Twelve

2.1K 387 54
                                    

Haloo, lama tidak bertemuuu~




Hyunjin merasakan tidurnya tidak nyaman, hingga lantas terbangun, matanya bergerak liar.

Ada yang memperhatikan nya, ada seseorang yang memperhatikan nya.

Apalagi, Jeno tidak ada di sampingnya. Jam juga menunjukkan pukul 12 malam. Ini, jam jam rawan di dunia mafia.

"Jeno, JENOOOOO!"

Teriakan Hyunjin, bersamaan dengan seseorang yang membekap mulutnya dari belakang, Hyunjin mencoba berontak, tapi tidak bisa. Hingga pintu terbuka kuat, Jeno langsung menembak seseorang yang tengah membekap Hyunjin.

Gerakannya cukup cepat.

Hyunjin bahkan langsung terdiam, saat percikan darah itu membasahi wajahnya.

Dor

"Sialan,"

Jeno berlari kencang, merengkuh tubuh Hyunjin, membawanya kedalam gendongan koala lalu menembak dengan sigap ke arah jendela luar. Tampaknya, seseorang tengah mengincar pemuda manis di gendongannya ini.

Earphone di telinga Jeno tampak menyala kuning, memberikan sinyal pada anak buahnya.

Kegiatan tembak menembak itu semakin rusuh, apalagi Jeno sempat berguling ke tanah.

Bajingan, berani beraninya mereka menggunakan pistol yang mampu melesakkan 8 peluru sekaligus, dalam sekali tembakan.

Hyunjin hanya mampu mencengkram erat kemeja Jeno, matanya sedikit bergetar, mendapati lengan atas Jeno yang terkena goresan peluru.

Kerusuhan itu mulai mereda, saat anak buah Jeno berhasil melumpuhkan para bajingan yang entah berasal dari mana itu, dari bawah. Langsung menyerang ke arah target.

Jeno terduduk lemas di samping ranjang, kedua tangannya menangkup pipi Hyunjin khawatir. Matanya tampak menyiratkan ketakutan yang sangat. "Kau tidak terluka kan? Kepala mu baik baik saja? Benar kan, Hyunjin?"

Sang pemuda manis mengangguk, meski wajahnya ikut panik, karena lengan atas Jeno terus mengeluarkan darah. Dengan gemetar, Hyunjin melepas bajunya sendiri, lalu mencoba melilitkan baju itu pada lengan Jeno.

Jeno tak bergeming, tangannya yang penuh darah ia usapkan pada kemeja nya sendiri, lalu setelah sedikit bersih, dirinya mulai beranjak mengusap pipi Hyunjin yang tadi terkena cipratan darah.

"Maafkan aku Hyunjin. Maafkan aku, aku harusnya tidak meninggalkan mu, maafkan aku."

Hyunjin menggeleng, lalu menyatukan bibirnya dengan bibir Jeno. Jelas dirasa, bibir Jeno kering dan dingin akibat panik. "Aku masih hidup Jeno, jangan khawatir, aku masih hidup." sang pemuda tampan langsung menurunkan bahunya yang sempat tegang, lalu merengkuh tubuh Hyunjin lagi. Mengecup lama perpotongan bahu telanjang itu.

"Ya, kau masih hidup. Kau menepati janjimu."

Setelahnya, para pengawal Jeno mulai berdatangan, mengurus lengan sang atasan yang terserempet peluru itu. Hyunjin sendiri tetap diam, berada di samping Jeno. Karena pemuda itu terus menggenggam tangannya, tidak mau melepaskan nya.

"Cari tahu siapa bajingan yang berani melukai Hyunjin tadi."

"Siap tuan muda."



















































"Sudah puas sayang?"

Mingyu terkekeh, lalu melingkarkan tangannya pada leher Jaehyun. "Ayolah, aku cuma main main dan membuktikan, apa Jeno sudah jatuh cinta pada Hyunjin," Jaehyun hanya mendengus, lalu mengecup pipi sang istri. "Dan kau mendapatkan jawabannya sekarang?" Mingyu mengangguk semangat.

"Padahal aku hanya berniat untuk menculik Hyunjin, tapi ternyata pemuda itu berteriak, yah~ teruskan saja dramanya dengan sedikit tembak menembak."

"Anak mu terkena serempetan peluru gara gara hal itu, sayang."

Mingyu berdehem acuh, lalu kembali tertawa. "Aku, hanya tidak ingin Jeno merasakan apa yang kau rasakan Jaehyun. Dan Hyunjin, merasakan apa yang aku rasakan."

Benar benar, ternyata Mingyu adalah dalang di balik adegan penembakan beberapa waktu tadi. Lucunya, laki laki manis itu tampak santai santai saja, saat keesokan harinya, Jeno mendatangi rumahnya dengan wajah yang kesal.

"Hehe, papa hanya bercanda sayang."


















































Fyi. Adegan penculikan nya pemanasan dulu, nanti di culik beneran Jeno langsung puanik pastinya ahaha, dahhh♥️

18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang