Fourteen

2.5K 356 42
                                    

Selamat membaca, tolong vote dan komen(≧▽≦)




Hyunjin mencengkram erat baju Jeno yang berlapis jaket kulit itu. Badannya bergetar menahan pelepasan, sialan memang Jeno. Ingin Hyunjin pukul saja kepalanya.

Jeno yang menjadi objek kekesalan Hyunjin itu, tiba-tiba menepikan motornya, kemudian mengeluarkan handphone nya. Pemuda itu lantas menghentikan vibrator di anal Hyunjin. Hyunjin kaget dan sedikit lega tentu saja. Tapi, Jeno benar benar aneh, pemuda itu tampak beberapa kali melirik pada spion, kemudian mengumpat kesal. Membuka jaket kulitnya, memasangkannya pada Hyunjin. Setelahnya, Jeno tampak mengambil tangan Hyunjin kasar, agar melingkar di perutnya.

Anak tunggal dari keluarga Jung itu kembali memacu motornya, lebih cepat dari tadi, dan arahnya- tunggu, meski Hyunjin tidak pernah sekolah selama 2 bulan, tapi dia masih ingat dengan jelas jalan menuju sekolahnya. Dan ini, Jeno mengambil arah yang berbeda.

"Jen-jeno?" panggil Hyunjin ragu.

"Jeno kenapa kita-"

"Diam dan peluk aku. Ada yang mengikuti kita."

Menelan ludah kasar, Hyunjin lantas memeluk erat tubuh Jeno. Keduanya membelah jalanan pagi yang ramai itu dengan kecepatan di atas rata rata. Jeno sengaja memelankan motornya, saat mereka berada di tengah keramaian kendaraan. Menyalip dengan mudah, seolah olah tidak akan menyia-nyiakan satu kesempatan sekalipun untuk kabur. Hingga mereka akhirnya berbelok ke sebuah gang. Jeno mematikan motornya, menoleh kebelakang, membuka cepat helm Hyunjin, lalu menangkup pipi sang pemuda manis. Bahu Jeno bergerak naik turun khawatir, sialan semua ini di luar dugaannya.

"Aku yakin itu bukan keisengan orang tua ku. Sepertinya juga, itu bukan salah satu suruhan ibumu."

"Apa?"

"Ck, hahh. Kita ke sekolah saja, aku malas menjelaskan ke orang bodoh seperti mu."

Hyunjin menyerengit tak terima. Kesal sekali dengan Jeno yang sok itu. "Kau saja yang tidak mau menjelaskan, aku kan juga bisa faham jika kau menjelaskan."

Jeno tergelak tawa, melepas helmnya. Membiarkan rambut hitam menawan itu, jatuh menutupi dahi.

"Kalau aku berkata, aku mencintaimu, apa kau faham maksudku?" jelas Jeno kecil, sambil menyeringai.

Hyunjin terdiam gugup, kemudian matanya berkedip lucu. Jeno hanya menggeleng, mengarahkan tangannya untuk mengusap mata kiri Hyunjin kemudian mengecup punggung tangan sang pemuda manis.

"Hal sesimpel itu saja kau tidak faham. Jadi jangan sok tahu tentang diriku, Hyunjin."

"Ya, kau menyukai, aku yakin jika maksudnya itu, tapi aku, aku faham dan tidak, maksudnya aku-"

"Ya, princess. Biarkan saja otakmu itu berpikir keras."

Hyunjin mencebik, lalu kembali memasang helmnya, memeluk perut Jeno, ketika sang pemuda mulai melajukan motornya.

Keduanya tiba di sekolah sekitar 10 menit kemudian.

Tentu saja telat, apa yang kalian harapkan? Berputar putar di tengah keramaian kota agar tidak tertangkap oleh seseorang.

"Tunggu, kalian telat. Jadi tidak bisa langsung masuk dan kalian, oh- tuan Jeno? M-maafkan aku. Kau dan Hyunjin bisa masuk."

Jeno mengangguk singkat, kemudian mengarahkan motornya memasuki gedung sekolah.

"Kenapa dia takut padamu?" tanya Hyunjin bingung, tapi langsung tersentak, saat Jeno tiba tiba melingkupi penisnya dengan tangan besarnya itu.

"Kau? Cum tanpa seijin ku?" Hyunjin menelan ludah gugup. Kemudian berjalan pelan kebelakang, hendak lari. Tapi Jeno dengan cepat menarik tangannya, kemudian meremas kuat bokong Hyunjin. "Nghhh.."

"Jangan lupa, sayang. Vibrator itu masih ada di anal mu." ujar Jeno pelan, tepat di telinga Hyunjin. Badan Hyunjin lemas seketika, tapi langsung tegang, saat mendapati siluet mata seseorang yang tengah memperhatikan dirinya. "Jeno, ada orang.."

Jeno melesakkan tangannya masuk, mulai meraba bokong Hyunjin dari dalam. "Aku tau sayang aku tahu." terus mengelus dan sesekali meremas bokong Hyunjin. Jeno kemudian membalikkan badan pemuda manis itu ke arahnya, membuat Hyunjin otomatis menumpukan wajahnya pada dada Jeno.

Dor

Dor

Dor

"Orang itu sudah mati dan tinggal kita berdua."

Hebatnya, Jeno masih bisa menembak tepat sasaran dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya, sudah menyelusup masuk kedalam anal Hyunjin.

"Wahh, menarik jika kita melakukan sex disini."





































Fyi. Itu yang ngawasin Jeno anak buah si Jaemin, wkwk. Mulai chapter depan bakal fokus konflik Jaemin dan Jeno. Hihi.

Dahhh♥️

18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang