Jungwon memeluk erat lengan Heeseung saat dirinya dibawa masuk ke dalam mansion Ivander Park. Langkah kakinya mengikuti yang lebih tua menuju sofa ruang tengah.
Jay meliriknya singkat. Bertanya sebentar pada pelayan rumah yang mengatakan jika ayahnya baru saja landing ke negara tetangga beberapa menit yang lalu sementara yang lain sepertinya masih tidur.
"Siapkan minum." Titah Jay pada pelayan yang lewat. Ia mengisyaratkan pada Heeseung dan Jungwon untuk duduk. "Aku benar-benar penasaran tapi rasa itu harus ku tahan sampai Ivander sendiri yang bertanya."
Jungwon menggeser tubuhnya semakin mepet dengan Heeseung. Ia sungguh tak nyaman ditatap intens oleh Jay meski faktanya mereka sudah berbaikan tempo hari di Flax.
"Sebenarnya apa mau kalian?"
"Kau juga harus menahan pertanyaanmu."
Ketiganya terdiam. Heeseung maupun Jungwon sama sekali enggan meraih minuman yang pelayan antar dan memilih untuk bungkam.
"Minumlah. Aku tidak membunuh melalui racun omong-omong. Tidak ada sensasinya."
Merasa suasana hatinya sedang tak enak, Jungwon memberi kode pada Heeseung agar setidaknya memberi mereka ruang.
"Obati lukamu." Jay menyodorkan kotak p3k pada Jungwon. Menanti beberapa saat sampai Jungwon bersedia menerimanya. "Aku juga sangat penasaran dengan luka dan kaburnya kau dari ayahmu."
"Hanya broken home. Itu masalah yang biasa terjadi pada petinggi perusahaan yang sulit meluangkan waktu untuk keluarga dan terkadang lepas kendali melampiaskan beban pikirannya di rumah."
Jay nyaris tersedak air liurnya sendiri. Baru pertama kali ia mendengar Heeseung berbicara panjang lebar. Seingatnya diantara tiga gangster itu hanya Jungwon lah yang cerewet.
Ia hendak bertanya lagi, namun netranya lebih dulu melihat Jake melintas dengan membawa senapan panjang. "Kau mau kemana pagi-pagi begini?"
"Membunuh orang." Sahut Jake cuek.
Jungwon sampai reflek memeluk Heeseung. Pagi-pagi sudah disuguhi pemandangan menguji nyali.
"Banyak tidak? Aku juga butuh olahraga, sepertinya memotong dan menjadikannya sup terdengar oke."
Jake kembali melangkah, sejenak ia menatap Heeseung yang sama sekali tak menoleh padanya. Menghela nafas berat, Jake memutuskan untuk pergi.
"Jangan lama-lama Jake, Sunghoon pasti mencarimu."
"Aku tidak peduli."
"Sialan!" Lalu pandangan Jay jatuh kembali pada Jungwon. "Kenapa kau terlihat kaget? Bukankah kau juga gangster yang sepantasnya sudah terbiasa mendengar hal seperti ini?"
"Tolong, jangan mengintimidasi adikku."
"Wow, sibling goals sekali tuan Lee."
"Ya. Kami menghargai sebuah hubungan." Tekannya sukses menohok hati Jay.
Ia memutuskan bangkit, dilihatnya jam masih menunjukkan pukul enam. "Terserah kalian ingin melakukan apa, tapi ku sarankan tidak kabur dari sini."
"Kami bukan pengecut."
Sepertinya Sunghoon akan mudah mematik dessert eaglenya untuk menembak kepala Heeseung. Orang ini benar-benar bermulut pedas dan tak bisa dibantah.
Jay melirik Jungwon kembali, sialan. Kenapa pandangannya tak pernah lepas. "Aku harus menyusul Jake atau dia akan membantai seluruh komplek. Kita akan bertemu nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flicker
FanfictionBagaimana jika anak mafia Park Sunghoon ditantang untuk melawan gangster berwajah manis Kim Sunoo dalam arena balap malam. Sama-sama ambisius dan tak ingin direndahkan hingga salah satu dari mereka harus memilih kalah atau dikalahkan. Namun Sunghoo...