🍁 ᴘᴇʀғᴇᴄᴛ ᴡᴏʀʟᴅ #10 🍁

4.9K 554 25
                                    

••[10]••

"Jangan bohong, hyung. Aku tahu hyung menemaniku semalaman," ucapnya. Jungkook tersenyum merabakan tangannya hendak menyentuh Taehyung. Hingga akhirnya dia kini memeluk kekasihnya. "Terima kasih sudah menemaniku semalaman, hyung!"

"Se-semalaman? Apa maksudmu, sayang?" Taehyung tidak mengerti apa yang Jungkook katakan. Pasalnya setelah Jungkook tertidur, ia langsung meninggalkan kamar Jungkook meskipun dalam hatinya sungguh tak ingin meninggalkan sosok manis yang baru saja menjadi kekasihnya itu. "Maaf, sayang..."

"J-Jadi...yang bersamaku bukan hyung? Begitu?" Jungkook tampak kebingungan, tatapan mata kosong itu telihat penuh sekali pertanyaan. Tak ingin melihat kekasihnya bersedih, akhirnya Taehyung terpaksa mengiyakan pertanyaan Jungkook.

"Maaf, sayang... k-karena hyung cemas, jadi hyung datang lagi..." Taehyung mengusap pipi Jungkokk sayang. Wajah Jungkook yang tadinya cemas, kini pun terlihat tenang.

Dasar bajingan kau Ryu! Aku tidak akan membiarkanmu, tunggu saja. Berani menyentuh milikku, maka kau akan habis di tanganku.

"Apa sudah siap? Sebentar lagi mereka akan datang, bukan? Membawa sarapan untukmu? Juga obat sialan itu?" tanya Taehyung lembut dan diangguki oleh Jungkook. "Setelah ini, aku akan mengantarmu ke dokter. Apa ibumu yang akan mengantarmu?"

Jongkook menggeleng, "Aku selalu datang sendiri memeriksakan mataku. Mereka biasa menyuruh supir untuk mengantarku, hyung," ucapnya pelan. Wajahnya berubah sendu. Bahkan saat tubuhnya tidak sempurna, ia harus menjalaninya sendiri, memeriksakan matanya yang sakit pun sendiri.

Jangankan mengantar Jungkook memeriksakan matanya, bahkan Jagyeong sebisa mungkin putera tirinya itu melarangnya ke rumah sakit. Itulah mengapa, ia selalu memberinya obat, alih-alih itu pun adalah obat dari seorang dokter. Nyatanya bukan. Semakin lama Jungkook mengkonsumsi obag itu, bukan malah membaik pandangannya semakin tidak baik-baik saja. Jika dulu ia masih bisa merasakan sebuah titik cahaya, sekarang tidak lagi. Dan juga, bukan hanya matanya, tubuhnya pun terasa semakin lemah, bahkan saat Jungkook tak melakukan kerja keras.

"Baiklah, mulai hari ini, hyung yang mengantar, ya? Kau tidak akan sendiri lagi, dan jangan pernah merasa sendiri, sayang... karena aku akan selalu ada untukmu, hm?"

Jungkook mengangguk, "Terima kasih, hyung. Aku semakin ingin melihat wajahmu. Kau pasti sangat tampan, 'kan? Suaramu juga indah," puji Jungkook.

"Tidak, aku tidak tampan. Bagaimana kalau aku tidak tampan? Apa kau akan berhenti mencintaiku?"

"Bahkan tanpa melihat wajahmu pun aku sudah jatuh cinta padamu, hyung. Bukan tubuh, fisik yang hyung punya, tapi ini..." Jungkook meletakkan tangannya di dada Taehyung. "Hati... Kau orang yang sangat baik, bahkan dengan keadaanku seperti ini kau tidak maluㅡ"

Cuuup

Taehyung mencium singkat bibir Jungkook. "Kenapa aku harus malu, kalau orang yang ada di depanku sekarang sangat sempurna. Berlian tetaplah sebuah berlian, meskipun ia jatuh di tempat tak layak sekalipun, sayang... untukku, kau selalu sempurna, dan hanya kau yang bisa membuatku jatuh cinta. Terima kasih Jungkook, telah hadir di hidupku..."

Jungkook memeluk Taehyung, "Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, hyung... padahal masih banyak orang diluar sana yang lebih baikㅡ"

PERFECT WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang