Persiapan Pesta

88 38 1
                                    

"Pokoknya mama tidak akan izinin kamu hiking titik!"

"Tapi ini acara sekolah ma, kepala sekolah sendiri yang tanda tangan ... " rengekku.

Sudah sejam lebih aku bujuk mama, tapi sia-sia.
Dia tetap keukeuh ngelarang aku pergi.

"Ok kamu boleh pergi asal Bima ikut!"

"Ya kali gitu bawa kakak, malu-maluin aja!" gerutuku.

Tapi mama mendengar, dia langsung pelototin aku

"Kamu ingat, dulu kamu juga ngerengek-rengek minta ikut Bima sama Arya hiking, mama ngelarangkan? apalagi ini, tidak ada kakak-kakakmu yang bakal ngawasin kamu."

"Ya kan ada perwakilan guru juga ma yang ikut!"

"Tetap saja dia bukan keluarga kita, dan nggak mungkin juga dia cuma ngawasin kamu, banyak yang harus dia awasi, udah kalo kamu mau ikut Bima juga ikut!"

"Ya udah, lagian kak Bima juga belum tentu mau ikut."

"Kalo itu menyangkut kamu, apa kamu yakin kakakmu tidak akan peduli?"

Ya benar yang mama bilang, entah kenapa kedua kakakku itu terlalu protective padaku, malah kak Arya sempat mau membatalkan pernikahannya sewaktu aku pulang dengan luka dibibir akibat geng cewek sialan itu.

Kedua kakakku berniat nyamperin rumah seniorku itu, padahal besok paginya pernikahan kak Arya, aku sudah larang karena kalo kak Arya sampai ditangkap polisi bagaimana dengan pernikahannya nanti, dia malah jawab lebih baik batal nikah daripada diam duduk manis liat ada yang sudah menyakiti adik kesayangannya, huft!

Untung aja papa bisa bujuk mereka berdua, itu juga setelah aku marah-marah.

"Kalo kalian mau aku jadi pecundang selama sekolah disana, silahkan kalian datangin seniorku, balaskan dendam untukku!, kalian kan selalu menganggapku anak kecil, jadi kalian juga nggak percaya kan kalo aku udah bikin seniorku itu berdarah juga, iya kan?!!" teriakku waktu itu

Ya kali cuma luka dibibir aja kedua kakakku sampe harus turun tangan seperti itu, lain halnya kalo senior yang namparku itu cowok.

"Mereka terlalu lebay!" aku begidik.

"Mereka punya alasan kuat untuk itu, jangan salahkan mereka sayang ... " kata mama sambil membelai rambutku.

Mama kembali nyalahin hair dryer, dan memblow variasi rambutku. Hari ini mama diundang ke acara ulang tahun teman mama, pestanya tertutup jadi hanya kerabat dan teman dekat doang yang diundang katanya.

"Kenapa aku harus ikut sih ma? Mau lanjut baca novel juga mumpung libur."  suntukku.

"Bukan kamu doang Papa dan Bima juga ikut, Arya kalo belum nikah juga mama suruh ikut, dia teman dekat mama, sahabat baik mama. Dan dia mau kita sekeluarga hadir, mumpung dia ada disini, biasanya dia selalu merayakan ulang tahunnya diluar negeri."

Kulihat pantulan mama dicermin sambil cemberut, aku malas banget kemana-mana hari ini, tapi mama nggak peduli, masih asik sama rambutku.

"Cepol keatas aja sih biar nggak repot!" gerutuku lagi.

"Kamu lebih cantik kalo rambutnya tergerai, apalagi dikeriting gantung seperti ini, mirip princess ... " bisik mama.

Aku liat lagi muka mama dicermin menatapnya curiga, ini pesta temannya ... Kenapa aku yang harus tampil cantik?

"Mama nggak ada niat buat jodohin aku kan?" tanyaku sambil micingin kedua mataku.

Mama tersenyum sambil mencubit gemas kedua pipiku,

"Memangnya kamu mau kalo dijidohin?"

"Biasanya seperti itu dinovel-novel yang aku baca, pertemuan keluarga nggak taunya perjodohan, huh!"

Mama langsung tertawa, aku tambah cemberut ngeliatnya,

"Sudah mama bilang kamu tuh kebanyakan baca novel, jadi sering halu hehehe." kata mama sambil geleng-geleng kepala.

"Eh tapi, kayanya jeung Liz punya anak cowok deh, iya benar! Kenapa dulu kami nggak kepikiran yaa buat jodohin kalian? Hmmm ... "

Mama meledekku sambil pura-pura mikir,

"Aku bakal kabur dari rumah!"

Mama tertawa lebar mendengar ancamanku, padahal aku serius dengan ancamanku, memangnya ini zaman Siti Nurbaya apa?! Main jodoh-jodohan, huh!

******

"Membosankan banget sih hiduplo, nggak ada game sama sekali!!"

Sambil menghela nafas panjang, Riko rebahin badannya ditempat tidur gue, menatap langit-langit kamar gue dengan kedua tangannya menopang kepalanya.

"Keluar sana kalo bosan!"

Bukan urusan gue lo mau bosan apa nggak.

"Eh Bro, tumben-tumbenan nyokaplo ngerayain ultah dirumah? Biasanya diluar terus."

Gue cuma ngangkat bahu, suka-suka nyokap gue lah mau ngerayain dimana juga, nyesel gue ngajak sikunyuk ini kerumah sekarang, masih bete juga gue sama dia gara-gara deketin Tatiana terus.

Gue jalan ke balkon kamar gue, dibawah petugas catering dan dekorasi hilir mudik sibuk dengan urusannya masing-masing, kolam renang itu disulap menjadi area pesta bak hotel bintang 5, dengan panggung yang bisa gue liat langsung dari balkon ini.

Kali ini terlalu berlebihan nyokap gue, secara yang datang cuma keluarga dan teman dekatnya nyokap doang.

Terdengar langkah kaki Riko nyamperin gue, dia berdiri disamping gue sambil ngebentangin kedua tangannya dipagar balkon, ikut lihat kesibukan dibawah sana.

"Lo belum ngerubah nama Tatiana di contact lo?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut gue sebelum gue sempat mencegahnya, sial gue cuma mau nanya dalam hati doang, kenapa malah jadi lantang gitu sih, bisa-bisa dikira cemburu lagi gue sama si kunyuk disebelah gue ini.

"Masih dong ... Dia kan bidadari gue!" jawabnya sambil menyeringai dan ngedipin sebelah matanya ke gue.

Asli, pengen gue tonjok dia buat hapus seringaian di mukanya itu, apa gue lempar aja ya dia dari balkon ini?

"Argaaaaa!! Kamu belum ganti baju juga!!" teriak mama.

Gue langsung balik badan kearah kamar gue, sambil berkacak pinggang nyokap gue diri didepan pintu.

"Marahin aja tuh tan, daritadi males-malesan aja dia hehehe." celetuk Riko.

Gue pelototin Riko, nyokap langsung nyamperin gue,

"Kamu nggak menghargai pesta mama ya, ayo cepat ganti baju sana, jangan kalah rapi sama Riko, nanti dikira anak mama Riko lagi buka  kamu!" perintah nyokap sambil ngejewer kuping gue.

Riko ketawa ngakak, entah karena denger ocehan nyokap atau karena gue dijewer, keduanya sama aja bikin gue tambah bete sama dia.

Tanpa banyak omong lagi, gue langsung masuk keruang ganti, gue pakai jas hitam yang sudah disiapin nyokap, tapi gue nggak mau pake dasinya, udah kaya om-om aja.

Gue biarin satu kancing teratas kemeja putih gue terbuka, gue pandangin pantulan gue dicermin, naahh begini lebih oke.

Gue keluarin hair gel dari tempatnya, tapi nggak jadi.
Biarin lahh rambut gue begini juga siapa yang mau perhatiin, emangnya sikunyuk itu, rambut disisir sampe klimis begitu, hiii!

Gue keluar dari ruang ganti, Riko udah nggak ada dibalkon, udah turun kayanya. Dekorasi sudah siap, beberapa saudara juga sudah ada yang hadir, gue harus kesana dan menyapa saudara-saudara gue, sebelum nyokap bawel lagi.

ArganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang