Permainan Kata

139 42 4
                                    

"Ini uang seribu, kamu kasih tuh ke senior kamu suruh mereka belanja! Bisa tidak dapat terigu jagung wortel toge seharga seribu? Paling juga timbangan melayang ke muka seniormu itu!" gerutu mama sambil meletakkan uang seribuan di depanku.

Nyaris semalaman juga aku sudah putar otak, pasti ada maksud lain dari senior-seniorku itu. Seperti buah cium matahari yang ternyata jeruk sunkist, dan coklat Rihanna ternyata coklat payung.

Tapi ... Ini apa yaa?

"Anak sekarang mah ada-ada aja ya Nyah, kalo bibi bawa duit seribu ke pasar mah, paling cuma dapet bala-bala satu biji, hihihi." terdengar bisik-bisik bibi ke mama.

"Bala-bala apa sih bi?" tanyaku, bi Inah langsung balik badan ke arahku,

"Itu loh non, bakwan yang biasa non bawa pas pulang sekolah."

"Ooh ... " Aku lanjut makan nasi goreng lagi.

Eh tunggu! Bakwan! Bakwan kan isinya terigu jagung wortel toge yaa? Dan harganya ...

Secepat kilat kuhabiskan nasi gorengku, setelah minum segelas air aku langsung menghampiri mamaku,

"Aku berangkat sekarang ya ma!" Muuaahh muaahh cium pipi kanan pipi kiri.

"Makasih bi!" kucubit gemas pipi bi Inah, berkat dia aku jadi tahu ada bakwan dibalik maunya senior haha.

"Ih si enon kaya suami saya aja nyubit-nyubit pipi."

Sesampainya di sekolah, aku berhenti di tengah anak tangga menuju kelasku. Ternyata kedua pahaku lebih pegal lagi saat naik tangga, semua karena hukuman jalan jongkok yang diberikan sang Ketua nan sempurna itu kemarin.

'Sial kau ketua gila!' suntukku.

Sambil menenteng satu plastik bakwan yang cukup untuk anak-anak satu kelas, aku lanjutin lagi naik anak tangga satu-persatu sampai akhirnya berhasil emncapai kelasku sebelum bel masuk berdering.

"Terimakasih Tiana! Berkat kamu kelas kita jadi selamat dari hukuman nih," ucap teman-temanku.

Sekarang aku sudah hafal nama-nama mereka. Karena memang aku orangnya supel, jadi sudah banyak juga yang jadi teman akrabku dalam sekejap.

"Eh tapi jangan seneng dulu. Aku gak tau ya ini bener atau gak. Tar kalau ternyata salah gimana?"

Sony langsung menghampiriku dan menepuk-nepuk pundakku,

"Tenang Tiana, yang penting kita udah usaha." katanya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Huh modus lo Son!" serempak teman-teman cowokku yang lain menyoraki Sony.

"Namanya juga usaha."

Tidak lama kemudian, masuk pengurus OSIS untuk mengisi acara MPLS hari ini. Ada Shinta, Idam, Yuli dan si ketua sempurna itu.

Aduh belum apa-apa ini jantung sudah ser-seran. Kenapa harus dia sih yang pegang kelasku sekarang? Mana bisa fokus aku kalau ada dia heuheu.

"Selamat pagi adik-adik semua, bagaimana kabarnya hari ini?" tanya Shinta.

"Baik kak!" Jawabku dan teman kelasku serempak.

"Sudah bawa yang harus kalian bawa hari ini?"

"Bawa kak."

Shinta dan Idam langsung mulai memeriksanya,

"Baiklah adik-adik untuk game pertama benar semua. Untuk game selanjutnya, kakak akan bagi kalian menjadi dua kelompok. Dua baris di sebelah kanan kakak namanya kelompok JIKA, dan dua baris disebelah kiri kakak namanya kelompok MAKA. Dam, bagiin kertasnya sekarang!"

ArganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang