11. Surat Ancaman

703 174 38
                                        

"Ada yang berhasil lolos, but It's okay. Saya bebaskan, tapi saya nggak janji."

"Karena saya baik saya kasih waktu buat narik napas dulu."

"Baik baik, bapak kau baik," gerutu Yujin seraya menuju ruang utama.

Semua telah kembali berkumpul di tempat utama gedung tersebut. Jisung menjadi yang paling terakhir memasuki ruangan.

"Apaan tuh, Min?" tanya Taeyoung pada Seongmin.

Seongmin menoleh, Minhee juga ikut menoleh karena merasa dirinya dipanggil. "Bukan Lo, Seongmin," celetuk Taeyoung ketika Ia menyadari bahwa Minhee ikut menoleh.

Minhee menghela napas pelan, namun pandangannya tertuju pada apa yang dipegang Seongmin sekarang. "Apaan tuh, Min?" Minhee mengulang pertanyaan yang sama.

"Dih copas, nggak kreatif," sahut Taeyoung.

Minhee menatap Taeyoung sedikit sinis. "Terus gimana? Gue nanyanya harus, 'Wah, Min. Kotak berbentuk persegi yang Kamu pegang itu terlihat unik. Apa isi didalamnya? Apa Kau mengetahui apa isinya? Aku sangat penasaran.' gitu, ha?"

"Iya, gitu. Tandanya Lo kreatif."

Minhee tersenyum kecut, "Terserah Lo aja lah."

Sedangkan Seongmin yang sedari tadi mendengarkan hanya menghembuskan napasnya sambil terus memandangi kotak yang sedang Ia pegang itu.

Hingga akhirnya fokus semua orang tertuju pada Seongmin dan kotak yang ada ditangannya. Seongmin baru sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian begitu Ia mengangkat kepalanya.

"Kenapa nggak dibuka?" Tanya Jeongin.

"Nggak ngerti maksudnya." Seongmin memberikan kertas berisi klu kepada Jeongin dan menunjukkan gembok yang menggunakan kata sandi angka empat digit itu.

Jeongin menerima kertas tersebut dan membaca isi klunya dengan serius. "Satu tujuh nol empat," ccap Somi dari belakang Jeongin.

Jeongin menjulurkan tangannya. "Kotaknya bawa sini." Pinta Jeongin.

Seongmin menurut dan menyerahkan kotak tersebut pada Jeongin.

Jeongin menerimanya dan segera memasukkan sandi yang Somi ucapkan tadi. "Berapa tadi Som?" Jeongin bertanya ulang.

"1704. Kayak tanggal lahir orang, tapi gue nggak tau siapa," jawab Somi. "Oh iya deng si Ryujin." Lanjutnya diakhiri dengan tawa yang terdengar hambar.

Pergerakan tangan Jeongin terhenti begitu mendengar ucapan dari Somi. Benaknya tiba-tiba membayangkan sesosok pemuda yang akhir-akhir ini menjadi lebih dekat dengannya, yang memang lahir pada angka 1704, alias 17 April.

Jeongin menggelengkan kepalanya kasar. Tidak, pemuda itu tak mungkin memiliki sangkut paut dengan apa yang terjadi saat ini, kan?

Iya, Jeongin percaya dan akan selalu percaya dengannya. Jeongin sangat percaya dengan orang itu.

"Lo ngapa tiba-tiba jadi diem gitu?" tanya Beomgyu yang menyadari perhentian gerakan pada Jeongin.

Jeongin menoleh dan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan---menggeleng. "Nggak, keinget sesuatu aja."

Jeongin kembali menggerakkan tangannya pada kunci bersandi itu.

Klek

Terbuka. Isinya penuh dengan surat-surat lama yang sudah berjamur dengan tinta berwarna merah pekat sepekat darah.

Pesan berisi ancaman.

pergi dari sekolah ini, gue
muak liat muka lo

"Kejam amat geh. Kenapa nggak si pembuat pesannya aja yang pergi," nyinyir Ningning.

Beralih ke kertas yang kedua.

gue lebih pantes daripada
lo

"Wah, saya jadi ikutan emosi ya membacanya," lanjut Ningning.

lo nggak berhak buat dapet
gelar-gelar yang diberikan

"something's weird," celetuk Samuel.

jangan rebut semuanya dong

"Jadi si pembuat pesan ini iri sama penerima pesannya ini?" tebak Taehyun.

gila lo, nggak ada kapok-
kapoknya ya?

"Seriously, this is so weird."

"Aneh ngapa si Sam?" tanya Minhee.

sumpah, setelah apa yang lo
dapet dari gue, lo masih
berani sok baik didepan gue?

"Ya, aneh aja Min. Cuma karena dia nggak mendapatkan apa yang dia inginkan, dia nyampe berbuat sejauh ini?"

"Mungkin masalahnya lebih besar dari yang kita baca dan tau. Who knows, right?"

sok suci lo, bangsat.

Jeongin masih terus membaca kertas-kertas tersebut.

musnah aja lah lo.

Kening Jeongin mulai berkerut.

hidup lo nggak guna.

Lagi-lagi Jeongin memikirkan laki-laki itu. Laki-laki yang sama dengan yang Ia pikirkan tadi.

tunggu ya, ajal lo bentar lagi
mau jemput:)

Itu surat yang terakhir.

"Gue juga nemu surat ancaman yang udah lama gitu, bentar." Seongmin segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar kertas kecil.

Jeongin menerima kertas tersebut dan membacanya.

Bedanya, tinta yang digunakan pada kertas milik Seongmin berwarna hitam layaknya tinta pada pena biasa.

"Bukan cuma gue, Kak Ryujin juga dapet, sama Wonyoung."

Jeongin mengangguk. Baru hendak memanggil Ryujin, Ia baru menyadari sesuatu.

"Ryujin sama Haruto kemana?"

###
TBC

Pendek ya? Hehe,

Kapan-kapan aku panjangin
lagi ya, aku lagi buntu hshs

[#2] Simon Says • 01-05L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang