Sixteen

1.2K 176 7
                                    

Selamat membaca.

"Bisa kah kau berperilaku seperti manusia sehari saja, Jung Jeno?"

Jeno yang tengah meminum kopi itu mendongak, menatap telak pemuda yang sedari pagi mencari masalah dengannya itu. "Untuk apa aku melakukan itu? Menjadi manusia? Jika aku saja tidak bisa memanusiakan manusia? Jaemin?"

Terlihat dengan jelas, jika Hyunjin menepuk pelan paha Jeno, mengode kecil, agar pemuda di sampingnya ini tidak terlalu kasar.

"Setidaknya jangan mengeluarkan pistol mu, jika bersama dengan Hyunjin, dia ketakutan,"

"Oh yah?"

Menoleh ke arah sang pasangan, Jeno lantas mengangkat satu alisnya bertanya. Hyunjin sedikit panik dan bingung, "kau tau jika kau bisa bicara kan? Katakan saja jika takut, dan aku tidak akan melakukannya lagi, setidaknya, tidak di hadapanmu,"

Mengangguk kecil, Hyunjin lantas sedikit mendekat, membiarkan Jeno merengkuh tubuhnya. "Terserah kalian, tapi pulang sekolah antar kan Hyunjin pulang, ibunya ingin berbicara sesuatu,"

"Jika aku tidak ingin?" tanya Jeno, Jaemin menajamkan pendangan nya, "aku akan membawanya paksa," huh, terdengar dengusan, "coba saja jika kau berani."

Yang menjadi topik utama dalam obrolan mencoba menginterupsi, dengan suara kecilnya tentu saja.

Oh ayolah, dia harus berani, lagipula Jeno tidak mungkin membunuhnya hanya karena ini.

"Tolong, biarkan aku menemui ibuku. Mungkin ada hal penting yang ingin dia sampaikan."

Pemuda tampan dengan rambut hitam itu menunduk, menatap lembut ke arah Hyunjin. Rona merah yang menghiasi pipi itu, terlihat sangat cantik, sialan sialan, jika begini terus, yang ada Hyunjin lama kelamaan bisa mengontrol hidupnya, "baiklah, tapi hanya untuk satu jam saja," tersenyum setuju, Hyunjin kemudian mendapat balasan kecupan hangat dari Jeno.

"K-kau bisa mengatakan kepada ibuku, Jia aku akan datang, Jaemin."

"Ya."

Sungguh menggelikan mendapati 2 mahluk Adam saling memadu kasih, secara langsung di depan mata.






































"Selamat datang anak— heh bajingan kecil, kenapa kau ikut?"

Jeno tak memperdulikan ujaran Yeji, dan malah mendudukkan diri di kursi dengan nyaman. Jangan lupa sebuah rokok yang terselip di jarinya.

Benar benar duplikat Jaehyun.

"Abaikan dia saja, ibu. Jadi ada apa?"

Yeji kembali mengalihkan pandangannya pada sang anak, kemudian mengusap Surai cantik itu perlahan. "Bisa kita mengobrol sebentar? Di meja makan,"

Sedikit mengedipkan matanya cepat, jujur saja, Hyunjin panik, meski sosok wanita di depannya ini, adalah ibu kandungnya sendiri.

"Jangan ikut campur, Jeno. Duduk kau, bocah,"

Berdecih, Jeno kemudian kembali duduk, membiarkan Yeji menarik tangan milik pasangannya menjauh, ke arah meja makan.

"Dengarkan aku,"

Saat manik keduanya bertemu, sang anak sedikit tertegun. Ibunya tidak pernah mengeluarkan tatapan seperti ini sebelumnya. Dia—benar benar bingung.

"Aku tidak akan melarang mu, jika kau memilih bersama Jeno. Tapi jika nanti, kau berubah pikiran, kembali padaku, dan aku akan membawamu pergi dari sini,"

"Ibu, apa yang sebenernya coba kau katakan?"

Sedikit melirik kebelakang, Yeji membuang nafas lelah, "harus berapa kali aku katakan Hyunjin, Jeno bukan lah pemuda yang baik. Keluarga berisi mafia berdarah dingin—"

"Sama dengan mu, kan?"

Wanita berumur itu mengangguk, tak ada gunanya juga membantah kan?

"Tapi aku tetap ibumu, sedangkan Jeno, dia orang baru untukmu."

"Satu hal Hyunjin, pastikan Jeno mencintaimu, sebelum kau memilih, bersama dia."

Untuk kali ini, Hyunjin lah yang terdiam. Dia, tak tahu harus berkata apa.



















































Fyi. Aku lagi disibukin sama urus berkas dan cari kerja, jadi mohon maaf ya, udah 2 bulan gak update 🙏

Makasih sudah baca ❤️

18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang