Selamat membaca.
"Ck."
Jaemin memutar bola matanya malas. Menatap ke arah Jeno yang kini sudah duduk nyaman di dalam kelas. Bersebelahan dengan Hyunjin. Penampilan menakjubkan pemuda itu, berhasil membuat satu sekolah heboh, dan Jaemin benci.
Jika di ingat, dari awal Jaemin memang selalu mencari gara gara kepada pemuda tinggi dan berkulit putih itu.
Biar aku beri tahu sesuatu.
Jaemin adalah salah satu kaki tangan ibu Hyunjin. Kenapa dari awal dia selalu berusaha menjauhkan Jeno dari Hyunjin? Yah karena ayah Hyunjin mati di tangan keluarga Jung itu.
Apalagi berita tentang 3 bodyguard nya yang mati tadi pagi, karena Jeno langsung menembak tepat sasaran.
Padahal kan Jaemin hanya ingin memantau pergerakan dua manusia itu, kenapa Jeno malah membunuh bodyguard nya?
Bajingan.
Terakhir, Jaemin ingin naik pitam rasanya, saat Jeno ternyata hampir memperkosa Hyunjin di parkiran. Seperti ini ceritanya,
Pagi itu, saat Jaemin mendapat sinyal di handphone nya, bahwa ketiga bodyguard nya tertembak, otomatis pemuda itu langsung berlari turun, menuju parkiran. Bukan pada bodyguard yang dia liat pertama, tapi malah Jeno dan Hyunjin yang sedang berciuman panas. Posisi Hyunjin di atas motor dan Jeno berdiri di depannya.
"Jeno su-sudah..." ujar Hyunjin sambil mendorong bahu Jeno. Pemuda yang berada di depan Hyunjin itu malah mengangkat bahu acuh, memindahkan ciumannya pada leher jenjang Hyunjin. Menjilat permukaan mulut itu, lalu menghisap nya kuat, mengisahkan bercak merah yang pastinya akan terlihat jelas di leher Hyunjin.
Tangan Jeno sendiri bahkan sudah masuk kedalam seragam Hyunjin, mengelus perlahan pinggang sempit itu, sesekali meremasnya. Hyunjin yang lemas, hanya mampu menumpukan dahinya pada bahu Jeno. Badannya lemas hanya untuk mengatakan tidak pada Jeno.
Remasan dari Jeno naik hingga ke puting, mencubit puting yang sudah di pasangi piercing itu.
Yah benar, puting Hyunjin di tindik, dan itu semua Jeno yang mengatur.
"Jen.. ahh.. sudah,"
Jeno menggeleng, lalu tangan kirinya masuk ke dalam celana Hyunjin, meremas kuat penis sang pemuda manis. Hyunjin kembali mengerang, hingga tiba tiba, Jaemin muncul dari belakang dan memukul kepala Jeno. Tidak terlalu kuat memang, tapi bisa untuk menyadarkan pemuda itu.
"Kau bangsat, jauhkan tanganmu dari tubuh, Hyunjin."
Jeno dengan santai menoleh, lalu mengarahkan pistol ke wajah Jaemin. "Ku tembak mata mu, jika berani menganggu ku."
Jaemin bukan nya takut, malah menggeser tubuhnya, menatap kondisi Hyunjin yang bisa di katakan sedikit berantakan itu. "Setidaknya lakukan sex di tempat sepi, bajingan. Aku adukan kepada Yeji, tau rasa kau." Jeno memutar bola matanya malas, mendengar ucapan Jaemin, lalu memilih menggendong tubuh Hyunjin, setelah mengantungi pistolnya.
"Ya terserah kau, pria penyuka vagina lebar."
Gila, bisa kah Jaemin memukul Jeno?
Kurang ajar sekali pemuda itu.
"Jeno, Jaemin terus menatap kita," kata Hyunjin kecil. Jeno mendongak, dan memang benar, Jaemin tengah menatap ke arah keduanya, terutama dirinya. Mukanya sengit sekali.
"Mungkin dia ingin mati." jawab Jeno.
Hyunjin menelan ludah ngeri. Kenapa Jeno se menakutkan ini? Dirinya merinding sendiri.
"Kau diam lah Hyunjin, atau ku buat kau mendesah di sini." sambung Jeno lagi, Hyunjin langsung menggeleng panik. "Ja-jangan."
"Maka dari itu, diam lah."
Jeno yang tengah mengotak atik handphone nya itu, langsung melirik Hyunjin, saat mendapati wajah kesayangannya memucat.
"Kau kenapa?" tanya Jeno.
Hyunjin tersentak, lalu menatap Jeno takut. "Ibuku, meminta ku pulang untuk melakukan sesuatu." Jeno menyeringai kecil, lalu meremas pinggang Hyunjin, "Dan kau kira aku akan memperbolehkan mu? Hyunjin?"
"Jangan kira kau mampu melakukan hal seenaknya, hanya karena aku mengatakan aku mencintaimu."
"Kau tidak punya hak di hidupmu, Hyunjin."
Fyi. Rasa rasanya mau kena writer block deh, di book ini. Tapi ku usahain enggak, sayang banget, bentar lagi soalnya tamat huhuhu.
Love♥️