03. Perpustakaan

1K 224 1
                                        

Entah apa yang membuat Ryujin melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sekolah siang itu. Ia juga tak mengerti, seperti ada yang hendak Ia cari disana. Tapi dirinya sendiri pun tak tahu apa yang sedang Ia cari.

Ah, mungkin begitu sampai di perpustakaan Ia akan ingat dengan hal yang sedang Ia cari itu. Begitulah isi pikiran Ryujin saat ini.

Ia mengikuti instingnya dengan terus berjalan menuju ke perpustakaan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kelasnya.

"Permisi,"

"Ah, nak Ryujin. Ada yang bisa Ibu bantu?" tanya si penjaga perpustakaan, Ibu Jia.

Ryujin tersenyum pada Jia. "Ng-nggak bu, Ryujin bisa nyari sendiri kok. Nanti kalo ada apa-apa pasti Ryujin manggil ibu," jawab Ryujin dengan nada seramah mungkin.

Jia pun tersenyum menanggapinya. Ia kembali duduk dan mempersilakan Ryujin untuk mencari apa yang sedang Ia cari itu.

Kakinya terus melangkah menuju rak buku tempat berkumpulnya buku-buku sejarah dan sosiologi. Ia masih mengikuti tubuhnya yang bergerak seperti semaunya sendiri.

Hingga akhirnya Ia mengambil satu buku yang terletak agak tinggi namun masih bisa dicapai oleh Ryujin. Buku setebal 638 halaman dengan sampul berwarna kuning kecoklatan.

Ryujin membuka buku tersebut. Ah, Ryujin bisa menebak jika buku itu sudah berumur sangat lama jika dilihat dari kertasnya yang sudah menguning dan berjamur.

Ia terus membuka halaman demi halaman. Tidak, Ryujin tidak membacanya. Hanya melihat-lihat sebentar lalu berganti halaman sepersekian detik kemudian.

Hingga tangannya tiba-tiba membeku disatu halaman. Halaman itu hanya menceritakan bagaimana peristiwa supersemar terjadi. Namun ada secarik kertas yang disisipkan yang membuat tubuh Ryujin kaku.

Dengan berani Ia mengambil kertas tersebut dan membacanya.

AKU AKAN BALAS DENDAM.”

Tak sengaja, Ryujin membuat kegaduhan dengan menjatuhkan buku sejarah tersebut.

###

"Min, mau kemana lo?" tanya Taeyoung pada Seongmin.

Seongmin menoleh sebentar, "Ke perpus. Napa lo? Mau ikut?"

Taeyoung menggeleng pelan, "Tumben," ucapnya sambil berlalu meninggalkan Seongmin.

Seongmin mengangkat bahunya tak peduli lalu segera berlari menuju perpustakaan sekolah yang terletak didekat kantin. Sialnya kelas Seongmin berada di lantai dua, butuh tenaga ekstra untuk sampai disana dengan cepat.

Seongmin baru ingat, besok ada tugas fisika dari Leeteuk, guru yang mengajar. Dan Seongmin selain tak bisa matematika, Ia juga benar-benar buta fisika. Seongmin sebenarnya bukan tipikal murid yang doyan menyontek kecuali kepepet, jadi dia memilih menuju ke perpustakaan untuk mengerjakan beberapa soalnya.

Begitu Ia sampai di perpustakaan, Ia dengan tergesa-gesa menuju rak yang berisi kumpulan buku sains, mencari buku tersebut.

Sempat putus asa, ternyata buku tersebut terletak di dekat kakinya. Senyum sumringah Ia pancarkan. Ia berjongkok dan segera mengambil buku bersampul ungu kebiruan itu.

Asal membuka halaman malah membawanya ke satu halaman yang terdapat sisipan kertas kecil di dalamnya.

Mengesampingkan tugas fisikanya, Ia lebih mementingkan rasa penasarannya. Seongmin menatap nanar kertas yang saat ini dipegangnya.

[#2] Simon Says • 01-05L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang