Selamat membaca.
•
•
•
•"Jangan terlalu keras dengan Hyunjin,"
Jeno menoleh, kemudian tertawa hebat.
Sungguh?
Sang Daddy seorang mafia kejam yang bahkan tidak mempunyai hati, berkata seperti itu kepadanya?
"Kau lucu, Dad," ucap Jeno datar, setelah tawanya terhenti.
"Aku serius, Jeno,"
"Yayaya, katakan itu pada dirimu sendiri Dad, apa perlu ku bawakan kaca?"
Berani sekali memang keturunan Jung ini.
Jaehyun dengan senyuman kecil di bibirnya lantas berdiri, kemudian mengarahkan pistol ke arah sang anak.
Sedangkan Jeno? Oh tentu saja pemuda itu juga berdiri dengan kondisi tangan kanan yang sama-sama mengarahkan pistol ke arah sang Daddy.
"Jaga sopan santun mu, anak kecil,"
"Jaga kesopanan mu, orang dewasa. Menodongkan pistol ke anak mu sendiri bukan lah hal yang bagus,"
Jaehyun terkekeh, kemudian menoleh kebelakang, menyadari kehadiran seseorang.
"Oh? Latihan menembak?"
Itu suara Mingyu, yang masuk dengan membawa 2 teh untuk Jeno dan Jaehyun.
Mungkin karena Jaehyun yang sudah terkontaminasi dengan cinta, laki laki itu kembali mengantongkan pistolnya, beralih mengecup pelipis sang istri.
"Seperti nya aku harus mengawasi kalian ketika berbicara."
Jeno tergelak geli, kemudian ikut duduk dan meminum teh buatan sang papa.
"Bantuan macam apa yang papa tawarkan kepada Hyunjin?"
Mingyu melirik kepada Jeno, sebelum matanya kembali fokus pada majalah di tangannya.
"Hanya satu bantuan, terserah pemuda itu menginginkan apa, lagipula papa juga tidak yakin jika dia menganggap ucapan papa serius."
"Dia berharap pada papa,"
"Oh yah?"
Senyuman manis Mingyu torehkan, kemudian majalah fashion itu ia letakkan pada meja, menatap fokus ke arah sang anak.
"Ya." jawab Jeno singkat
Mingyu kali ini tertawa kecil, bukan hanya tersenyum. Matanya beralih menatap ke arah Jaehyun.
"Apa kau akan membunuhku karena aku menawarkan satu bantuan untuk Hyunjin, Daddy?"
"Tidak. Untuk apa aku melakukan itu? Mungkin hanya sedikit hukuman panas di kasur."
Jeno memutar bola matanya malas. Kedua orang tuanya ini memang tidak tau tempat.
Sudah tua, tidak sadar umur.
"Tidak usah khawatir Jeno, papa tidak akan mengurusi urusanmu terlalu dalam. Bersantai lah, lagi pula dia milikmu kan? Kau akan menjaga ketat apa yang menjadi milikmu. Sama seperti Daddy mu. Jangkauan mu luas, sedangkan aku? Semua pergerakan ku terbaca oleh Jaehyun, Jeno."
"Jadi jangan takut kalah dengan ku." tambah Mingyu lagi
Tersenyum miring, Jeno lantas memberikan satu kedipan ke arah Mingyu, sebelum akhirnya sebuah majalah melayang ke wajahnya.
"Ck, diam lah, Dad,"
"Kau memberikan kedipan kepada istriku, sialan,"
Kedua kaki laki dominan itu kembali berselisih, bahkan hampir mengeluarkan pistolnya kembali. Sebelum ucapan dari Mingyu menginstrupsi.
"Kau mencintainya?"
"Siapa cinta siapa?"
"Kau dan Hyunjin."
"Papa bercanda? Aku mencintai dia? Hahaha bahkan dalam pikiran ku saja tidak pernah."
Mingyu menyeringai kecil, kemudian bergerak mendudukkan diri di pangkuan Jaehyun. Menatap sang anak menggoda.
"Benarkah?"
"Yeah."
Jaehyun terdiam, meski sebenarnya sedikit mengumpat mendapati penisnya di cengkram kuat oleh Mingyu.
"Daddy mu mengatakan hal serupa saat dulu bersamaku." kata Mingyu, sambil mendongak menatap Jaehyun yang masih dapat mempertahankan raut wajahnya.
"Ya kan Jaehyun?"
"Ya."
"Haha, jadi hati hati dengan ucapan mu sendiri, Jung Jeno."
Dan yah, Jeno hanya terdiam kali ini. Tidak menggubris ucapan sang papa. Bahkan ketika dua orang tuanya itu mulai beradu lidah, dia hanya diam.
"Pa, apa yang akan papa lakukan jika aku jatuh cinta dengan Hyunjin, menertawakan ku?" tanya Jeno tiba tiba
"Ughh... Sebentar Jaehyun, lepaskan aku." Mingyu mendorong kepala Jaehyun dengan tiba tiba, membuat sang suami merengut tak terima.
"Aku? Aku tidak akan berbuat apa apa, mungkin hanya akan mewanti wanti." jawab Mingyu kecil
"Maksudnya?" tanya Jeno lagi.
"Jika kau sudah jatuh cinta, semua yang dia lakukan adalah kelemahan mu."
Fyi. Sesuai janji, langsung update. Anyway, FF INI PALING BANYAK AKU TYPO, I DUNNO WHY😔👋