Chapter 24

7.5K 971 282
                                    





"KIM SUNOO!"

Bunyi decitan mobil memekakan telinga malam itu. Sunoo menghentikan lajunya. Menatap nyalang si pengemudi yang nyaris menabrak tubuhnya.

"APA KAU GILA?!"

Teriakan keras itu bagai lulabi di telinga Sunoo yang tengah kacau pikirannya. Ia hanya berdecih.

"Kenapa tidak kau percepat laju mobilmu Jay?"

Jay, sosok itu mengusap wajah kasar kendati masker telah lepas namun topi itu masih di kepalanya. Ia berjalan cepat, mengguncang bahu kecil Sunoo demi menarik alam bawah sadarnya di tengah malam.

"Kau sengaja?"

Sunoo menghindari tatapannya. Menjadikan Jay serba salah lantaran bingung ingin membuat dugaan seperti apa meski keyakinan penuh ada pada gagasan bahwa Sunoo ingin mengakhiri hidupnya.

"Lepaskan aku."

"Tidak."

"LEPASKAN AKU!" Ia memberontak kasar, melepaskan cengkramannya hingga Jay limbung.

Tak ingin hal buruk semakin terjadi, Jay lekas mengejar Sunoo sebelum bocah itu menjauh dengan mencengkram kuat tangannya.

"Lepaskan brengsek."

"Ku bilang tidak-"

Bugghh

Satu pukulan telak mengenai rahangnya namun Jay masih mengencangkan cengkramannya. Naas, Sunoo melayangkan kakinya nyaris mematahkan tangan yang sedari tadi Jay ulurkan.

"AKH SHIT!"

Jay kehilangan Sunoo. Bocah gangster itu melesat lari ke seberang jalan tanpa mengindahkannya.

Satu yang Jay ketahui, netra Sunoo bergetar takut.

"Sunghoon, aku ingin bicara denganmu."

***

Sunoo tak tahu apa ingin hatinya, ia hanya tak ingin bertemu siapapun malam ini. Hanya malam ini, ia ingin sendiri. Berusaha menjernikan pikirannya semampu yang ia bisa sebelum ia menyerahkan nyawa pada malaikat mautnya.

Tak peduli kaki itu terluka, tak ia gubris wajah itu basah akan air mata. Sunoo total kacau, menangis sepanjang jalan bak orang gila. Malam ini terasa sangat kelam, tak ada pegangan yang bisa ia peluk. Hanya seorang diri.

Menyadarkan bahwa Sunoo sendirian. Ia tak punya siapapun di dunia ini.

Jika sekali lagi hidupnya menjadi kesedihan, Sunoo ingin menerobos takdir dan menyerahkan diri di hadapannya. Ia tak peduli lagi tentang kehidupan, yang ia inginkan hanya rasa tenang. Sesulit itu kah rasanya.

"Ku mohon, ku mohon." Bisikan itu terus ia gumamkan di tengah rasa sakitnya. Sunoo memeluk erat lututnya sendiri, netranya terpejam erat tanpa perlu menyalakan pijaran lampu kamar.

"Ku mohon sekali lagi, ku mohon."

***

Sunghoon menatap penuh arti lantai kamarnya yang semula bersih kini ternodai oleh pecaan gelas kaca yang terjatuh dari nakas tanpa disengaja.

Ia merunduk, bersimpuh dengan kakinya lantas meraih satu perca yang langsung menggores jemarinya.

"Kim Sunoo."

Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Ia masih terjaga dan enggan memejamkan mata. Diliriknya sekali lagi kaca yang berserakan itu.

"Hancur berantakan. Apa ini?"

FlickerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang