Selamat membaca.
"Tuan Hyunjin sudah bisa menggerakkan tubuhnya. Mungkin karena ini sudah satu Minggu dia di rumah sakit. Untuk operasi itu sendiri, bisa di lakukan di Minggu kedua."
Jeno mengangguk kecil, kemudian menggerakkan tangannya, mengode agar sang dokter serta suster itu segera berlalu.
"Kau bisa berjalan?"
"Tidak."
Menyerengit, Jeno lantas menendang iseng ranjang milik Hyunjin, membuat sang pemuda panik dan mencengkram erat selimutnya.
"Kau ingin menjatuhkan ku?" tanya Hyunjin geram dan di balas senyuman miring oleh Jeno.
"Hanya mengecek beberapa hal." jawab Jeno kecil
Mendengus kesal, Hyunjin lantas kembali membuka buku di tangannya, matanya tampak fokus membaca apa yang tertulis di buku itu. Mengabaikan Jeno sepenuhnya.
"Apa.. apa aku bisa bersekolah setelah aku sembuh?" tanya Hyunjin lembut, matanya memancarkan sinar harapan.
"Mungkin iya-
Mungkin tidak."
Jawaban malas dari Jeno membuat Hyunjin menghela nafas. Berusaha sabar, seperti apa yang di katakan Mingyu. Jangan terbawa emosi jika berbicara dengan Jeno, meski dia sudah emosi tingkat tinggi.
"Izinkan aku sekolah. Lagi pula aku tidak akan kemana mana, kau selalu mengawasi pergerakan ku kan?" ujar Hyunjin.
Jeno mengangguk kecil, mencoba menimbang nimbang ucapan Hyunjin. Pemuda bermata tajam itu tampak mendekat, mengecup sekilas leher putih Hyunjin. Sang pemuda diam saja, toh sudah biasa.
"Jika kau mau memakai alat dariku, aku akan mengijinkan mu sekolah."
"Alat apa?"
"Hmm?"
Tidak menjawab pertanyaan Hyunjin, Jeno lebih memilih membuat banyak kissmark di leher jenjang pemuda cantik itu. Desahan kecil lolos keluar dari bibir Hyunjin. Mendapati rasa panas dari jilatan lidah Jeno.
"Alat pendeteksi, jika kau berada jauh dariku, alat itu akan mengirimkan sinyal kepadaku."
"Ughh.. ya lakukan apapun, dan menjauh dari leherku."
Jeno tersenyum licik, sebelum akhirnya mengecup sekilas kissmark buatannya, dan menjauhkan wajahnya.
"Aku ingin bercinta dengan mu." ujar Jeno tiba tiba.
Hyunjin menelan ludahnya, mengalihkan pandangannya, entah kemana pun, asal jangan bertemu dengan manik tajam milik Jeno.
"Aku serius dengan ucapan ku."
"A-aku masih sakit." hanya itu jawaban yang bisa Hyunjin keluarkan dari belah bibirnya. Meski dalam hati ingin mengumpat dan menjotos pemuda di depannya itu.
"Kau kan tidak perlu bergerak. Hanya diam dan mengakang."
"Jahitan ku masih belum kering."
"Jika terlepas tinggal di jahit lagi kan?"
Skakmat
Hyunjin sudah tidak tahu harus menjawab apa. Apalagi saat Jeno sudah mulai membuka baju pasiennya, pegangannya pada buku mengeras.
Cup cup cup
Dada yang masih di lapisi beberapa perban itu tampak di kecup kupu kupu oleh Jeno. Sesekali di jilat. Benar benar nekat.
Cklek.
"Jenooo!!!"
Menoleh malas, Jeno lantas menghendikan dagunya, menatap bertanya ke arah sang papa dan Daddy, tapi tidak menghentikan kegiatannya.