(8) Alumni Tampan

33 23 9
                                    

"Siapa kau? Kenapa melakukan ini padaku?" batinnya.

Tringgg ...!!

Bel pulang yang berbunyi nyaring, membuat Yura tersadar dari lamunannya dan segera mengalihkan pandangannya dari Jungkook, bersiap membereskan buku-bukunya dan bergegas meninggalkan kelas.

Jungkook hanya melihat Yura pergi tanpa mengejarnya, sebelumnya dia akan langsung mengikutinya jika Yura beranjak dari tempatnya baik itu pulang sekolah maupun jam istirahat.

"Ohh, sangat aneh, kenapa kau tidak mengikuti pujaan hatimu?" tanya Soobin yang penasaran.

"Apa aku harus selalu mengikutinya?"

"Bukan begitu maksudku, orang-orang bisa berpikir kau menyerah."

Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak ada kata menyerah di kamus Jeon Jungkook!"

"Ah ... kata-kata itu terdengar lebih menyeramkan dari pada sisi manis tadi." Soobin bergidik ngeri membayangkan Jungkook yang sepertinya memang sangat berambisi mendapatkan Yura.

"Tapi kenapa kau tidak mengikutinya keluar?"

"Karena aku merasa bersalah saja padanya."

"Karena kata-katamu tentang sisi manisnya tadi?"

"Hm."

"Bukankah itu hal bagus?"

"Aku juga mengatakan begitu karena itu hal bagus, tapi dia terlihat sedih mendengarnya, matanya sedikit berkaca-kaca saat menatapku tadi."

"Yaa! Jungkook-ah! Kenapa kau terus melihat yang tidak dilihat orang lain?"

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Jungkook tak mengerti dengan kata-kata Soobin.

"Kau tadi bilang tentang sisi manisnya, sekarang bilang dia terlihat sedih. Kami mengenal Yura lebih dari satu semester dan hanya melihat ekspresi datarnya. Apa kau punya indra keenam?"

"Aishh!" Tangannya terkepal hendak memukul Soobin, pikiran teman pertamanya di sekolah ini benar-benar di luar kotak. 

"Daripada indra keenam, aku lebih merasa seperti hantu jika di dekat Yura."

"Ah, benar juga, kau seper--"
Jungkook memutus omongan Soobin untuk mengangkat telepon.

"Halo ...."

"Di mana kau?" Terdengar suara Taehyung dari seberang telepon.

"Masih di kelas hyung."

"Cepat keluar, Jin hyung di sini dan akan pulang bersama kita."

"Baiklah hyung." Panggilan berakhir dengan cepat.

"Ayo!"

.

.

.

Di depan gerbang sekolah, berkumpul Seokjin, Jimin dan Taehyung.

"Hyung, kenapa hyung harus ke sini dulu padahal bisa langsung ke kantor?" 

"Apa aku tidak boleh ke sekolah lama ku Jimin-ah?"

"Bukan begitu hyung, kau jadi harus dua kali jalan, padahal lebih cepat jika kau langsung ke kantor dari halte."

"Aku hanya ingin jalan bersama kalian."

"Hyung yang manis," sambung Taehyung setelah dia selesai menelepon Jungkook. Tangannya menunjuk Seokjin sok imut sambil melemparkan senyuman khasnya. Seokjin membalas dengan kedipan mata, membuat Jimin geleng-geleng kepala melihat kedua orang itu.

 ✔️Let Me Know [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang