Seoul, 25 Juni 2014
"Nak, berhentilah bermain piano. Sudah waktunya untuk kita makan siang!"
Suara lembut seorang ibu tak mengalihkan atensi seorang remaja tampan dari pianonya. Sepasang jemari lentiknya menciptakan irama yang mengalun begitu indah di sebuah mansion mewah nan asri. Mengabaikan sang ibu yang sedari tadi memperingatkannya untuk berhenti. Tatapan teduhnya pada piano seolah mengatakan bahwa tak ada yang dapat mengusiknya dari kegiatan yang telah menjadi bagian dari hidupnya.
"Jongseong, sudah dulu bermain pianonya. Appa sudah menunggu di ruang makan."
"Ne, eomma."
Dentingan piano itu masih terus mengalun menenangkan bagi siapapun yang mendengarnya. Tampaknya Jay masih tak menggubris perkataan ibunya yang menyuruhnya untuk berhenti. Namun, fokus Jay mulai beralih ketika kedatangan sang ibu yang berkacak pinggang tengah membuyarkan konsentrasinya. Membuat sang remaja itu mau tak mau harus menghentikan alunan pianonya. Seketika jemari indahnya mulai berhenti menari di atas tuts piano.
"Jongseong, ada hal penting yang harus kita bicarakan. Eomma harap kau segera ke ruang makan."
"Ne, arraseo."
Menghela nafas pasrah, Jay mulai beranjak dari posisi tempat duduknya. Kemudian ia segera mengikuti ibunya yang sudah lebih dulu berjalan mendahuluinya. Melangkahkan kakinya dengan malas menuju ke ruang makan dimana sang ayah sudah menunggu disana. Namun, tampaknya raut wajah sang ayah terlihat begitu tegas membuat nyali Jay menciut. Dengan wajah menunduk, Jay mengambil kursi dan duduk tepat berhadapan dengan sang ayah.
Dengan dipimpin sang ayah, mereka memulai makan siang yang telah dihidangkan. Jay melahap makan siangnya dengan tenang. Dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring menjadi irama yang mengiringi makan siang mereka. Sementara sang ibu tampak gelisah dan terus menerus menatap sang suami. Suasana mulai berubah menegangkan ketika sang ayah menghentikan makan siangnya dan memulai pembicaraan yang serius.
"Jongseong, ada yang ingin kami bicarakan denganmu. Ini sangat penting," Suara berat sang ayah membuat Jay yang fokus akan makanan mengalihkan atensinya sejenak.
"Ne, ada apa appa?" Jay menghentikan makan siangnya dan mulai menatap sang ayah.
"Appa akan mengirimmu ke sekolah terbaik di Inggris. Tiga hari lagi kau akan berangkat ke Inggris dan belajar disana. Appa yakin kau akan menjadi pewaris bisnis keluarga dan menjadi orang hebat. Appa harap kau setuju dan mau menerima keputusan appa."
"Aku tidak mau!" ucap Jay dingin menyela pembicaraan sang ayah.
"Apa kau bilang?!" Sang ayah mulai menggebrak meja ketika mendengar sang anak membantah perintahnya.
"Yeobo, tenanglah dulu." Sang ibu mulai menenangkan suaminya ketika raut wajah suaminya berubah marah.
"Aku tidak mau ke Inggris appa! Aku tidak ingin belajar disana. Aku ingin disini bermain piano!" protes Jay merasa marah dan tak terima akan keputusan ayahnya.
"Jongseong, ini semua demi kebaikanmu dan masa depanmu! Kau harus belajar disana sampai kau menjadi pebisnis besar seperti appa! Jadi berhenti mengejar mimpimu menjadi pemain piano itu!!" Rahang sang ayah mulai menegas dan amarah menguasai emosinya.
"Aku ingin menjadi pemain piano yang hebat appa! Bukan pebisnis seperti yang appa inginkan. Ku mohon jangan memaksaku agar aku menuruti keinginan kalian!" ucap Jay frustasi akan paksaan sang ayah.
"Park Jongseong! Berani kau membantah appa?!" Sang ayah kini mulai menatap Jay tajam dan menciptakan suasana semakin menegangkan.
"Sudah berapa kali ku bilang bahwa aku hanya tertarik pada piano! Aku ingin masuk ke sekolah seni dan menjadi bagian dari orkestra suatu hari nanti. Aku tidak mau belajar seperti anak-anak yang lain!"
![](https://img.wattpad.com/cover/253727796-288-k783028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Till I Found You 🔞 《Sunjay || Jaynoo》 END
FanficJAY x SUNOO STORY "It feels like nobody ever wanted me, loved me, knew me and touched me, until you" Sunoo, 2021 "Kak Jay, apa kita pernah bertemu di masa lalu?" . . "Sunoo, apakah kau orang yang selama ini ku cari?" Suatu kejadian menimpa Jay dan S...