"Masa iya ngilang?"
"Ya mana gue tau?"
"Nyari mereka nggak nih?" Tanya Chenle.
"Nggak usah, gue yakin mereka berdua baik-baik aja," jawab Ni-ki.
Sontak semua orang yang tersisa menoleh ke arah Ni-ki dengan tatapan mencurigakan. "Apa? Salah, gue ngomong gitu?"
"Kenapa Lo bisa berkata demikian?" tanya Minhee.
Ni-ki mengangkat kedua bahunya. "Insting?" jawab Ni-ki, asal.
"Tolong ya, jangan menambah rumit keadaan," celetuk Wonjin.
"Saya tidak memperumit keadaan. Kaliannya saja yang khawatir berlebihan."
Hanyu yang mendengar cara bicara Ni-ki yang berubah, karena memang mereka berdua sangat dekat, langsung panik.
Ni-ki sedari tadi memang menunjukkan gelagat aneh, namun Hanyu yakin Ni-ki begitu bukan tanpa alasan.
"Tenang Ki, tenang," ucap Hanyu seraya menenangkan sahabat karibnya itu.
"Gimana bisa tenang? Gara-gara saya lebih kecil dari mereka jadinya mereka seenak jidatnya saja menilai saya, gitu? Saya kesal," sahut Ni-ki pada Hanyu. "Saya kesal karena tidak ada yang percaya."
"Ada gue. Gue percaya sama Lo. Sekarang tenangin diri Lo ya, kita lagi nggak dikondisi buat berantemin hal-hal kecil. Kita lagi terjebak sekarang."
"Ekhem. Maap ya lama, makan dulu tadi. Laper bosku. Oke deh, lanjut ya. Kita lanjut ke permainan selanjutnya, Catch Simon.
Peraturannya sangat mudah. Kalian diharuskan untuk bersembunyi dari Simon. Jangan sampai tertangkap! Sekarang, lari dan sembunyilah! Kami akan menghitung hingga angka ke-100. Semoga kalian masih hidup nanti!""Sekarang?" Yuna memastikan.
"1."
"Sekarang. Mencar!" Jeongin memberikan perintah.
"2."
Semua berlari berlawanan arah, ada yang sendiri, ada juga yang membawa teman. Seperti Jeongin yang entah mengapa bisa bersama Seongmin sekarang.
Yah, tujuan mereka berdua sama. Sama-sama mencari Haruto dan Ryujin yang entah dimana keberadaannya sekarang.
"Yah, ini mah sama aja kayak tadi. Sembunyi. Tujuan 'dia' buat ni game apa dah? Gabut?" Celetuk Yuna disela-sela napasnya.
Beomgyu dan Win mengangkat kedua bahunya untuk memberi reaksi pada Yuna.
"Balas dendam." Seseorang berbisik di telinga Yuna.
Yuna terkejut setengah mati mendengarnya. "Astaghfirullah! kaget kak!"
Yang berbisik tadi mengangkat kedua bahunya tidak terlalu peduli.
"Ngapain Lo ngikut kita?" tanya Beomgyu.
"Nggak boleh?"
"Nggak."
"Dih, gitu ya sama kawan sendiri."
Beomgyu menaikkan sebelah alisnya. "Emang kita bekawan?"
Daehwi mendorong bahu Beomgyu. "Akhlaknya eopseo. Anjim ya Lo."
Beomgyu menanggapinya dengan tertawa kecil. "Yang penting ganteng."
Yuna pusing mendengar celotehan kakak kelasnya ini. "Duh ya, Kak Beomgyu, Kak Daehwi, diem ya, tolong. Kalian mau mati cuma gara-gara gue biarin kalian berisik hm?" lerai Yuna.
"Berani Lo sama gue?!"
Yuna kaget karena Daehwi tiba-tiba menaikkan nada suaranya. "Ih, dibilangin malah gitu. Males lah," ujar Yuna seraya mencebikkan bibirnya kesal.
"Ya elah, anak gadis ngambek," cibir Daehwi.
Yuna menghembuskan napasnya pelan dan memilih mengabaikan kakak kelasnya yang banyak omong itu.
"Eh iya. Win? Betul, kan, nama Lo Win?" Yuna menunjuk Win.
Win menoleh, lalu mengangguk. "Panggilannya Win, nama aslinya bukan. Kenapa, kak?" sahut Win.
Yuna mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Itu, temen Lo yang itu sifatnya emang gitu, ya?"
"Yang mane?"
"Yang jepang itu nah," celetuk Beomgyu.
"Parah, rasis," sahut Daehwi.
Beomgyu melempar tatapan sinis pada Daehwi. "Nggak usah ngajakin gelut, ya, setan."
"Setan nggak usah ngatain setan."
Yuna langsung menatap Daehwi dan Beomgyu dengan sorot mata yang tajam, sehingga membuat kedua pemuda yang sebelumnya asik berdebat menjadi diam tak berkutik.
Win terkekeh pelan mendengar celotehan para seniornya itu. "Oh, Ni-ki. Ya emang gitu dia mah. Ada banyak yang dia sembunyiin. Hanyu yang bisa dibilang kawan jaman orok dia aja nggak tau banyak. Well, bukan jadi rahasia lagi kalau dia anak indigo."
"Pantes kayak ada hawa mistisnya gitu kalo deket sama tuh anak," sahut Beomgyu.
"Tuh kan, emang Choi Beomgyu tuh akhlaknya ilang, dimakan curut," celetuk Daehwi.
"Gue jujur ya. Apa tadi Lo bilang? Akhlak gue ilang? Lah Lo? Udah ilang dari lahir," jawab Beomgyu seraya memutar bola matanya malas.
Daehwi seketika terdiam. Yah, udah cape bales, sehingga Ia hanya merespon dengan mengangkat kedua bahunya.
"Eh bego, ini ngapa kita diem-dieman aja? Sembunyi anjir!" seru Daehwi.
Yuna menepuk keningnya dan berlari lebih dulu, diikuti ketiga pemuda lainnya.
Melihat tempat persembunyian, Yuna berbelok menuju ruangan tersebut. Tentunya ketiga pemuda tadi masih setia mengekor bak anak ayam dan Yuna sebagai induk mereka.
Merasa diikuti, Yuna mencoba untuk menoleh ke belakang. "Lah? Ngikutin Yuna dari tadi?" tanya Yuna.
"Ngikutin setan. Ya siapa lagi kalo bukan Lo," sahut Beomgyu disela-sela pelariannya.
"Dih. Gue, kan, nanya baik-baik."
"Tau nih Kak Beomgyu. Jawabnya sensi banget. Pms Lo kak?" gurau Win pada Beomgyu.
Beomgyu yang mendengarnya segera memukul pelan bahu Win, "Sembarangan kalo ngomong. Ya ini, gara-gara si tuyul satu ini. Kalo nggak ada dia mah gue tenang-tenang aja."
Daehwi yang merasa tersindir pun tidak terima. "Lah kok jadi gue? Gue diem dari tadi anjir."
"Emang gue ada bilang nama Lo? Kok merasa," jawab Beomgyu. "Yah, bagus deh kalau merasa," lanjutnya.
"Kok malah debat lagi sih?" celetuk Yuna seraya berkacak pinggang.
“72”
"Lah, cepet amat dah diangka 70."
Tak ada lagi yang menyahut. Mereka berempat memilih untuk fokus sembunyi di tempat yang mereka datangi saat ini.
Awalnya semua masih tenang-tenang saja walau tidak sepenuhnya. Namun jantung mereka berpacu ketika mendengar ada suara langkah kaki dari tangga yang ada di ruangan tersebut.
Ingin keluar juga tidak bisa.
Diluar sana juga sudah ada yang menunggu di depan pintu,
Seakan-akan tahu jika keempat remaja itu ingin keluar saat ini juga.
###
TBCAku hilang ide tolong
Maafkeun atas hilangnya
diriku selama hampir
dua bulan ini༼;´༎ຶ ༎ຶ༽
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] Simon Says • 01-05L [✔]
Fanfic[SELESAI/REVISI] "jangan sampe keulang lagi, plis!" note. You need to read "Play With Me" first to get know about their problem before this. ©moonchaey, 2020