- bagian 22

927 96 4
                                    

Gaes author cepetin aja ya ceritanya Junghwan udah remaja dan adiknya juga udah gede hehe.







Anak sulung tuan Haruto sedang bersiap untuk ke sekolah kini dia udah beranjak remaja dan adiknya pun sudah besar.

"Kak kaos kaki aku mana?" Rengek gadis kecil bernama Eunseo.

"Mana kakak tahu dek. Kan kamu yang pake kemarin" Junghwan masih asik dengan ponselnya padahal udah jam enam pagi.

"Mamaaaaaa!!!! Kakak nakal!!!" Teriak Eunseo padahal Junghwan daritadi gak ngapa ngapain dia.

Junghwan kaget dong kena fitnah seorang anak kecil yang notabene adiknya sendiri.

Sosok adik Junghwan

"Kenapa sih kak?" Doyoung muncul dari arah dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa sih kak?" Doyoung muncul dari arah dapur.

"Enggak mah. Adek bohong nih. Kakak gak ngapa ngapain kok" Junghwan membela diri.

"Lah terus kenapa adekmu nangis?" Doyoung berjongkok menyamakan tingginya dengan Eunseo lalu menghapus jejak air matanya.

"Gara gara kaos kakinya gak ketemu" sahut Junghwan masih fokus pada ponselnya.

Doyoung menghela nafas melihat kelakuan Junghwan. Doyoung gak nyangka kalau Junghwan akan tumbuh jadi remaja yang nakal meski dia pintar dan berprestasi.

"Kalau mama lagi ngomong handphonenya simpen dulu Junghwan!" Haruto datang menghampiri Junghwan.

Junghwan menatap Haruto sekilas lalu fokus pada ponselnya lagi "ah elah papa diem deh tanggung nih aku lagi main"

Haruto membenarkan letak kacamatanya kemudian memejamkan matanya sejenak. Frustasi rasanya mendidik Junghwan yang super nakal itu.

"Mas aku antar Eunseo dulu ya. Bekal kamu udah aku siapin" Doyoung tahu betul Haruto akan marah makanya alih alih soal bekal di jadikan alasan.

"Iya sayang" ucap Haruto lalu ke dapur mengambil bekal itu.

Kini di rumahmya ada asisten rumah tangga kasihan Doyoung repot kalau harus apa apa sendiri.
























"Awas aja lo kalau lo sampe ngeroyok sepupu gue lagi!" Junghwan berteriak pada salah satu orang yang ngeroyok Jeongwoo.

"Lo gak apa apa?" Tanya Junghwan berjongkok menatap wajah Jeongwoo yang babak belur.

"Mayan perih njing pipi gue!" Sahut Jeongwoo dan hanya di tertawai oleh Junghwan.

"Ngetawain penderitaan gue!" Jeongwoo udah di tolong juga masih marah marah.

"Baperan amat sih lo" kata Junghwan bantu Jeongwoo berdiri lalu mengobati lukanya di UKS.






















Junghwan meringis mengobati lukanya sendiri di kamar beruntunglah pas dia pulang orang rumah lagi pada pergi cuma ada mbok Unah doang.

"JUNGHWAN!!" suara lantang nan menggelegar membuat semua orang kaget.

"Mas kamu kenapa sih teriak teriak?" Doyoung mendekat ke arah suaminya.

"Junghwan mana?" Tanya Haruto dengan raut wajah marah.

"Di kamar" sahut Doyoung.

Haruto langsung ke kamar Junghwan membuka pintu dengan kasar.

"Ada apa sih pah? Selow napa" Junghwan dengan santainya menatap sorot mata Haruto yang jelas sedang marah.

"Kamu mau jadi jagoan? Jangan kamu fikir papa gak tahu kamu berantem di sekolah tadi!" Haruto bukan pertama kali dapat surat panggilan mungkin ini udah ke dua ratus kalinya dia di panggil ke sekolah putranya karena hal yang sama.

Junghwan berdiri lalu menghela nafas.

"Kalau di biarin, Jeongwoo bisa masuk UGD pah. Junghwan bukan mau jadi pahlawan tapi masa iya Jeongwoo di keroyok Junghwan cuma nonton. Jeongwoo kan sepupu Junghwan pah" Haruto terdiam mendengar pembelaan yang di nyatakan anaknya. Dia jadi ingat masa lalu ya saat dia di keroyok anak sekolah lain kemudian datang Jaehyuk membelanya dan disitulah mereka berteman lalu berakhir dengan tukeran jodoh huft apakah hal itu akan berlaku pada putranya? Semoga tidak.

"Maafin papa" final Haruto mengusap lembut kepala putranya lalu pergi. Dia sadar prilaku nakal dan begajulannya kini turun ke putra sulungnya. Kadang Haruto nyesel kenapa dia dulu sebadung itu padahal kalau dia kalem bisa aja kan Junghwan sekarang juga jadi pribadi yang kalem?.




Doyoung mengusap lembut pundak suaminya berusaha menenangkan amarahmya "mas maaf ya aku belum berhasil mendidik jagoan kamu"

"Mungkin pas Junghwan kecil aku sering menyebutnya jagoan hingga akhirnya Junghwan so jagoan" Haruto memijat pelipisnya.

"Udah mas, kamu harus percaya senakal nakalnya Junghwan, aku yakin dia gak akan mengecewakan kita" Doyoung memcoba positif thinking.

Haruto menatap lembut manik mata sang istri "iya sayang" sahutnya pelan.








Eunseo masuk ke kamar kakaknya membawa kotak p3k.

"Kakak masih sakit?" Ucap gadis kecil itu tiba tiba.

Junghwan yang tengah memejamkan mata jadi melek.

"Kakak baik baik aja. Kenapa?" Junghwan mengulurkan tangannya supaya Eunseo naik ke kasurnya.

"Kakak gak nangis di marahin papa?" Tanya Eunseo dengan polosnya hingga membuat Junghwan terkekeh.

"Kok kakak ketawa?" Eunseo cemberut.

"Yang pertama kakak gak sakit dan yang kedua papa gak marah kok cuma sedikit gemes aja sama kakak" Junghwan mengelus puncak kepala adiknya.

"Oh gitu" kata Eunseo lalu merebahkan tubuhnya di kasur sang kakak.

"Kak aku boleh bobo sini ya?" Eunseo nyengir imut bikin Junghwan gemes.

"Sayang kakak dulu dong" kata Junghwan merentangkan tangannya.

Eunseo bangun lalu memeluk erat kakak tamvannya itu.

"Tuhan lindungilah selalu kedua permata hati hamba" bathin Haruto setelah dirinya tak sengaja lewat pintu kamar Junghwan yang sedikit terbuka dan dengan sengaja mendengar percakapan kakak beradik tersebut.



























Author gak sabar pengen Junghwan kaya gini makanya di cepetin hihi

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang