Six🔞

6.6K 461 113
                                    

Selamat membaca.

"Jeno aku pusing."

"Lalu? Kau berharap aku memijit kepala bodohmu yang tidak mempunyai otak itu?"

Hyunjin menggeleng lemah. Dia tertidur tadi saat Jeno sekolah dan memuntahkan darah, untung saja pemuda itu masih mampu memanggil dokter lewat tombol di atas ranjangnya.

"Sepertinya aku akan mati."

Perkataan Hyunjin jelas menarik perhatian Jeno. Hingga pemuda itu tampak mengelus rambut Hyunjin.

Fuckk, rambut Hyunjin tampak rontok.

"Tunggu, tahan sebentar."

Jeno yang tidak menemukan tisu lantas menadahkan tangannya untuk menahan darah dari hidung Hyunjin. Tangan kirinya berusaha menekan tombol, agar dokter datang dengan cepat.

"Ya tuan memanggil? Oh tuan Hyunjin."

Sang dokter bergerak cepat, di susul para suster di belakangnya. Jeno sendiri memilih mundur mengambil sapu tangan yang berada di laci samping pintu. Mengusap tangannya sambil berjalan keluar.

Sedikit aneh. Seorang Jeno mau menadahkan tangannya untuk menahan darah dari orang lain.

Tak berselang lama. Sang dokter tampak keluar dengan raut wajah pucat, membuat Jeno menyerengit bingung.

"Tumornya semakin menyebar. Aku sudah berusaha memberikan obat penahan nya, tapi jika kondisi tuan Hyunjin tidak membaik sampai besok. Kita terpaksa melakukan operasi, tapi hasilnya akan sedikit mengkhawatirkan. Saya tidak bisa menjamin tuan Hyunjin akan selamat jadi- tunggu tuan!"

Sang dokter keblablakan sendiri. Mendapati Jeno menodong kan pistol ke arah nya.

"Kau ingin aku tembak bagian mana? Mata? Oh apa di dalam mulut mu yang penuh kata kata sialan itu?"

Sang dokter kembali mengangkat kedua tangannya. Tanda menyerah.

"Pastikan kondisi dia baik dan lakukan operasi itu besok."

"Ba-baik tuan Jeno,"

Setelahnya, Jeno tampak memasuki ruang Hyunjin, mendobrak pintu dengan keras, membuat Hyunjin berjengit kecil.

Tak mengeluarkan suara, Jeno lantas berjalan cepat ke arah Hyunjin, membawa kepala Hyunjin agar bersandar di dadanya.

Raut wajah pemuda itu tampak keras, Hyunjin sendiri diam, menurut untuk bersandar di dada Jeno.

"Jangan membuatku khawatir, bodoh,"

"Hah? Kau khawatir padaku?"

"Khawatir kalau kau mati tanpa sepertujuanku."

Hyunjin lantas mendatarkan wajahnya, mengigit kecil baju sekolah Jeno. Pemuda berwajah keras itu menunduk, mengecup perpotongan leher Hyunjin.

"Tidur. Besok kau operasi." kata Jeno lagi. Hyunjin kaget tentu saja.

"Tapi, kondisiku?"

"Tapi kau akan mati jika tidak di operasi, bodoh,"

"Sama saja, operasi mempercepat kematian ku. Jika menungggu kan memperlambat kematian ku!!"

Alis Hyunjin menekuk, menatap kesal ke arah Jeno. Yang di tatap sendiri tampak mendengus. Tangan kanannya terangkat untuk mengelus alis Hyunjin, membuat alis yang semula menekuk itu kembali rileks.

Mendekatkan diri pada wajah Hyunjin, Jeno jelas membuat sang pemuda menahan nafas.

"Hyunjin, berjanjilah satu hal kepadaku." kata Jeno serius.

18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang