Selamat datang di book "Master or Daddy 2"
Book ini akan berfokus pada cast Jeno dan Hyunjin.
Selamat membaca.
•
•
•
•
•Ingatkan kalian? Di akhir dari cerita sebelumnya. Tentang penculikan terhadap 2 sosok lelaki yang di miliki seorang mafia.
Ya, sedikit klasik memang.
Tapi semuanya berubah secara total, saat Jeno mengambil alih.
Hyunjin yang tengah di ikat pada sebuah kursi itu mendongak, menatap kearah Jeno yang tengah mengusap pelan pistol di tangannya.
Sangat tidak menyangka, jika temannya yang terlihat polos, ternyata mempunyai rahasia sebesar ini.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku, tapi bisakah kau melepas ikatan ini?"
Melirik ke arah Hyunjin, Jeno kemudian tersenyum tipis. Sebelum akhirnya mengangguk dan melepas ikatan pemuda manis itu.
Hyunjin spontan mendesis, rasanya sangat sakit. Permukaan tangannya jelas tergores hingga memar.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku." ucap Hyunjin lagi, lalu berdiri dan mendekati Jeno.
"Ya, dan kau harus membayar untuk itu." jawab Jeno
"A-apa?"
Hyunjin terkejut bukan main. Apalagi saat Jeno santainya mengarahkan pistol hitam itu pada lehernya.
"Menyelamatkanmu, bukan hal mudah. Jadi aku perlu bayaran." tambah Jeno
"Aku yang selalu menemani mu dan kau ingin menyingkirkan ku?"
Hyunjin masih mencoba bersikap tenang, meski badannya tegang bukan main.
"Kau kira itu semua cukup untuk apa yang aku lakukan kepadamu hari ini?"
Badan Hyunjin tersentak kecil. Sempat sempatnya tertawa, saat Jeno sudah bersiap menarik pelatuk.
"Lalu? Apa yang kau inginkan?"
"Hidupmu. Serahkan hidupmu padaku."
"Jika aku tidak mau?"
"Kau akan mati."
Ah, sepertinya opsi mati lebih baik untuk hari ini. Lagipula hidupnya juga sudah hancur, ayah nya pergi, entah kemana, ibunya tidak pernah pulang. Hanya sendiri.
Dan juga, penyakit itu.
Baiklah, jika dirinya mati, bukan kah Tuhan akan menemaninya?
"Tembak kan pistol mu."
Jeno mengangkat satu alisnya, kemudian mendengus dan tertawa.
"Kau kira aku bercanda dengan ucapan ku Hwang Hyunjin?"
"Kau kira aku bercanda dengan jawaban ku, Jenho? atau harus ku sebut Jung Jeno?"
Hyunjin menatap lurus ke arah Jeno. Membuat pemuda itu balas menatapnya intens.
Dor
Dor
Dor
2 tembakan pada bahu dan satu tembakan pada kaki, Jeno layangkan.
Tubuh Hyunjin ambruk, darah mengalir dengan jelas.
"Ke-kenapa? Ah apa kau lebih suka menyiksa terlebih dahulu? Ughh, seperti ayahmu?"
Hyunjin tetap berusaha membuka matanya, tidak menahan satu pun bagian yang di tembak oleh Jeno. Kemeja sekolahnya yang bewarna putih kini berubah sepenuhnya menjadi merah.