Endless Love

191 39 1
                                    

Kafe yang terdiri dari enam lantai itu mengambil tema kastil abad pertengahan, dengan dekorasi di sekitarnya yang terlihat seperti taman di dalam istana khas Eropa.

Aku dan Arga memilih makan di area rooftop lantai enam, supaya bisa melihat pemandangan kota Bandung dari ketinggian. Sekaligus foto-foto. Menambah lagi koleksi fotoku dengan Arga.

"Lo mau naik mercusuar itu Nay?" tanya Arga.

"Iya mau, mau ... Foto dari atas mercusuar itu sepertinya bagus juga. Landscape kota Bandungnya terlihat lebih bagus lagi," jawabku antusias.

Setelah puas foto-foto aku dan Arga baru memesan makanan, karena kebetulan ada kursi yang kosong. Dan Arga langsung memanggil salah satu waitress.

"Kamu mau makan apa Ga?" tanyaku sambil melihat-lihat buku menu.

"Hmm smoked brisket sambal matah deh, minumnya peach mojito yaa Teh, lo makan apa Nay? Ada nasi goreng nih, makanan favoritlo."

"Iya, aku mau nasi goreng buntut deh. Minumnyaaa fresh lemon squash."

"Baik ditunggu pesanannya sebentar yaa!" seru waitress itu lalu beranjak meninggalkan kami.

"Kalau malam katanya suasananya benar benar romantis Ga ... Dengan tata cahaya lampu yang megah ditambah dengan landscape city light kota Bandung!" seruku, Arga terkekeh pelan,

"Lo mau sampai malam disini? Bisa di gantung gue sama kakak lo itu si Bima. Tadi aja gue diinterogasi lama sama dia, au kemana? Sama siapa aja? Pulang jam berapa? Dan pertanyaan menjengkelkan yang lainnya. Gila yaa, padahal nyokaplo asik-asik aja," gerutunya.

Aku menyeringai lebar, 

"Itu masih termasuk beruntuk Ga. Kalau ada kakakku yang satu lagi. Mereka berdua pasti tidak akan membiarkan kamu membawaku pergi dengan begitu mudahnya."

"Kakak lo yang belum lama ini nikah itu?" tanya Arga dan aku mengangguk.

"Iya betul, yang tidak ada angin tidak ada hujan kamu tiba-tiba marah-marah sama aku itu. Sampai mendorongku masuk ke pintu tangga darurat," jawabku sambil memberengut.

Arga terkekeh pelan,  "Maaf, gak tau kenapa waktu itu tuh gue kaya kesel gitu ngelihat lo mesra banget sama Bima. Yaa waktu itu kan gue belum tahu kalau Bima itu kakak lo," jelas Arga.

"Berarti waktu itu kamu cemburu yaa sama kak Bima?" godaku.

"Apaan sih, gak lah yaa," elak Arga.

"Udaah ngaku aja kenapa sih. Gak perlu malu-malu," pancingku sambil menggelitik pinggangnya.

"Iya. Iyaa Aku cemburu, puas?" sahut Arga sambil menggelinjang geli katena kelitikanku.

Aku langsung tertawa puas,  "Naahh gitu dong. Kan enak kalau jujur."

Arga merapikan poniku yang tertiup angin,

"Kamu kedinginan gak?" tanya Arga.

Waitress tadi kembali dengan membawa minuman pesanan kami, dan meletakkannya di atas meja, kemudian beranjak pergi lagi.

"Gak terlalu sih. Tapi kalau aku tau anginnya akan sekencang ini, aku akan berpikir dua kali mengenakan tank top. Aku lupa tidak bawa cardigan lagi," jawabku sambil menyesap fresh lemon squash ku.

Arga membuka kemejanya,  "Pakai kemejaku saja!" seru Arga lalu menyampirkannya di atas bahuku, jadi Arga hanya menenakan kaos oblong saja.

Aku mencium kemeja Arga itu, 

"Aku suka wangi parfummu Ga. Cowok banget!"

"Ya iya lahh cowok banget, masa cewek banget. ACDC dong gue," canda Arga membuatku tergelak.

"Kamu tau Ga? Aku dan Icha sempat berpikiran kamu dan Riko tuh sepasang kekasih," ujar ku, dan tawaku semakin kencang saat melihat reaksi Arga,

"Yaa habisnya kalian kemana-mana selalu berdua sih."

"Makanya sekarang gue gak mau jalan sama Riko lagi," sahut Arga lalu mengedipkan sebelah matanya padaku,

"Karena ada kekasih hatiku sekarang."

Aku langsung merasakan darah berkumpul di pipiku, dan aku yakin wajahku sekarang pasti sudah memerah, aku langsung memalingkan wajahku ke arah lain, berpura-pura tertarik dengan landscape kota Bandung itu, padahal hatiku dan mataku sedang tidak sinkron.

Hatiku sungguh berdebar-debar, apalagi dengan senyuman manis Arga yang barusan saja ditujukan padaku.

"Kenapa lo selalu melakukan itu?" tanya Arga membuyarkan lamunanku.

"Melakukan apa?" ulangku.

"Memalingkan wajah tiap kali lo merasa malu dan wajah lo memerah ... "

"Hmmm, siapa yang malu?" elakku.

"Itu wajah lo semerah pantat monyet," goda Arga.

"Oh, pasti karena udara dingin. Ya pasti karena itu!" kataku masih mencoba untuk mengelak.

"Apa pun yang ingin di katakan Arga terhenti saat waitress kembali lagi dengan membawa smoked brisket sambal matah pesanan Arga, dan nasi goreng buntut pesananku.

"Pesanannya sudah datang semua yaa. Selamat menikmati!" seru waitress itu.

"Sama-sama," jawabku dan Arga berbarengan.

"Selamat makan!" seruku sambil memasukkan satu sendok penuh nasi goreng buntut itu ke mulutku, aku berharap dengan begitu Arga tidak akan membahas lagi wajah merahku.

Dan sepertinya berhasil, karena Arga juga fokus dengan makanannya. Ada noda sambal disudut bibir Arga, aku langsung mengambil tissue dan membersihkannya.

"Kamu selalu saja kalau makan belepotan seperti ini Ga, sudah kaya anak kecil saja," ledekku.

"Aku sengaja tau. Supaya mendapatkan perhatianmu," elak Arga sambil nyengir.

"Beuh modus ternyata," balasku dan Arga langsung terkekeh pelan.

"Hmm Ga, kenapa kamu tidak aktif eksul lagi sekarang?"

"Peraturan sekolah, kelas XII sudah tidak boleh lagi mengikuti ekskul apapun, harus fokus belajar untuk persiapan ujian nasional. Jadi kelas XII fokusnya belajar, belajar, dan belajar ... " jawab Arga lalu menyesap peach mojitonya.

"Ketos sekarang ga asik yaa," seru ku.

"Gak asik apa gak ganteng kaya gue?" tanya Arga dengan nada geli.

"Gak asik dan gak ganteng. Tapi ada nilai lebihnya juga sih, dia lebih pintar dari kamu Ga," jawabku.

"Waahh, mulai muji cowok lain nih ... "

"Dikit doang Ga, kan aku banyakan muji kamu tadi," balasku sambil memyeringai lebar.

Selesai makan dan puas menjelajahi Bandung, Arga mengajakku pulang, dengan alasan sudah janji pada kak Bima akan mengembalikan ku tepat waktu jam delapan malam.

"Aku masih mau jalan-jalan sama kamu Ga," rengekku sambil memberengut.

"Sabtu depan kita kan bisa jalan bareng lagi sayang," kata Arga sambil merapikan rambutku, kemudian menstarter mobilnya.

"Tapi nanti jangan langsung pulang yaa, kita ngobrol dirumahku dulu satu atau dua jam, yaaa ... " bujukku.

"Kita lihat nanti yaa sayang, kalau kak Bimamu itu mengizinkan."

"Jangan pedulikan kak Bima, ada Mama aku di rumah. Dia pasti akan mengizinkan kok," kataku bersikeras.

"Iya, sayang ... " kata Arga sambil menyalakan lagu favorit kami, Endless Lovenya Lionel Richie dan Diana Ross.

My Love
There's only you in my life
The only thing that's right
My first love
You're everyv breath that i take
You're every step i make
And I
Want to share
All my love with you
No one elae will do
And your eyes
They tell me hiw much you care
Oh, yes you wull always be
My endless love

ArganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang