Chapter 9

7.5K 872 43
                                    









Jika Sunghoon boleh mengatakan, dirinya adalah sebuah labirin tanpa ujung. Nyaris semua orang yang tahu akan dirinya selalu menganggap Park Sunghoon adalah sosok paling sempurna.

Katakanlah begitu, terlahir dari keluarga paling berpengaruh, tampan, pintar dan mewarisi segala hal tentang keindahan.

Wujud harapan dan doa semua orang. Kenapa? Karena hadirnya Sunghoon menjawab segala pertanyaan yang ada untuk keluarga besar Park.

Jay ingin adik, maka Sunghoon hadir. Karena itulah ia begitu menyayangi meskipun sang adik tak lebih seperti iblis yang sangat menjengkelkan baginya. Ia merengek pada ayah dan ibunya agar ia diberi teman, maka saat Sunghoon hadir Jay berikhrar di hadapan sang kakek jika ia akan menjadi perisai untuk adiknya kelak. Tentu saja dengan menerima sisi menyebalkan Sunghoon.

Nyonya Park divonis tak bisa mengandung setelah kelahiran Jay, membuatnya merasa bersalah karena Jay akan sendirian ketika besar nanti mengemban seluruh tanggungjawab sebagai pengganti suaminya. Namun Sunghoon hadir sebagai doanya.

Tuan Park sangat menyayangi Jay, putra satu-satunya kala itu. Namun terlintas dalam benaknya rasa khawatir jika Jay tak ingin menjadi ahli waris dikarenakan anak itu lebih suka kebebasan daripada terikat dalam dunia bawah seperti dirinya.

Maka sebelum mereka mengadopsi bayi dari panti asuhan, Park Sunghoon justru hadir bagai air di tengah gurun. Karena itulah dirinya sangat berharga.

Namun dibalik itu semua, Park Sunghoon tetaplah sosok yang bingung akan jati dirinya sendiri. Ia lahir, disayang dan dilatih dengan baik. Ia juga menikmati masa kecilnya dengan sangat bahagia.

Sebelum ia kehilangan minat untuk pertama kalinya, saat itu usianya baru sebelas tahun. Tuan Park dan nyonya Park memiliki sahabat yang sudah seperti keluarga bagi mereka. Memiliki seorang putra kecil yang juga merupakan teman bagi Sunghoon dan Jay.

Sudah berteman sejak kecil dan selalu bersekolah di tempat yang sama, sampai di tahun itu. Keluarga mereka makan malam bersama untuk terakhir kalinya.

Sunghoon terkekeh, menyesap wine di tangannya. "Aku merindukannya."

"Siapa?" Tanya Jay heran. Mereka tengah berada di club malam. Seperti biasa. "Teman kecil kita itu?"

Sunghoon mengangguk sekali, kembali menyesap wine untuk botol kedua.

"Dia sudah bahagia bersama kedua orang tuanya di surga. Kecelakaan itu.." Jay tampak ragu mengatakannya. Memutar gelas winenya serasa berucap sedih. "Kasusnya bahkan dihentikan. Sampai saat ini aku masih penasaran."

"Mereka menutup kasus karena tidak ada bukti perkara. Polisi yakin jika mereka murni kecelakaan."

Yang lebih tua menyandarkan punggungnya, berputar menatap Sunghoon dari samping. Adiknya selalu sedih jika membahas masalah ini. Kecelakaan yang menimpa keluarga Elard Kim.

"Aku juga merindukannya Hoon, mau menemuinya?"

"Setelah meeting dengan tuan Yang. Kebetulan musim gugur tiba, aku merindukan Elard kecil."

Karena perpisahannya, membuat Sunghoon berubah. Menutup segala kesedihannya dengan raut dingin sejak saat itu.

***

"BRENGSEK HYUNG!!" Sunoo memundurkan dirinya begitu Jungwon berteriak di seberang sana.

Malam ini terasa dingin sebab sudah masuk musim gugur, hendaknya tidur dan melupakan semua beban pikiran namun Jungwon yang tiba-tiba menghubungi melalui sambungan video call berhasil membuatnya terjaga.

FlickerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang