07. Bimbang

754 181 7
                                    

"Gue nggak mau ya nyampe celaka gara-gara melanggar peraturan yang diberikan!" seru Denise.

"Hih, Kak Jeongin kan udah bilang, dia yang bakal jagain kita semua. Lagian gue yakin kok kalo Kak Jeongin bukan tipe orang yang gampang mengingkari ucapannya sendiri," jelas Minhee tak mau kalah.

"Tapi hargai usaha Kak Jeongin juga dong Kak. Mentang-mentang Kak Jeongin bilang kayak gitu Kak Minhee malah berbuat seenaknya aja. Jangan nyari masalah kak, kita masih bergantung sama kakak-kakak ini," sahut Wonyoung, tidak terima.

Minhee mendelik tak suka pada Wonyoung. "Iya dah iya."

"Siap bermain?"

Semua saling bertukar pandang. Bukan karena apa, mereka hanya kaget karena tiba-tiba permainannya akan dimulai sekarang.

"Siap nggak siap. Dia juga nggak akan peduli kalo kita belum siap," ucap Wonjin.

Ya, memang benar dengan apa yang diucapkan oleh Wonjin.

"Lima orang akan terpilih secara acak. Lakukan apa yang tulisan didalam kartu tersebut perintahkan. 22 orang lainnya berpencar, jangan sampai keberadaan kalian diketahui oleh lima orang terpilih."

Angin terdengar berhenti berdesir. Kesunyian datang bersamaan dengan debaran jantung yang cepat. Perasaan gugup menghinggapi mereka semua.

Mereka menunggu nama mereka untuk disebut.

Atau mungkin tidak.

Tubuh mereka tak bergerak barang satu inci pun. Mereka terus menerka-nerka apa yang akan menunggu mereka dalam berpuluh-puluh menit ke depan.

Atau beberapa jam?

"Park Jisung."

Jisung terkejut mendengar namanya disebut. Dia tak ingin melakukan apapun yang akan diperintahkan. Lebih baik Ia mencoba bertahan hidup dibanding melaksanakan perintah yang dirinya sendiri pun tak tahu apa isinya.

Jisung menghela napas pelan, lalu meyakinkan diri untuk maju mendekat ke meja tersebut. Hanya berdiri di depannya, tak lebih.

Langkah kakinya mengisi kesunyian yang sejak tadi ada di ruang utama gedung tua tersebut.

"Gue doa aja lah," batin Jisung.

"Zoa."

"ak! eh."

Zoa terkejut bukan main. Ia sengaja tidak berbicara banyak sejak Ia menginjakkan kakinya di depan gedung tua tadi agar tidak dipilih bermain permainan tak masuk akal ini.

Ia meyakinkan hatinya, semuanya akan baik-baik saja. Lalu Ia melangkah menuju tempat di samping Jisung.

"Ahn Seongmin."

Seongmin menghembuskan napasnya. Ia tahu pasti namanya akan disebut, entah di permainan yang ini atau jika Ia masih hidup nantinya, di permainan yang kedua.

"Bang Jinhyuk."

Win segera melangkah maju. Raut wajahnya terlihat gusar. Ada yang mengganggu pikirannya selain permainan yang diberi nama Simon disetiap permainannya ini.

[#2] Simon Says • 01-05L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang