Waktu mantai udah habis sekarang Haruto beserta anak istrinya mau pulang.
"Mas kita ke rumah mami dulu ya? Junghwan disana" kata Doyoung.
"Iya" sahut Haruto lalu memasukan barangnya ke dalam bagasi mobil.
Doyoung, Haruto dan Eunseo otw rumah papi Jihoon dulu.
"Pah beli es krim dulu boleh ya?" Eunseo agak manyun takut gak di bolehin sama papa.
"Princes minta apa aja papa beliin" sahut Haruto membuat Eunseo memekik senang.
"Pah kalau Eunseo mau punya adik, papa bisa beliin adik buat Eunseo?" Pertanyaan yang membuat Doyoung sedikit terkejut tapi tidak untuk Haruto dia biasa aja.
"Coba Eunseo tanya mama" Haruto tersenyum jahil.
Doyoung natap horor pada suaminya yang tengah senyum senyum.
"Boleh gak mah?" Eunseo yang duduk di belakang segera berdiri di belakang jok mamanya memiringkan sedikit badannya ingin tahu apa jawaban mama.
"Tapi beli adik mahal jadi papa harus ngumpulin uang dulu" sahut Doyoung setelah beberapa detik berfikir.
Eunseo senyum "ya udah gak apa apa kok mah" Eunseo kembali duduk di kursinya.
Haruto melirik Doyoung menhedipkan sebelah matanya beda dengan Doyoung yang menatap bengis pada suaminya.
Mereka sampai di rumah mami Hyunsuk tak lupa mampir dulu ke kedai es krim.
"Kakek! Nenek!" Seru Eunseo masuk ke dalam rumah karena emang pintunya terbuka.
Jihoon yang antusias pas denger suara cucu perempuannya.
"Tuan putrinya kakek datang!" Jihoon mengangkat Eunseo dalam pangkuannya mengecup pipi cucunya itu berkali kali sungguh kangen kakek Jihoon tuh.
Hyunsuk nyusul dia memeluk anaknya kemudian memeluk menantunya.
"Junghwan disini mih?" Tanya Doyoung setelah mereka duduk di sofa.
"Baru saja pergi setelah temennya nelfon" jawab si mami membuat raut wajah Haruto jadi panik.
Haruto langsung mengambil ponsel di saku celananya menekan nomor putranya.
"Kamu dimana?" - Haruto
"Di taman sama temen" - Junghwan
"Cewek atau cowok?" - Haruto
"Kepo banget dah papa" - Junghwan
"Jangan pulang mal...
Tut...
Sambungan telfon di matiin Junghwan padahal bapaknya belum selesai ngomong.
Haruto menghela nafas lelah meremas ponselnya.
"Kamu kenapa? Junghwan cuma main kan? Namanya juga anak muda" celetuk Jihoon.
"Aku cuma khawatir pih" kata Haruto.
"Anak laki laki kalau lagi sama temennya gak mau di ganggu. Dulu kamu juga gitu bukan?" Ucap Jihoon lagi.
Haruto diem emang sih prilaku Junghwan itu sama persis kaya dia waktu muda.
"Udah mas kamu jangan cemas. Kamu terlalu kefikiran sama ucapan Junghwan waktu itu" Doyoung menenangkan suaminya.
"Ucapan apa?" Nah kan mami kepo.
Haruto kembali menghela nafas lalu menceritakan apa yang ia dengar saat Junghwan ngobrol dengan teman perempuannya.
"Siapa tahu bukan soal yang kamu fikirin" Jihoon seolah yakin cucunya gak mungkin sebejad itu.
"Udah kamu tenang nanti di rumah coba tanya anakmu" nasihat mami.
Haruto ngangguk pelan.
Haruto mondar mandir udah kaya setrikaan. Doyoung yang lihat jadi cape sendiri.
"Mas kamu bisa duduk kan?" Doyoung akhirnya menutup majalah yang sedaritadi ia baca.
"Junghwan lama banget sayang" Haruto menjatuhkan kasar bokongnya pinggir Doyoung.
Doyoung mengusap lembut pundak suaminya "sabar mas"
Tak lama kemudian terdengar orang membuka pintu.
"Sini kamu!" Suara Haruto sedikit meninggi menggered tangan putra sulungnya.
Junghwan sedikit tersentak ampe gak bisa ngomong apa apa.
"Jujur sama papa! Siapa cewek yang waktu itu ke rumah? Papa denger soal masalah tanggung jawab! Tanggung jawab apa?!" Si papa udah gak tahan buat ngomong baik baik.
Junghwan emang anak bandel dia cuma menghela nafas lalu menyenderkan punggungnya pada sofa.
"Papa mikir apa emang?" Junghwan tertawa.
Haruto hendak marah lagi kalaungak di tahan sama Doyoung.
"Jangan bilang kalau papa mikir aku hamilin anak orang" Junghwan natap si papa sambil terkekeh.
Haruto diam menatap tajam pada putranya tersebut "siapa cewek itu Junghwan Watanabe!?" Suara berat sang papa menggelegar di ruang tamu.
Junghwan bangkit dari duduknya "dia Zoa suka sama Jeongwoo tapi Jeongwoo gak suka. Beberapa kali Jeongwoo nolak dia tapi dia ngeyel minta Junghwan buat jadi mak jomblangnya. Zoa bilang kalau sampe Jeongwoo nolak lagi, Junghwan yang harus tanggung jawab" cerocos Junghwan dengan jujur tanpa mengurangi atau menambahi.
Haruto diam hatinya sedikit lega akhirnya kata 'tanggung jawab' yang ia dengar bukan hal yang ia fikirkan.
"Zoa cantik, kamu suka?"
'Deg!' Jantung Junghwan rasanya berhenti berdetak mendengar pertanyaan papanya.
Doyoung cuma tim nyimak.
"Junghwan cape pah mau istirahat" Junghwan berlalu pergi dengan raut wajah murung.
"Kalau suka bikin dia nyaman sama kamu! Kamu harus bisa bikin dia lupa sama Jeongwoo!" Seru Haruto menghentikan langkah putranya.
Junghwan berbalik.
"Papa mau bantu Junghwan?" Ucap Junghwan setelah tepat di hadapan sang papa.
"Soal cewek papa jagonya" Haruto berasa bangga.
"Aduuhh mama sakiiit!" Pekik Junghwan saat Doyoung menjewer telinganya.
"Sekolah yang bener! Jangan pacaran dulu!" Doyoung berkacak pinggang setelah sebelumnya melepas jewerannya pada telinga Junghwan.
Junghwan meringis mengusap telinganya.
"Mama sama papa juga pacaran pas SMA kan? Junghwan juga gak apa apa dong! Iya kan pah?" Junghwan meminta dukungan si papa.
Haruto cuma senyum "mamamu dulu suka ngambek kalau papa dapat banyak surat. Maklum papa kan ganteng banget Hwan banyak yang suka" Haruto nyenggol lengan istrinya.
"Ciiieee mama!!! Cikiwiwwww" Junghwan meledek Doyoung.
Doyoung mukanya merah asli malu banget.
"Udah udah! Mama cape mau tidur!" Doyoung berlalu pergi.
Haruto dan Junghwan cuma ketawa lihat si mama salting.
Otak imajinasi author mentok banget huwwaaaa mian makin sini makin gaje :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Family
Fanfiction"pih jangan lupa itu ayam goreng buat Junghwan & Jeongwoo cucu kita" - Mami Hyunsuk "iya mamih" - papi Jihoon