Bima, kakaknya Tatiana, dia terus ngeliatin gue, sambil tersenyum sinis dia ngeliat bibir gue yang luka, dia langsung dekap erat Tatiana, seakan-akan takut gue bakal terkam adiknya, Cih!
"Memangnya kapan hikingnya Nay?" tanyanya.
Matanya masih terus natap gue tajam, gue tau ada udang dibalik batu dalam pertanyaanya itu
Jangan bilang lo juga mau hiking dihari yang sama."Sabtu besok kak," jawab Tatiana sambil ngelirik gue.
Gue terus pandangin Tatiana, gak peduli sama kakaknya yang masih terus natap tajam gue, muka Tatiana kembali merah, entah malu atau marah sama gue.
"Oh kebetulan, kak Bima juga hiking sabtu besok sama teman-teman kampus ke gunung gede!"
Sesuai dugaan gue ...
Gue liat Tatiana memutar kedua bola matanya mendengar ucapan kakaknya, ketauan kan itu bukan kebetulan.
"Kalo tidak salah sekolahmu juga ke gunung gede kan? Yasudah kalo begitu mama izinin kamu hiking Nay, mama tenang kalo ada Bima juga disana."
"Makasih Ma!" seru Tatiana sambil meluk dan mencium pipi tante Siska.
Mukanya kembali ceria, nggak kaya udang rebus lagi.
"Senangnya dia ... Kamu nggak usah khawatir jeung Sis, ada guru dan beberapa tenaga profesional juga yang akan ikut mengawasi, tanpa itu pihak sekolah tidak akan pernah memberikan izin acara ini, bukan begitu Ga?"
"Iya betul ma," jawab gue.
Mendengar itu tante Siska langsung menarik napas lega, kembali dia memandangku sambil tersenyum, senyum yang identik dengan senyum anaknya,
"Pokoknya tante titip Nay yaa ... Dia nggak pernah keluar kota tanpa kami," pintanya.
"Iya tante, tenang aja ... "
Aku lirik Tatiana lagi, dia langsung melototin gue, gue kasih dia senyuman andalan gue, dan dia tertunduk lagi dengan muka yang lebih merah lagi dari yang pertama, gue tertawa lebar penuh kemenangan.
"Tatiana katanya tadi nggak enak badan, kamu jadi mau pulang sekarang?" tanya Bima.
Huh! Mengganggu aja nih kakak satu, dia malah mencibir liat gue, kenapa jadi kaya perang dingin gini sih gue sama dia?
Gue alihin lagi mata gue ke adiknya.
"Kamu kenapa?" tanya tante Siska sambil menangkup pipi Tatiana dengan kedua tangannya, matanya terlihat khawatir, khas seorang ibu.
Tatiana berbisik ke telinga mamanya, bukan ngadu gue udah nyium dia kan? Bisa dipanggang gue sama nyokap ngelecehin anak orang dirumahnya, anak sahabatnya lagi.
Tapi kayanya nggak deh, karena mukanya tante Siska langsung tersenyum dan mengangguk.
"Kenapa jeung Sis?" tanya nyokap.
"Biasa jeung tamu bulanan ... "
"Oh ya ampun, istirahat saja dulu disini, Arga bawa Tatiana ke kamar tamu!"
Mendengar tawaran nyokap Tatiana langsung panik, mungkin dia masih takut berduaan doang sama gue, kedua tangannya meremas sisi bajunya.
Lagian Gue juga nggak mau berduaan lagi sama lo, takut khilaf lagi gue.
"Terima kasih jeung tawarannya, tapi kami takut malah jadi merepotkan, biar kami antar Nay pulang saja."
"Oh tidak merepotkan kok jeung, lagipula acara juga belum selesai, aku juga masih kangen sama kamu."
"Nanti kita kumpul lagi saja yaa ... Hmmm bagaimana Kalo makan malam dirumahku?"
Mendengar tawaran tante Siska gue lihat Bima memutar kedua bola matanya, dia natap gue dingin dengan sebelah alis diangkat, sial lebih keren dari gue, pasti butuh waktu lama buat menyempurnakannya, Cih!
"Waahh dengan senang hati, aku tunggu undangannya yaa!"
"Pasti, secepatnya kita atur jadwal, mungkin setelah anak-anak hiking ya."
"Ok deal!"
"Baiklah kalo begitu kami pamit dulu yaa jeung."
Mereka berdua langsung cipika cipiki, lanjut Tatiana salim ke nyokap gue.
"Maaf ya tante nggak bisa ikut acara sampai selesai."
"Nggak apa-apa sayang, tante ngerti kok kalo urusan wanita hehe."
Nyokap gue ngelus-ngelus kepala Tatiana, kemudian nyium keningnya, aahh gue juga mau ...
Disusul kakak resek nya salim ma nyokap gue lanjut salaman sama gue.
"Awaslo!" bisik dia mengancam sambil ngeremas tangan gue kencang-kencang.
Di senggol pundak gue kencang-kencang dengan pundaknya selagi lewat disamping gue, gue tau reaksi spontan itu, gue pun bakal ngelakuin hal yang sama kalo adik gue yang dicium, bahkan lebih.
"Udah jangan diliatin terus, besok juga ketemu disekolah, dia memang cantik, pantas kamu tergila-gila," ledek mama.
"Siapa yang tergila-gila? Sok tau ah!" balas gue masih terus natap punggung Tatiana yang sudah menghilang dikerumunan.
"Kamu nggak bisa bohongin mama, dari muka kamu aja udah keliatan, mama juga pernah muda, dan udah berapa cowok yang mandangin mama seperti itu dulu."
Nyokap bener, gue emang udah jatuh cinta sama dia, entah sejak kapan, sejak dia buang muka dari gue atau sejak gue nyium dia tadi.
"Kapan mama mau ngaku sama Arga, kalo mama sengaja bikin pesta ulang tahun dirumah, alih-alih diluar negeri kaya biasanya, cuma karena Tatiana?"
Gue udah tau ini akal-akalannya nyokap sejak gue liat Tatiana dan keluarganya juga hadir, gue tau nyokap juga udah ngorek-ngorek informasi tentang Tatiana disekolah.
"Kamu suka kan? Kapan kamu mau bilang terima kasih ke mama karena udah menghadirkan cewek yang kamu sukain itu ke rumah?" balas nyokap.
Gue cuma bisa diam, nggak bisa menang emang kalo debat sama ibu-ibu, dan sekarang nyokap natap tajam gue.
"Itu bibir kenapa? Jangan bilang jatuh kamu bukan anak kecil! Dan mama bukan anak kemaren sore jadi nggak bisa kamu bohongin!" tanyanya sambil micingin kedua matanya.
Darah seakan hilang dari muka gue, panik dan bingung juga mau jawab apa, bohong juga pasti nyokap tau,
"Digigit Tatiana, Ma!" jawab gue jujur sambil meremin mata.
Bersiap dengar omelan dan teriakan nyokap, tapi tetap hening, gue buka mata gue, ternyata nyokap lagi tersenyum lebar ke gue.
"Kamu cium Tatiana? Beneran?" tanyanya.
Gue langsung ngangguk, ini nyokap gue kenapa aneh begini sih? Gue pikir dia bakal hujanin gue dengan caci maki tapi malah senyum begitu, hii!
Nyokap langsung meluk gue, gue berusaha lepas dari pelukannya, malu gila udah segede gaban masih dipeluk nyokap, didepan umum pula.
"Mama seneng ... Sekarang mama yakin 100% kamu normal!"
What the ...
Ahh gue nggak bisa berkata-kata lagi, nggak habis pikir gue sama nyokap sampe punya pikiran kaya gitu, gue cuma bisa acak-acak rambut gue sendiri, pengennya sih ngacak-ngacak rambut nyokap, tapi gue takut dikutuk jadi batu.
"Yaa maaf, mengingat kamu selama ini dingin sama cewek, berapa kali mama temuin kamu sama anak teman mama, kamu nggak respon sama sekali, malah cuekin anak orang!"
"Nggak sekalian mama sangka Riko itu pacar Arga!"
gerutu gue kesal."Tadinya memang begitu ... Tapi sekarang nggak hehe."
Haaaa tambah gila gue, gue langsung pelototin nyokap, dia malah balas nyengir.
Parah ... parah ...
"Tau gitu tadi Arga perkosa aja tuh Tatiana!"
"Argaaaaaa!!" kali ini nyokap baru teriak sampai semua tamu melihat kearah kami.
Sengaja gue pancing emosi nyokap, itu pembalasan dari gue hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argana
RomanceArgana, seorang pria yang menjadi idaman satu sekolah. Pria yang tidak hanya mengenalkanku tentang indahnya cinta, dan memberikan rasa rindu yang tak bertepi. Tapi juga menjadi satu-satunya pria yang membuatku merasakan, betapa sakitnya hati yang te...