••[05]••
Untuk pertama kalinya bagi Taehyung melihat Jungkook tidak menolak bantuannya. Tidak seperti sebelumnya dia akan menolak saat pria tampak itu membimbing tangannya. Namun sekarang justru pria manis itu yang tampak memegang lengan kemeja Taehyung, ya meskipun hanya di ujung jarinya. Setidaknya dia sudah tidak lagi seseorang yang hendak membantunya.
Saat keluar dari rumah utamanya tampak Jimin melihat Taehyung yang terlihat lebih akrab dengan putera tuan Jeon, dia pun melangkahkan kakinya pelan menghampiri Taehyung. Bukan berniat untuk menghalangi Taehyung yang akan pergi bersama Jungkook, namun sekitar sepuluh menit lalu Namjoon menghubunginya dan mereka harus berada ke markas saat itu juga.
"Tae, apa kau akan pergi?" tanya Jimin saat menghampiri Taehyung. Merasa seseorang di hadapannya, Jungkook pun menghentikan langkahnya.
"Hanya sebentar saja, aku akan segera kembali," balasnya saat menuntun lagi Jungkook.
"Namjoon hyung, menyuruh kita ke markas. Dia tidak bisa menghubungimu, jadi dia meneleponku." Jimin kembali berdiri di hadapan Taehyung.
Mendengar perkataan Jimin, Jungkook pun melepaskan tangannya dari lengan kemeja Taehyung dan itu membuat Taehyung menatap Jungkook yang sekarang berada di sampingnya.
"Kita pergi lain kali saja, tuan. Lagipula tugasmu lebih penting. Kalau begitu aku akan kembali." Jungkook membuka lipatan white canenya hingga sekarang yang tampak adalah sebuah tongkat yang akan membantunya kembali ke rumah utamanya.
*white cane: sebutan untuk tongkat yang digunakan untuk penyandang tuna netra.Jungkook memutar tubuhnya perlahan seraya mengetukkan pelan ujung tingkatnya pada tempatnya berpijak, lalu meninggalkan Taehyung dengan perlahan. Taehyung menatap punggung Jungkook yang makin menjauh.
"Kau bisa bertemu dengannya lagi nanti! Tidak perlu menatapnya seperti itu!" sindir Jimin.
"Aku kasihan dengannya. Dengan keadaannya seperti itu, tak seorang pun memperhatikannya. Apalagi noonanya, yang ada dipikirannya hanya ada harta. Dan ibunya, entah obat apa yang dia berikan padanya," ungkap Taehyung masih menatap Jungkook.
Tanpa Taehyung sadari, sepasang indera mendengar apa yang dia ucapkan. Sosok itu pun tampak tersenyum tipis dan menghela napasnya kasar.
Kasihan. Ya, aku memang pantas di kasihani.
"Ayo pergi, Namjoon hyung sudah menunggu kita!" ajak Jimin.
Taehyung dan Jungkook tampak mulai meninggalkan kediaman keluarga Jeon. Seseorang tampak memperhatikan dari atas jendela kamarnya. Dan tampak tersenyum penuh arti. Jungkook pun telah sampai di kamarnya, setelah mengembalikan tongkatnya di posisi semua dia pun tampak menyandarkan punggungnya pada headboard ranjangnya. Meraih sebuah buku di sana.
Dia tampak meraba satu per satu huruf yang tercetak pada lembar kertas putih itu, dengan kedua manik matanya yang tampak menatap jauh, wajahnya pun tak tertunduk pada buku yang ada di tangannya itu, meskipun begitu beberapa kali pria manis itu tampak tersenyum bahkan sedikit terkikik. Sepertinya cerita dalam buku itu seru. Hingga akhirnya seseorang mengetuk pintunya. Setelah Jungkook memberikan jawaban menyuruhnya masuk, sosok itu tampak menghampiri Jungkook.
Dia tak bisa menebak siapa yang datang menghampirinya. Pasalnya, sosok itu tak mengucapkan sepatah katapun pada Jungkook. Bahkan aroma yang biasa membantunya untuk mengenali seseorang pun tak tercium oleh inderanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT WORLD
Fanfiction[END] "Apa yang bisa diharapkan dari seorang pewaris namun tidak bisa melihat sepertiku?" ••• Seseorang datang seolah memberi setitik cahaya. Hari yang semula hanya ada satu warna dengan sekejap menjadi lebih berwarna. Aku memang tak sempurna...Nam...