"Hai ladies ... " sapa Riko ke Tatiana dan teman-temannya.
"Haii!" balas mereka.
Tanpa di minta Icha pindah posisi duduk, memberikan gue tempat duduknya disebelah Tatiana, tanpa banyak pikir lagi gue langsung duduk disebelahnya dan Riko di seberang gue.
"Makan apa sayang?" bisik gue ditelinganya.
Muka Tatiana langsung memerah, dia ambil gelas es teh manisnya dan langsung meminumnya, dia tidak kesedak kan?
"Nasi goreng seafood kak," jawabnya.
Gue naikin sebelah alis gue,
"Ga?" ralatnya dan gue langsung tersenyum lebar.
"Mang! Mie ayam satu, biasa yaa!" teriak gue ke mang Dadang.
"Siap!" jawab mang Dadang.
Gue alihin lagi mata gue ke Tatiana,
"Enak?"
Tatiana mengangguk, mulutnya masih penuh makanan jadi tidak bisa jawab.
"Mau coba?" tanyanya setelah menelan nasi gorengnya.
Gue tau itu cuma basa basi, tapi gue tetap mengangguk, dan Tatiana langsung menggeser piringnya ke depan gue, gue balikin lagi piringnya ke depan dia, Tatiana natap gue bingung.
"Suapin," pinta gue sambil tersenyum manja.
Muka Tatiana kembali merah, kenapa cepat sekali berubahnya sih mukanya? Gue jadi tambah senang menggodanya.
Dengan kikuk Tatiana mengarahkan sendok makannya ke mulut gue, dan dengan patuh gue membuka mulut dan langsung makan nasi goreng itu.
Terdengar cekikikan teman-temannya, dan dibawah meja kaki Riko nendang kaki gue, membuat gue nyaris tersedak, gue langsung pelototin dia.
"Bucin!" ledek Riko tanpa suara.
"Fu*k!!" balas gue tanpa suara juga dengan mulut penuh nasi.
Mie ayam gue datang bersamaan dengan air mineral, mang Dadang memang hafal baget dah menu gue, padahal tadi gue gak nyebut air mineral.
"Ga, kamu tidak suka ayam ya?" tanya Tatiana.
"Darimana lo bisa ambil kesimpulan itu?" gue balik nanya sambil masukin mie kemulut gue.
"Hmm, mie ayam tanpa ayam, waktu itu bubur ayam juga gak pake ayam."
Gue tersenyum bangga, tau sampai segitunya Tatiana merhatiin gue, gue langsung usap-usap sayang kepalanya.
"Ternyata lo udah perhatian sama gue yaa dari dulu."
"Hadeehh dunia serasa milik mereka berdua, kalo kita-kita mah cuma ngontrak, ya kan?" kata Riko ke teman-temannya Tatiana, disambut tawa geli mereka.
"Sekali-kali lo jadi nyamuk!" suntuk gue.
"Dengan senang hati gue jadi nyamuk, biar bisa isap darahnya Tatiana hahaha."
Terdengar cekikikan Tatiana disamping gue.
Kesal dan bete gue tendang tulang keringnya Riko dan dia langsung mengaduh kesakitan, matanya melotot ke gue."By the way, nanti gue ada latihan basket, lo mau pulang duluan apa tunggu gue selasai latihan?"
Tanya gue ke Tatiana, mata gue menatap matanya penuh harap, supaya dia mau nemanin gue latihan basket.
"Aku pulang duluan aja ya Ga," jawabnya membuat gue menghela nafas kecewa.
"Hmmmptt!!" Riko nahan ketawa.
Gue tendang lagi tulang keringnya, tapi dia berhasil menghindar, sial!! Udah ketebak sama dia.
Bel masuk berbunyi, gue suruh Riko dan yang lainnya jalan duluan ke kelas meraka, jadi gue bisa jalan berdua sama Tatiana tanpa gangguan, sampai gue antar dia ke depan kelasnya.
******
Idam passing bola ke Riko, dengan sigap gue langsung pressure Riko sedekat mungkin, meminimalkan geraknya sambil berusaha mencari celah untuk steal bolanya.
"Tatiana," kata Riko tiba-tiba sambil melihat ke belakang gue.
Dengan refleks gue langsung nengok kebelakang yang langsung dimanfaatin Riko buat ngelewatin gue, dan langsung jump shoot ke ring gue, sialnya masuk lagi, menambah 2 point untuk team dia.
"Curang lo!" gerutu gue.
Riko tertawa mengejek, sambil melempar bola ke gue.
"Makanya fokus! Awas aja kalau lagi tournament lo ceroboh lagi kaya sekarang!"
Sony melakukan trow in yang ditangkap mulus oleh Dhani, bola dioper lagi ke Sony, gue udah bersiap diluar garis 3 angka ketika sony passing ke gue, langsung gue masukin bola ke ring lawan dan masuk menambah 3 point untuk team gue.. disusul sorakan gembira team gue dan tepuk tangan seseorang dari lantai 2.
Gue langsung lihat keatas, ternyata Tatiana. sambil tertawa lebar dia mengancungkan 2 jempolnya ke gue, gue balas dengan kedipan mata gue dan sun jauh. Haahh senangnya dia belum pulang. Gue harus lebih semangat lagi, malu kalau kalah.
"Wahh bahaya nihh!" gerutu Riko.
Hahaha puas gue liat mukanya.
******
Sambil jalan ke ujung sekolah favoritku didepan lab, aku melihat anak-anak basket yang sedang latihan dibawah, dilapangan. Perhatian Arga teralihkan entah oleh apa hingga kak Riko bisa melewatinya dan berhasil masukin bola ke ring.
Aku tidak melihat dari awal latihan karena tadi masih ada kerja kelompok di kelasku, jadi aku tidak tau siapa yang menang.
Arga mendapat bola dan berhasil dimasukin ke ring.
Dengan bangga aku bertepuk tangan sekerasnya, kalau bisa bersiul aku pasti bersiul hehe.Arga melihat ke arahku, dengan tawa bahagia aku langsung kasih 2 jempol kedia, dan dia balas ngedipin mata ke aku dan kasih sun jauh, malu aku jadinya.
Lumayan lama juga aku melihatnya dari atas sini, dan aku tidak mengerti permainan basket, tapi yang aku lihat kak Arga lumayan banyak masukin bola.. entah dia menang atau tidak.
Dan setiap bola masuk dia selalu mengedipkan matanya ke aku.
Arga melambaikan tangannya, menyuruhku turun, sepertinya latihannya sudah selesai, jadi aku turun dan menghampirinya. Arga mengelap keringat di mukanya dengan handuk kecil yang di letakkan dilehernya.
"Minum?" Aku menawarkan air mineral yang ku beli tadi di kantin.
Dengan senang hati kak Arga menerimanya, dan langsung diminum sampai habis, dan langsung membuangnya ke tempat sampah.
"Thanks Tatiana, berkat lo kita jadi bisa ngejar score hahaha," kata salah satu teman basket Arga, aku belum mengenalnya.
"Kenapa aku?"
"Gara-gara lo tuh. Arga jadi menggila mainnya!" suntuk Riko sambil melepas sepatu basketnya.
Melihatku kebingungan, Arga langsung merangkulku,
"Menurut mereka lo udah bikin gue semangat hehe."
bisiknya."Emang iya?" tanyaku menggodanya sambil senyum semanis mungkin.
Untuk sesaat Arga terdiam melihat senyumanku, aku tau senyumanku itu bisa bikin cowok-cowok mabuk kepayang, setidaknya itulah yang dikatakan mamaku. Tapi sepertinya benar-benar berpengaruh ke Arga.
"Simpan senyum itu hanya untuk gue," katanya sambil menarik mukaku ke dadanya, menyembunyikanku dari tatapan teman-temannya.
"Iiihh basaahh ... " gerutuku sambil mendorong badannya, tindakan yang sia-sia.
Kak Arga melepaskanku dan membuka kaos basketnya didepanku!! Apa dia udah gila?
Sambil terpekik kaget aku menutup mata dengan kedua tanganku dan langsung balik badan, tapi tadi sempat kulihat otot-otot indah diperutnya, membuat perutku mencelos dan jantungku yang berdetak kencang. Dia tertawa geli melihat reaksiku, begitu juga dengan teman-temannya. Huft!!"
Kedua mata polosku sudah ternodai ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Argana
RomansaArgana, seorang pria yang menjadi idaman satu sekolah. Pria yang tidak hanya mengenalkanku tentang indahnya cinta, dan memberikan rasa rindu yang tak bertepi. Tapi juga menjadi satu-satunya pria yang membuatku merasakan, betapa sakitnya hati yang te...