Three

2.6K 445 66
                                    

Selamat membacaaa





"Kau siapa?"

Mingyu tersenyum manis, kemudian berjalan mendekati Hyunjin.

"Aku, orang tua Jeno."

Tubuh Hyunjin lantas menegang, mendapati jawaban singkat dari Mingyu tadi. Mata pemuda cantik itu bergerak risau, takut setengah mati jika di balik wajah manis laki laki dewasa di depannya ini, ternyata mempunyai kepribadian yang sama dengan Jeno.

"Aku tidak seperti yang kau pikirkan." ucap Mingyu tiba tiba, seperti nya mulai sadar dengan perubahan raut Hyunjin.

"Kau sudah sarapan?"

"Iya."

Mingyu mengangguk, kemudian mengelus perlahan rambut Hyunjin, menarik berusaha membuat pemuda yang berbaju kan perban itu rileks.

"Hidupku sama dengan mu, Hyunjin. Aku tidak punya kuasa dengan kehidupan ku sendiri. Persis seperti mu, tapi setidaknya hidupmu lebih baik dari pada aku."

Pemuda SMA itu hanya diam, tidak berusaha menyela ucapan laki laki yang sedang mengusap rambutnya ini.

"Aku tidak ingin bercerita disini, aku hanya ingin menemanimu."

"Kau- bagaimana kau bisa hidup dengan dua laki laki seperti mereka?"

Mingyu tergelak geli. Kemudian mendudukkan diri di kursi samping ranjang pasien.

"Mereka hidup ku, Hyunjin. Jaehyun pemilik hidupku dan Jeno anakku. Aku sudah bersama mereka hampir 22 tahun, bagaimana bisa aku tidak terbiasa dengan perilaku mereka?"

"Kau boleh membenci anakku. Tapi jangan menolak apa yang dia mau. Jeno tidak terbiasa dengan penolakan, saat dia kecil, dia menginginkan sesuatu, dia pasti mendapatkan. Aku tidak bermaksud membuat mu tunduk kepada anak ku. Hanya saja, menurut lah, setidaknya sampai kau sembuh."

"Kenapa aku harus melakukan itu?"

Mingyu berkedip, kemudian terkekeh ringan.

"Jika tidak, Jeno akan menyiksamu hingga kau mati. Aku tau sifat anakku, Hyunjin,"

Hyunjin sontak menggigit bibir bawahnya kecil, meski tersentak karena rasa perih seketika menjalar.

"Dengar kan aku. Menurut lah untuk saat ini, sampai kau benar benar bisa membawa tubuhmu sendiri. Aku akan membantu mu, tapi aku hanya bisa membantu mu satu kali. Jadi panggil aku, jika kau memang benar benar membutuhkan ku."

"Apa kau tidak takut? Suami mu akan membunuhmu?" sela Hyunjin cepat.

"Tidak. Dia tidak akan membunuh ku, mungkin hanya mengurungku tanpa makanan beberapa hari? Lalu ketika aku tidak sadarkan diri, baru dia akan memberikan ku makan." jawab Mingyu santai, Hyunjin sontak membolakan matanya.

"Jangan khawatir tentang itu. Kau masih muda. Aku akan membantumu."

Cklek

"Jenoo~~"

Jeno yang mendengar suara sang papa lantas memasang raut bingung. Apalagi mendapati papanya tersenyum lebar disana.

"Jaehyun memberiku izin untuk kesini, jadi kau tidak usah bingung."

"Hmm,"

"Jeno tidak sekolah?"

Jeno menggeleng, kemudian mendekat ke arah sang papa, membuahi satu ciuman pada kening laki laki dewasa itu.

"Papa tidak berbicara macam macam dengan Hyunjin kan?"

Mingyu menoleh ke arah Hyunjin dan Jeno bergantian, kemudian menggeleng, sambil memasang wajah polos.

"Tidak, aku hanya menanyakan keadaannya saja."

Jeno yang sedikit tidak percaya lantas menatap manik papanya, mencoba mencari kebenaran, tapi percuma, mata cantik itu hanya menampilkan keluguan, mau tak mau Jeno menyerah.

"Baiklah, apa papa perlu aku antar pulang?"

Mingyu spontan menggeleng, kemudian mengecup pipi Jeno.

"Tidak perlu, aku bisa menelpon supir kita. Jadi kau tidak usah repot repot, sayang,"

"Yasudah, papa pergi dulu yahh, byeee~"

Jeno terus memperhatikan kepergian sang papa, sampai laki laki itu hilang dari pandangannya.

"Papa mu, dia baik sekali."

"Oh, apa papa menawarkan mu sebuah bantuan untuk melarikan diri? Hingga kau berbicara seperti itu?"

Hyunjin membolakan matanya, kebiasannya jika terkejut. Bibirnya seketika Kelu, tidak bisa menjawab pertanyaan Jeno.

"Kau kira aku tidak tau arti kedatangan papa kemari? Huh? Oh apakah kau bercerita bahwa kau hampir aku perkosa disini?"

"JAGA MULUT MU!!"

Mendengus, Jeno lantas mendekat ke arah Hyunjin, menampar liar pipi pemuda manis itu. Tamparan pemuda itu sukses membuat kepala Hyunjin berkunang kunang, bahkan ujung bibirnya mengeluarkan darah.

"Jangan berteriak kepadaku, sialan,"

"Dengar,"

Srek

Rambut panjang itu di tarik kuat, mau tak mau kepala Hyunjin mendongak ke atas, menampilkan raut kesakitan yang ketara.

"Aku bukan seseorang yang mempunyai hati nurani. Jadi sebelum aku membunuh mu disini, jangan pernah melakukan hal tadi kepadaku."

"Aku benci suara berisik dan aku benci bantahan. Ingat itu!"

Bruk

Melepaskan cengkraman nya, Hyunjin kembali terdorong pada punggung kasur. Ngilu membuat sedikit air mata keluar tanpa di duga.

Jeno memperhatikan semua itu. Di mana Hyunjin menutup matanya dengan alis yang berkerut, berusaha menghilangkan rasa pusing dan sakit di kepalanya.

"Jika kau diam dan menurut, mungkin aku akan sedikit berbaik hati kepadamu."

Hyunjin tidak menjawab, matanya masih tertutup, entah pingsan-

Tunggu

"Hyunjin, heh bangun, Hyunjin, ah sialan merepotkan saja."

Mau tak mau, Jeno harus memanggil dokter dan beralasan jika Hyunjin berontak lalu pingsan karena kesakitan.

Alasan yang cukup bagus.























































Fyi. Cepat atau tidaknya update tergantung vote dan komen dari kalian yah.

100 vote+50 komen=next

PS. Kalau ada typo langsung komen sajaa, aku takut gak liat, soalnya akhir akhir ini sibuk, jadi mungkin keselip beberapa kata.

Bye♥️

18Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang