnya singkat.

"Hah, masa?!" tanyaku lagi nggak percaya.

Ada gitu cewek yang nolak kak Bima?

"Itulah yang kakak bilang tadi, terkadang cantik aja nggak cukup buat bikin cowok jatuh cinta, begitu juga  sebaliknya, ganteng juga belum cukup buat bikin cewek jatuh cinta."

"Terus kak Bima nyerah gitu aja, nggak berusaha bikin cewek itu jatuh cinta juga sama kakak?"

"Kan cinta nggak bisa dipaksakan, cinta yang tulus nggak akan hadir karena ia dipaksa atau memaksa, yaudah lanjut lagi sana ngelamunnya, kakak mau keluar bentar!"

Setelah kak Bima keluar dari kamarku, aku langsung bangun dari sofa, kembali menyenderkan badanku ditembok balkon sambil melihat bulan yang kini sedang tertutup awan mendung.

Pantas tidak ada bintang-bintang, mau turun hujan sepertinya.

Benar kata kak Bima, cinta yang tulus adalah cinta tanpa syarat, cinta yang penuh penerimaan.

Mau memberi dan menerima cinta tanpa dipaksa, memaksa atau terpaksa.

Aku nggak mau memaksakan cintaku pada kak Arga, biarkan saja cintaku seperti air yang mengalir,  yang akan menemukan jalan kepelabuhan cintanya, kalau memang kak Arga juga mencintaiku.

Ahh, seandainya saja dia tau perasaanku saat dia lewat didepanku, saat dia ada disekitarku, menghirup udara yang sama denganku, dan betapa berdegupnya jantungku ketika berpapasan dengannya, sampai aku tidak bisa berkata-kata.

Andai dia tau, rasa ini terus tumbuh didalam dada
Rasa ini begitu berarti.

Aku mencintainya dalam diam ...

ArganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang