10. Alasan

697 180 27
                                    

Yuri tersenyum sambil memegang pisau tumpul yang dibawa Minju tadi. Lalu Ia memeluk tubuh Minju dengan erat dengan pisau yang masih berada digenggamannya.

"Makasih udah jadi temen gue, Ju." Ucap Yuri, masih dengan pelukan yang Ia berikan pada Minju.

Minju tak kuasa menahan air matanya. Tapi mau bagaimana lagi? Minju balas memeluk Yuri dengan erat. Berulang kali Ia ucapkan kata maaf.

"Ju." Panggil Yuri.

Minju melepas pelukannya, mendapati Yuri menyerahkan pisau tersebut kepada Minju yang tadi sempat terlepas dari genggamannya.

Minju menggeleng. Ia tak bisa melakukannya. Ia tak mau.

"Ju, do it. Kalo udah waktunya kita pasti bakal ketemuan kok disana."

Tak kunjung menerima pisaunya, Yuri menarik tangan Minju lalu meletakkan pisau tersebut pada genggamannya.

Minju hanya menggenggamnya dengan erat. Mungkin jika Minju keluar dari sini hidup-hidup Minju akan menyalahkan dirinya sendiri.

"Ju, ini gue yang nyuruh. Lo nggak boleh dan nggak harus merasa bersalah karena gue mati ditangan lo. Inget, gue yang nyuruh lo, bukan karena kemauan lo sendiri, oke?"

"Tapi ini pisau tumpul Yur! Gue nggak mau kalo Lo harus kesiksa dulu sebelum mati!" Sahut Minju.

"Yakin aja. Gue nggak papa kok, Lo masih punya mimpi yang harus Lo kejer." Kata Yuri, mencoba meyakinkan Minju.

"Dan Lo? Lo juga punya Yur!"

"Sekarang udah nggak ada Ju. Tunggu apa lagi?"

Minju menarik napas dalam-dalam. Ya, ini bukan salahnya, Yuri yang meminta. Ia harus mewujudkan mimpinya, walau mimpi terbesarnya adalah selalu bersama teman-temannya.

"Jadi dokter ya? Lo pengen jadi dokter kan? Wujudin mimpi lo itu. Gue ngeliat dari atas sana."

Ya, Minju harus mewujudkan kata-kata Yuri. Setidaknya ada hal yang bisa Ia lakukan untuk Yuri walau tidak langsung Ia wujudkan sekarang.

Minju mengangguk patah-patah. Ia mengambil ancang-ancang untuk menyerang Yuri. Kedua matanya tertutup rapat, Ia tak sanggup melihat.

"Sekali lagi, maaf."

Jleb

Pisau tersebut menusuk perut Yuri. Darahnya mencuat kemana-mana, bahkan mengenai wajah cantik Minju.

"Jangan nangis lagi, ya? Gue pergi."

Saat itu pula, Minju kehilangan seorang sahabat yang sangat berarti dihidupnya.

"Player Number 27. Jo Yuri, game over."

###

Langkah kakinya terdengar mendekat, membuat baik Wonyoung maupun Haruto menahan napas.

Wonyoung mencoba untuk berdiri, namun tangannya ditahan oleh Haruto. Haruto menggelengkan kepalanya, tanda bahwa Wonyoung harus tetap bersembunyi.

"Udahlah, apa susahnya sih keluar dari tempat persembunyian lo itu? Gini deh, Lo keluar, orang yang lagi bareng sama Lo sekarang bakal selamat.''

Wonyoung menatap Haruto yang terus menggelengkan kepalanya dan menggumamkan kata jangan. Wonyoung juga bingung, disatu sisi Ia tak mau Haruto celaka, disisi yang lain Ia sendiri masih mau hidup.

Telah Wonyoung tetapkan. Kakinya sudah bisa digunakan lagi. Ia akan keluar, menemui gadis yang memanggilnya tadi.

"Jangan," kata Haruto, masih berusaha mencegah Wonyoung.

[#2] Simon Says • 01-05L [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang