"Kau cukup berani rupanya."
"Apa maksudmu? Ssstt.." Desis Sunoo begitu lukanya tersentuh alkohol dan kain kasa. Pada akhirnya ia pasrah mengikuti kemana Sunghoon membawanya pergi. Rupanya tak begitu jauh, pemuda Park itu hanya mampir ke apotek lantas membawanya ke kawasan dekat sungai han.
"Berkelahi seperti tadi."
Ia lantas berdecih, melirik tajam Sunghoon yang masih setia membersihkan luka pada sudut bibirnya dengan raut datar. "Orang-orang menyebutku gangster, aku tak tahu pandangan pastinya. Tapi yang ku tahu, perkelahian dengan preman seperti itu sudah menjadi hal biasa."
"Kalau begitu sama saja. Hanya berbeda konteks. Omong-omong, aku tak pernah membocorkan identitasku sebagai mafia. Dari mana kau berasumsi seperti itu?"
Nada suaranya mendingin, Sunoo dapat merasakan tubuhnya sedikit gentar kala netra tajam itu masih terus memandang penuh tanya ke arahnya. "Jungwon." Dengan spontan dia menyebut nama sang sahabat.
"Jungwon?"
Sekarang Sunoo merutuki sedikit mulutnya yang ceplas-ceplos meski kenyataannya Sunghoon lah yang membuat ia gentar hingga asal menyebut nama. Hingga satu ingatan terlintas di kepalanya. "Dua tahun lalu Jungwon balapan dengan Jay. Dia bilang, Jay keceplosan mengatakan jika dirinya adalah anak dari mafia. Karena itulah aku menyebutmu sebagai mafia."
"Tapi aku tak ingat benar, apakah Jay menyebut namaku? Kau pikir aku siapa bagi Jay?"
"Kau adiknya. Semua orang tahu siapa kau dan Jay."
Sunghoon mengangguk sekali. Membuang kain kasanya lantas menempelkan plester motif ruba pada pelipis Sunoo.
"Itu berarti kau dan teman-temanmu cukup mengenalku." Ia berdiri, hendak beranjak sebelum Sunoo mencengkram ujung kemejanya yang sudah berantakan.
"Ku harap kita bisa bertemu lagi. Entah dalam arena atau pertarungan lain."
Pandangan keduanya bertemu, Sunghoon menunduk menatap pancaran penuh arti dari pemuda Kim.
"Pasti. Entah aku atau kau yang datang."
"Dari mana?" Tanya Heeseung begitu melihat Sunoo berjalan masuk ke dalam kafe. Alisnya terangkat satu mendapati plester di pipi dan luka pada sudut bibir sang adik. "Kau berkelahi?"
"Dengan preman di ruko kosong."
"Tumben kau lewat sana hyung." Ujar Jungwon menimpali.
Sunoo hanya mengedikkan bahu acuh, berlalu mengambil celemek dan berdiri di balik stand bar. "Omong-omong, aku sudah memutuskan perihal tawaran Jungkook hyung."
Jungwon mengamati sekitar. Kebetulan kafe sedang senggang, berjaga takut ada yang curi dengar. "Kau setuju membantu?"
"Pikirkan baik-baik Sunoo-ya."
"Aku sudah memikirkannya hyung. Kemarin bukankah aku bilang siap membantu, lagipula aku bertemu Sunghoon tadi dan sepertinya dia tertarik padaku."
"Jangan mengada-ada. Untuk apa Sunghoon ada disekitar sini huh? Dan untuk rasa tertariknya, aku kurang yakin Sunoo." Sunoo mendengus, menatap Heeseung kesal. Yang ditatap hanya terkekeh kecil, mengusap surainya kemudian berlalu. "Katakan saja apa rencana licikmu pulang nanti."
Lantas meninggalkan dirinya dengan Jungwon yang diam menatapnya polos. "Apa hyung?"
"Aku butuh andil besarmu Jungwonie."
"ENAK SAJA TIDAK MAU!"
"JUNGWON JANGAN BERTERIAK INI KAFE!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flicker
FanfictionBagaimana jika anak mafia Park Sunghoon ditantang untuk melawan gangster berwajah manis Kim Sunoo dalam arena balap malam. Sama-sama ambisius dan tak ingin direndahkan hingga salah satu dari mereka harus memilih kalah atau dikalahkan. Namun Sunghoo...