Tujuh

21 1 0
                                    

Setelah solat subuh Qilla tidak berniat ingin keluar kamar, kejadian tadi membuatnya sangat gugup untuk bertemu dengan Adzril. Tapi dia harus menyiapkan sarapan untuknya ,mungkin Adzril sebentar lagi akan berangkat ke rumah sakit, jadi mau tidak mau Qilla harus keluar kamar dan menyiapkan sarapan untuk Adzril.

Satu piring nasi goreng untuk Adzril sudah ada di atas meja, Qilla akan makan nanti jika Adzril sudah pergi dia tidak ingin merasakan suasana canggung di atas meja makan yang harusnya momen untuk menikmati makanan dengan khusyuk.

Pantulan cermin menampakkan seorang Adzril yang kini tengah bersiap-siap, dengan kaos hitam polos ditambahkan dengan outer berwarna coklat muda, dan celana jeans hitam panjang membuatnya tampil sangat cool.

Hari yang cerah adalah hari yang cocok untuk berjalan-jalan atau bermain di taman hiburan, kebetulan hari ini cuaca sangat cerah, matahari sepertinya sedang sangat semangat menyinari bumi bagian ini. Adzril berencana untuk mengajak Qilla jalan-jalan, rumah sakit memberinya cuti selama seminggu dan dengan sebaik mungkin Adzril ingin waktunya itu dihabiskan bersama istrinya.

Setelah dirinya bersiap-siap Adzril pergi ke kamar Qilla untuk mengajaknya pergi,

tok...tok...tok...

"Qilla..." dengan suara yang lembut Adzril memanggil dari luar kamar Qilla.

"Qilla..." panggilnya lagi ketika Qilla masih belum membuka pintunya.

"Qilla..." yang ketiga kalinya akhirnya Qilla membuka pintu, masih dengan wajah yang ia sembunyikan memikirkan kejadian tadi subuh.

"Kamu sekarang siap-siap, terus kita pergi."

"Pergi ke mana kak?" Qilla mengangkat wajahnya menatap mata Adzril dengan penuh tanya.

"Udah sekarang kamu siap-siap aja, ntar aku kasih tau."

"Tapi kak..."

"Udah ayo cepet, atau mau aku mandiin?" Mendengar Adzril berkata seperti itu sambil tersenyum jail membuat Qilla memutar badannya dan langsung melesat masuk ke kamar mandi.

Kekehan Adzril keluar saat melihat istrinya seperti itu. "Cepetan, aku kasih waktu 20 menit."

.

.

.

Sudah 40 menit berlalu tapi Qilla masih belum keluar dari kamarnya, sedari tadi Adzril berdiri di depan kamar Qilla menunggunya. Apa wanita memang selama ini jika bersiap-siap? Padahal Qilla hanya perlu mandi dan memakai baju, tidak perlu berdandan karena dia sudah cantik dari sananya.

Klek...

Suara knop pintu membuat Adzril membalikkan badannya, akhirnya wanita yang ia tunggu keluar juga.

Adzril mematung begitu melihat istrinya yang tampil begitu cantik dengan polesan make up yang sangat natural, dress berwarna hitam, kemeja putih sebagai dalaman, pashmina hitam, jam tangan dan juga tas, tak lupa dengan sepatu sport berwarna putih, semakin membuat Qilla tampil cantik dan menarik.

"Kak Adzril ngapain liatin Qilla gitu banget?" Qilla membuyarkan lamunan Adzril yang sedari tadi hanya menatapnya sambil mematung.

"Kamu cantik."

Deg!

Jantung Qilla berdegup sangat kencang seperti ingin keluar dari tubuhnya, pipinya pun mulai memerah. Adzril yang melihat wajah Qilla langsung mendekatkan wajahnya dan...

Cup!

Sempurna sudah, ingin rasanya Qilla menghilang dari dunia ini. Kecupan yang Adzril berikan di pipinya malah membuat pipi itu semakin merah dan panas. Tangan Adzril meraih tangan Qilla dan menariknya ke bawah, apakah Adzril tidak sadar? Kaki Qilla begitu lemas untuk berjalan, bahkan jantungnya pun terlalu lelah karena terlalu cepat berdetak.

"Itu nasi goreng buatan kamu?" Langkah kakinya berhenti ketika matanya melihat satu piring nasi goreng yang masih utuh di meja makan.

"I-iya itu tadi Qilla bikinin buat Kak Adzril."

"Yaudah yuk kita makan dulu."

"Tapi kak, kenapa gak makan diluar aja? Nasi gorengnya pasti udah dingin."

"Ck, kamu kan udah capek-capek masakin, masa dibiarin gitu aja gak dimakan? Mubazir jangan buang-buang makanan."

Adzril menarik sebuah kursi untuk Qilla, lalu dia duduk disebelahnya. Setelah mengucapkan doa, satu suapan nasi goreng sudah masuk ke dalam mulutnya, matanya terpejam begitu merasakan nasi goreng yang istrinya buatkan.

Sambil berkata aaa Adzril mendekatkan satu sendok nasi goreng di depan mulut Qilla.

"Tapi kak ini cuman satu piring, mana cukup buat Kak Adzril kalo berdua." Ucap Qilla menolak suapan itu.

"Sttt... kalo berbagi,makanan ini bakal jadi lebih enak dan juga Insyaallah bakal cukup buat kita berdua."

"Tapi Qilla bisa makan sendiri, gausah disuapin sama Kak Adzril."

"Qilla...gak boleh nolak suapan suami, apalagi kalo suaminya seganteng aku. Cepet aaa..." Qilla menerima suapan itu membuat Adzril tersenyum senang.
.
.
.

Sebuah bianglala besar sangat jelas terlihat dari luar taman hiburan, Qilla begitu senang akhirnya setelah sekian lama dia bisa datang ke sini lagi. Setelah Adzril membeli dua buah tiket dia mengajak Qilla untuk masuk, dengan sangat senang dia melangkahkan kakinya jauh di depan Adzril yang masih memberikan tiket kepada penjaga.

"Eh liat tu cewe cantik banget, deketin sana minta nomor hpnya." Sekumpulan pria berbisik-bisik ketika Qilla berjalan melihat-lihat sekeliling.

"Iya iya bentar, gue coba deketin dia." Salah seorang dari mereka mulai berjalan mendekati Qilla, namun langkahnya terhenti ketika melihat ada seorang lelaki yang tiba-tiba datang dan langsung menggandeng tangan Qilla.

"Lain kali kalo suaminya lagi ngasih tiket jangan langsung pergi gitu aja." Ucap Adzril sambil menatap ke arah pria tadi dengan wajah dan tatapan yang dingin, menciutkan nyali siapapun yang melihatnya.

Mereka semua langsung pergi ketika melihat Adzril. Qilla yang tangannya digenggam oleh Adzril hanya bisa menyembunyikan kegugupannya, tidak tau apa yang tengah terjadi.



 Qilla yang tangannya digenggam oleh Adzril hanya bisa menyembunyikan kegugupannya, tidak tau apa yang tengah terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

OOTD Adzril nih, mas cakep amat dah:)

Neng Qilla cakep amat😭

.

.

.

Pendapat tentang chapter ini?

ASYA (ON GOING)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang