19. It's End.

360 102 4
                                    

I feel like this chapter were hella boring and doesn't make any sense ;; but anyway, enjoy ;]

###

BRAK!

Pintu besi itu berhasil didobrak, bersamaan dengan berhentinya suara bergemuruh yang saling menyahut tadi.

"Kak Hongseok?" Jeongin berceletuk dari arah belakang sebelum akhirnya menghampiri si sulung.

"Wait- Ni-ki? Lo masih hidup?!" seru Zoa, tak memperdulikan tangannya yang di borgol pihak keamanan.

Ni-ki menggeleng, dirinya sibuk memeriksa tubuh Hanyu dan Jeongwoo. "Gue mancing Lo doang. Gue dah tau dari awal tapi gue cuma ikut alur," jawab Ni-ki.

"Maksud Lo ...?"

Ni-ki bangkit begitu tubuh kedua kawannya diangkat oleh pihak medis. "Iya, gue masih hidup. Makasih karena Lo dorong gue keluar dari gedung ini. Dengan Lo dorong gue, gue bisa langsung lari ke kantor polisi terdekat," sahut Ni-ki, lalu meringis kemudian karena masih terasa sakit.

"Tapi- tiga lantai- dibawahnya juga kan ada-"

"Pisau-pisau yang menghadap langsung ke atas? Gue punya cara sendiri buat bebas dari ancaman benda tajam itu. Kan udah gue bilang kalau gue tuh udah tau dari awal, gue cuma ngikutin alur kalian doang. Tiga lantai doang nggak bikin manusia mati."

Salah pihak keamanan berjalan mendekat ke arah Hongseok dan Jeongin yang sedang berbincang.

"Yang Hongseok, anda ditangkap atas laporan pembantaian massal terhadap murid SMA 2. Anda dapat memberikan argumen kalau anda tidak bersalah nanti ketika pengadilan tiba," ucap polisi itu seraya memborgol kedua tangan Hongseok.

"Loh? Pak? Kan, saya yang manggil kalian kesini buat nyelamatin mereka bareng adek itu tadi? Kok jadi saya yang ditangkap?" tanya Hongseok, merasa tak bersalah.

"Oh ya? Lantas apa yang anda lakukan di gedung ini sehari sebelum semua ini terjadi?" Ni-ki tiba-tiba bertanya seraya menunjukkan handy cam miliknya, menunjukkan sebuah rekaman dimana memang ada Hongseok disana menggunakan pakaian yang mencurigakan sedang mengobrol dengan tiga pelaku tertangkap.

Hongseok terbelalak, kaget, "Gimana-- re-rekayasa! Saya nggak pernah kesini sebelumnya!" seru Hongseok.

"Tapi saya sering," jawab Ni-ki.

"Terus...? Nggak ada hubungannya dengan Kak Hongseok yang pernah enggaknya dateng kesini," sahut Jeongin. Setengah dari dirinya ingin percaya, namun yang lainnya masih memaksa untuk tidak percaya.

Ni-ki menghela napas kasar. "Gini aja deh gampangnya. Kalo dia nggak pernah kesini gimana caranya dia ngelaporin tempat ini ke pihak kepolisian?" Tanya Ni-ki. "Dan, lagi pula, saya sempat bilang saya sebenarnya sering kesini, itu berarti saya tahu betul siapa-siapa saja yang pernah datang kemari."

"Bisa aja Lo pelakunya." Ryujin langsung menembakkan pelurunya. "Dan, bisa aja Kak Hongseok cuma ngelapor soal adeknya yang nggak kunjung pulang, Lo dateng, jadi mereka langsung tahu kemana harus nyari," jelas Ryujin.

Ni-ki mendecak kesal. Orang-orang ini bodoh sekali, pikirnya. Ia mengutak-atik handy cam miliknya dan menayangkan kembali sebuah rekaman yang terjadi malam ini.

"Kurang jelas? Dia jelas-jelas disini tadi malam, ngapain dia ngekhawatirin adeknya yang ada di dalam sini juga?"

Haruto akhirnya bisa memahami teka teki yang dipasang Xinlong. "Oh, ada satu ruangan di dalam, ada satu peti. Sepertinya itu milik korban insiden SMA 2 tiga tahun yang lalu? Ada dua foto keluarga Park."

[#2] Simon Says • 01-05L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang