Yuri, Minju dan Somi telah sampai lebih dulu di gedung tua tersebut. Mereka melihat-lihat daerah sekitar sambil mempertanyakan hal yang sama di pikiran mereka.
Ini benar, kan? Mereka tidak mungkin salah tempat maupun lokasi, kan?
Ya, kira-kira pertanyaan seperti itu yang terus-menerus memenuhi benak mereka bertiga.
Tak lama kemudian Jeongin, Chenle, Jisung dan Chaerin datang dan segera menghampiri mereka bertiga dan ikut bergabung.
"Kok hawanya dingin gini sih. Tempatnya bener ini, kan, ya?" Tanya Chaerin, memastikan, seraya dirinya memerhatikan lingkungan sekitarnya yang sepi itu.
"Iya, bener ini kok tempatnya. Nggak usah khawatir, gue yang bakal jagain kalian semua," jawab Jeongin.
"Lo nggak akan sanggup buat jagain 27 orang sendirian, kak. Gue dengan senang hati akan membantu," celetuk seseorang dari arah belakang Jeongin.
Dengan kompak mereka bertujuh menoleh ke asal suara. Mereka mendapati ada tujuh orang yang saat ini tengah berjalan ke arah mereka.
"Loh? Anak kelas 10 juga?" gumam Somi sambil mengernyitkan dahinya, heran.
Yuri dan Minju yang bisa mendengar gumamannya Somi hanya mengangkat kedua bahu mereka.
Sedangkan ketujuh murid kelas 10 tadi langsung ikut bergabung bersama ketujuh senior mereka.
"Lo, Lo nggak asal ngomong tuh?" tanya Chenle pada yang menyahuti ucapannya Jeongin tadi.
Ni-ki menggeleng keras. "Nggak. Buat apa? Nggak guna."
Temannya malah membungkukkan badannya kemudian meminta maaf.
"Maaf atas sikap Riki yang kurang sopan ini, kak. Kurang ajar lu ye, lu yang bertindak kita-kita yang malu," ucap Hanyu.
Sedangkan Ni-ki hanya mengangkat kedua bahunya, tak peduli. Membuat Hanyu harus bisa menahan diri agar tidak menebas kepala sobat karibnya itu.
Sekitar 30 menit kemudian, semua orang yang 'diundang' telah berkumpul di tempat tersebut. Setelah dihitung, ternyata memang ada 27 orang disana. Hal itu membuat kening Jeongin mengerut.
Wonjin yang menyadarinya langsung bertanya, "Ada apa?"
Jeongin menggelengkan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan Wonjin, "Nggak. Nggak ada papa."
Tangan Jeongin terangkat dan menunjuk Xinlong. "Lo ... Nama lo Riki, kan, kalo nggak salah? Kok lo bisa tau kalo bakalan ada 27 orang yang akan datang kesini?" tanya Jeongin.
Pertanyaan dari Jeongin itu sukses membuat hampir semua orang yang ada disana segera mengalihkan perhatian mereka ke arah Ni-ki.
Hanyu tahu segalanya tentang teman masa kecilnya itu, maka dari itu Hanyu sedikit panik. Namun begitu Ia melirik ke arah Ni-ki, sepertinya anak itu begitu santai?
Ni-ki mengusak rambutnya sendiri. "Emm ... Membaca masa depan, mungkin?"
Hanyu menepuk keningnya begitu mendengar jawaban yang keluar dari mulut Ni-ki yang terdengar tidak memuaskan itu.
"Apa maksud?!" sahut Taeyoung.
"Yaah, membaca masa depan lewat mimpi. Hampir tiap apa yang gue mimpikan itu selalu terjadi di kehidupan nyata. Hanyu adalah contoh nyata," kata Ni-ki sambil menunjuk sahabat karibnya itu.
Lagi-lagi Hanyu hanya bisa membungkuk sambil meminta maaf. "Ni-ki memang kadang suka begini, agak ngawur. Maaf, maaf."
"Sebutin apa aja isi mimpi lo semalam," celetuk Denise yang berhasil membuat semua orang menoleh secara serentak ke arahnya.
"Nggak mau." Jawab Ni-ki.
Ni-ki lantas melangkahkan kedua kakinya ke depan—menuju pintu gedung tua itu. Pintu yang terbuat dari besi yang sudah berkarat. Baru saja hendak mengangkat tangan kanannya, suara Samuel menginterupsi pergerakannya.
"Lo ... Lo mau ngapain sekarang?" tanya Samuel dengan penuh selidik.
Tanpa membalikkan badannya untuk menatap sang lawan bicara, juga menurunkan tangannya yang sudah terangkat, Ni-ki menjawab. "Ya mau ngapain lagi? Buka pintu ini lah."
Ni-ki mengetuk pintu besi tersebut, dan ajaib. Pintu tersebut berhasil terbuka walau hanya celah. Tak ada yang menyangka jika ketukan yang Ni-ki berikan berhasil membuat celah walau celah itu berukuran kecil.
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi Ni-ki pun segera membuka pintu tersebut dengan lebar melalui celah kecil yang tadi Ia buat itu.
Seakan memimpin jalan, Ni-ki masuk ke gedung tua tersebut lebih dulu diikuti beberapa seniornya, lalu anak perempuan hingga yang terakhir yaitu Taeyoung dan Denise.
BLAM!
Pintu tersebut tertutup rapat dengan sendirinya, hingga memberikan efek kejut pada ke-27 remaja yang baru saja memasukinya. Meninggalkan perasaan yang campur aduk yang muncul pada benak mereka.
###
TBC
kependekan ga?
aku nulis ulang, soalnya chapter ini keapus gitu aja dari draf ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] Simon Says • 01-05L [✔]
Fanfic[SELESAI/REVISI] "jangan sampe keulang lagi, plis!" note. You need to read "Play With Me" first to get know about their problem before this. ©moonchaey, 2020
![[#2] Simon Says • 01-05L [✔]](https://img.wattpad.com/cover/226351845-64-k128327.jpg)