Selamat membaca.
Aku Jumat update lagi, kalau lupa komen aja hehe~~
•
•
•
•
•Hyunjin trauma.
Bahkan tidak berani berdekatan dengan Mingyu.
Katanya sih takut di culik.
"Hyunjin, kau suka makan ular goreng?"
Hyunjin yang tengah duduk anteng di sebelah Mingyu itu sukses terkejut, bahkan tersedak teh hijaunya. Kenapa orang tua dari Jeno ini random sekali?
"Kau tahu? Aku memasak ular goreng tadi. Ingin mencobanya?"
Jelas saja, pemuda itu menggeleng panik. Kemudian mendekat ke arah Jeno, seperti meminta bantuan. Mingyu tak kuasa menahan tawanya, apalagi sang anak yang langsung memberikan tatapan tajam ke arahnya, tapi terlebih dahulu di pukul dari belakang oleh Jaehyun.
"Tidak sopan menatap orang tua mu seperti itu, Jeno."
"Kau sendiri, tidak sopan memukul anak mu, Jaehyun."
"Bangsat, kau ingin mati huh?"
"Kau kira aku takut?"
Sekarang giliran Hyunjin yang menenangkan Jeno, lalu menggeleng pelan. Hari sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Yah, Mingyu berujar agar Jeno memperbolehkan Hyunjin untuk sekolah. Bayangkan saja, hampir 2 bulan, Hyunjin tidak menginjakkan bangku sekolah. Sebenarnya, masalah lulus atau tidak itu hal yang mudah, Mingyu hanya tidak ingin Hyunjin merasa kesepian, jika terus menerus hidup dengan Jeno.
24 jam, bertemu Jeno, berkumpul kebo dengan Jeno, lalu kembali ke awal.
"Ingat Hyunjin, banyak orang yang mengincar mu disana. Apalagi Jeno, yah kau tau? Dia akhirnya tampil seperti dia sesungguhnya. Bukan sebagai Jenho yang kau kenal sebelumnya." jelas Mingyu. Laki laki dewasa itu tampak melirik ke arah leher Hyunjin, nampak seperti choker, bewarna hitam tipis. Tapi tidak terlalu menjerat. "Apa yang kau kalung kan pada leher Hyunjin? Jeno?"
Jeno yang tengah menguyah roti itu lantas mendongak, menatap bergantian antara Hyunjin dan Mingyu. "Alat pendeteksi,"
"Oh-"
"Yang menyambung dengan vibrator di anal Hyunjin."
"UHUK!!!"
"Wahh, anakku~"
Terlihat dengan jelas, mana reaksi Jaehyun dan mana reaksi Mingyu. Ibu sekaligus ayah dari Jeno itu sukses memerah, entah merasa kesal atau malu. Matanya melirik tajam ke arah sang suami yang santai santai saja meminum kopi. "Jaehyun, jangan bilang!"
"Ya, itu persis punya mu. Aku membelikan Jeno, bagus bukan?" jawab Jaehyun berserta seringai. Mingyu langsung bangun, hendak memukul lengan sang suami, tapi tiba tiba badannya lemas, hingga harus bersandar pada meja.
"Jae-jaehyun jangan macam macam.. argh..."
Badan Mingyu bergetar hebat. Kemudian wajahnya ia tundukkan sedemikian rupa. Hyunjin yang melihat papa dari Jeno itu lantas menelan ludah gugup, tapi setelahnya sama sama tersentak, saat sebuah vibrator telur bergetar cepat di anal nya.
"Jeno jangan.. nghhh.."
Desahan nista yang harusnya tidak terdengar di pagi hari itu, apalagi di keadaan sarapan, terpaksa terdengar bersautan. Sang dominan santai santai saja, meneruskan sarapannya, sambil sesekali bertukar pandang dan tertawa kecil.
"Ayo kita berangkat Hyunjin," ujar Jeno cepat, saat mulai menyadari kedua orang tuanya sudah beradu lidah dengan kecapan basah di ujung meja.
Hyunjin mencoba berdiri, tapi kakinya benar benar lemas, hingga terjatuh ke depan. Untung saja Jeno dengan sigap merengkuh pinggang pemuda itu. Membawanya berjalan keluar rumah sang orang tua.
"Naik," kata Jeno, sambil menggerakkan dagunya, agar Hyunjin naik ke atas motor yang sudah dia hidupkan itu. Hyunjin kembali bergetar, mencoba mengode pemuda itu, agar matikan vibrator dan choker yang semakin mengerat di lehernya itu.
Tapi Jeno tetaplah Jeno, kukuh dengan pendirian nya.
"Jika kau berhasil menahan sperma mu sampai di sekolah. Mungkin aku akan melepas dua benda itu. Tapi-" Jeno tampak meremas pinggang Hyunjin kuat, kemudian tersenyum miring. "Jika kau keluar sebelum kita sampai, mungkin sex di parkiran bukan hal yang tidak mungkin kan?"
Sialan.
Fyi. Sebenernya gak ada niat bikin NC, serius gak ada, lihat mood aja, sekalipun bikin ku berhentiin di tengah tengah, paling.
Dahhh❤️