- bagian 33

558 76 6
                                    

Hari ini Doyoung dan Haruto berencana mau ke rumah Jihoon untuk menceritakan penyakit Junkyu.

Baru saja mereka keluar rumah, Junkyu sudah terlebih dahulu masuk ke halaman rumah Watanabe.

"Ah apa kalian mau pergi?" Tanya Junkyu setelah tepat di hadapan adiknya.

"Iya kak, kami mau ke rumah papi" sahut Doyoung.

"Kebetulan kakak datang, lebih baik kita bareng bareng kesana" saran Haruto yang di hadiahi anggukan mantap dari Doyoung.

"Emangnya kenapa?"

"Gak apa apa kok. Kita cuma mau berkunjung kak. Kakak mending ikut yuk!" Ajak Doyoung.

Junkyu hanya ngangguk. Kebetulan dia juga lama gak ketemu orang tuanya.




Tak butuh waktu lama Haruto, Doyoung dan Junkyu nyampe di rumah papi Jihoon.

Mereka masuk kebetulan pintunya terbuka mungkin mami papi lupa gak kunci pintu atau emang sengaja di buka.

"Lho tumben barengan gini?!" Jihoon menghampiri anak mantunya padahal tadi Haruto baru aja mangap mau bilang permisi eh Jiun keburu nongol.

"Emang gak boleh pih?" Ini Haruto. Btw sekatang papi Jihoon udah akrab sama Haruto. Ciieee😁

"Boleh sih, tapi kok mantuku cuma satu ya?!" Jihoon menyadari tak adanya Jaehyuk.

"Kak Jae sibuk pih" Haruto yang jawab.

Mereka berempat duduk bersama kemudian tak lama datang mami Hyunsuk.

Hyunsuk natap sekilas ke Jihoon lalu pergi mmm nampaknya mami Hyunsuk sedang tak baik baik aja.

Junkyu mengikuti mami Hyunsuk sedangkan Haruto dan Doyoung ngobrol sama papi.

"Pih, sebenernya kami mau ngomong sesuatu" Doyoung nampak gugup sehingga tangannya di genggam Haruto supaya tenang.

Jihoon hanya diam menunggu ucapan Doyoung selanjutnya.

"Kak Junkyu...

Doyoung gak tahan malah keburu nangis sehingga dirinya di peluk sang suami.

"Papi udah tahu! Jeongwoo semalam tidur disini, dia menceritakan semuanya bahkan sampai sekarang belum mau keluar kamar"

Ucapan Jihoon membuat Haruto dan Doyoung saling pandang.

"Mamimu marah, dia bilang kalau papi gak jodohin Junkyu ke Jaehyuk mungkin kakakmu gak akan seperti ini. Fikirannya kacau dia sakit hati terus menerus selama ini" Jihoon menangis di akhir ucapannya.

Haruto bangkit dari duduknya pindah ke samping Jihoon merangkul lembut bahi mertuanya itu.

"Hiks... papi" Jihoon, Haruto dan Doyoung noleh ke arah sumber tangisan.

Jihoon tersenyum di hiasi linangan air mata sementara Doyoung gak sanggup lihat milih menenggelamkan wajahnya pada dada suaminya tentunya Haruto mengusap lembut punggung istrinya agar tenang.

Jihoon memeluk anak sulungnya "maafin papi ya?!"

Junkyu menggelengkan kepalanya "papi gak salah kok"

Jeongwoo melihat kejadian itu dari jauh. Bohong kalau dia gak sedih. Jeongwoo rasanya pengen nenggelamkan dirinya saat ini agar tak melihat ibunya menangis sakit seperti itu.

Junkyu dengan tenang menceritakan riwayat penyakitnya dan juga rasa sakit hatinya selama ini.

"Junkyu gak sangka hasil labnya seperti itu. Tapi selama ini aku gak pernah merasakan gejala gejala penyakit mematikan itu" ucap Junkyu.

"Sempat terfikir ingin pisah sama mas Jaehyuk, tapi kasihan Jeongwoo" sambungnya membuat semua anggota keluarganya menangis.

"Sayang, jika memang kamu gak sanggup memikulnya lagi, lepaskan saja" ucap Hyunsuk lembut.

Jihoon hanya diam terus menangis karena memang dirinyalah yang dulu memaksa anak sulungnya itu menikah dengan Jaehyuk.

"Jeongwoo udah besar kak, aku tahu dia akan sedih tapi aku yakin dia bisa mengerti.

Junkyu menatap semuanya secara bergantian.

"Mau kemana Woo?" Tanya Haruto pas Jeongwoo turun dari lantai atas.

"Udah janjian sama Junghwan mau nyalin pelajaran hari ini om" sahut Jeongwoo sambil terus melangkah pergi.

"Mas kamu ikutin Jeongwoo sana! Aku takutnya dia melakukan hal hal yang aneh" pinta Doyoung.

Haruto ngangguk "iya sayang" ucap Haruto namgkit dari duduknya kemudian pergi tak lupa sebelumnya dia mengecup kening istrinya.

"Aduh mana si Jeongwoo! Cepet amat jalannya! Gue kehilangan jejak" Haruto menenggelamkan wajahnya pada setir.

Beberapa detik saja menenggelamkan wajahnya, kini dirinya bersandar pada jok mobil memijat pelipisnya kemudian membuka kacamatanya mengucek matanya pelan kemudian di pakai kembali kacamata tersebut.

"Eh itu kaya jagoan gue! Apa gue salah lihat ya?" Mata Haruto tiba tiba melihat sosok Junghwan tengah jalan berdua bersama seorang gadis.

Haruto merogoh saku jasnya mengambil ponselnya dan menekan salah satu kontak disana.

"Hallo" - Haruto

"Ada apa pah?" - Junghwan

"Kamu lagi dimana nak?" - Haruto

"Mmm aku baru aja keluar gerbang pah abis ekskul" - Junghwan

"Emang ada ya ekskul makan aromanis di bangku pinggir jalan sambil suap suapan romantis" - Haruto

Sambungan telfon terputus.

"Papa dimana? Kok bisa tahu gue lagi makan aromanis?!" Monolog Junghwan.

"Papa kamu disini?" Tanya Zoa

"Gak tahu tapi dia tahu kita lagi makan aromanis" sahut Junghwan.

Junghwan dan Zoa celingukan.

"Jangan pulang lebih dari jam empat sore, mama cantik kita bisa murka. Jagoan papa denger kan?"

Junghwan dan Zoa noleh ke belakang.

Haruto menaikan sebelah alisnya.

"Iya pah hehe, i-ini Junghwan mau nganterin Zoa pulang" Junghwan nyengir sementara Zoa nunduk malu.

"Ya udah sana cepet! Tuh ceweknya malu kegep sama camer" ucap Haruto lalu pergi.

Zoa mukul lengan Junghwan sambil manyun kalau Junghwannya mah santuy aja mamang 😁






























Tuh kan ketahuan deh sama papa 🤭

Emak harap kalian setia nunggu dua chap lagi hehe

Jangan hapus dari daftar baca dulu ya sayang karena bentar lagi udahan 🙏

FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang